BAB 21

2017 Words
Sesampainya kami di Prancis, aku dan yang lainnya sangat terkagum-kagum dengan penampilan bangunan-bangunan yang sangat indah dan mewah, aku yakin mereka membutuhkan biaya yang begitu mahal untuk mendirikkan sebuah gedung di sini, tapi aku tidak pernah mengira akan semenakjubkan itu. Aku, Eric, Chloe, dan Amanda hanya takjub dengan setiap pemandangan yang tersaji di depan mata kami. Ternyata negara Prancis sangat bagus sekali, melebihi keindahan dari Kerajaan Spanyol. Aku sangat yakin di negeri-negeri lainnya pun, selain Prancis, pasti memiliki keindahannya masing-masing dan aku jadi penasaran ingin mengunjungi mereka semua. Dari berita yang kudengar, Prancis katanya masih dalam tahap revolusi sehingga banyak tempat di sana akan dipenuhi dengan kerusuhan dan kericuhan dari warga, tapi untuk lokasi awal yang kami injak, tidak ada sedikitpun keriuhan di sini. Hanya sebuah kota pelabuhan yang damai dan tenang, dengan penduduknya yang begitu ramah dan baik hati. Mungkin revolusi terjadi jauh di pusat kota sedangkan lokasi pelabuhan terpisah sangat jauh dari sana. Jika memang benar, itu bagus, karena orang-orang yang ingin mengunjungi negeri ini dari negara lain, bisa aman dan bisa bersantai untuk sementara di sini sebelum akhirnya pergi mengunjungi kota-kota yang sedang terjadi revolusi besar. Kami bertanya pada penduduk pelabuhan, apakah mereka setuju atas revolusi yang tengah terjadi, dan ternyata sebagian kecil dari mereka ada yang tidak setuju, meskipun mayoritas mengatakan dukungannya pada revolusi. Aku tertarik untuk mewawancarai mereka yang setuju dan tidak setuju. Yang setuju selalu didasarkan karena mereka benci terhadap monari dan bangsawan, mereka ingin sistem diganti menjadi lebih berpihak pada rakyat dan setara pada semua orang. Sementara yang tidak setuju, pasti berasal dari keraguan dan kecemasan pada rakyatnya sendiri, karena mereka takut jika sistem diganti terlalu cepat, akan menimbulkan kekacauan dan anarki, mereka juga sama muaknya dengan yang setuju pada monarki dan bangsawan, tapi mereka ingin bersikap realistis. Itu cukup menarik, karena aku tidak pernah menduga ada pula penduduk Prancis yang tidak begitu setuju pada revolusi yang sedang terjadi. Kupikir semuanya setuju dan kompak membenci monarki. Kemudian, setelah mendengar semua komentar-komentar itu, aku merasa cukup dengan rasa penasaranku dan mulai kembali fokus pada perjalanan wisata kami untuk menikmati Prancis yang megah ini. Eric bertanya-tanya apa yang kuinginkan dari bertanya pada orang-orang setempat soal pendapat mereka tentang revolusi, aku hanya menjawab bahwa aku hanya sekedar penasaran saja, karena kulihat rakyat di lokasi ini tampak begitu tenang, dan tidak ikut berevolusi ke kota-kota besar. Dan setelah menerima informasi dan alasan-alasan itu, aku rasa cukup untuk penasarannya. Chloe hanya menghela napas dan menasehatiku untuk tidak terlalu ikut campur pada masalah yang terjadi pada negeri orang lain, dia juga mengingatkanku bahwa kami di sini hanyalah sebagai turis sehingga tidak punya kapabilitas untuk mencoba terlibat ke dalam masalah yang terjadi di Prancis. Aku bilang aku mengerti dan memahami itu, aku hanya penasaran saja pada pendapat rakyat Prancis yang tinggal di sini, dan itu bukan berarti aku ikut campur atau ingin terlibat ke dalam masalah mereka. Itu sama sekali tidak seperti yang mereka pikirkan. Amanda hanya tersenyum padaku dan bersikap seolah-olah dia memahami perasaanku, meskipun aku tidak tahu apakah dia benar-benar memahamiku. Apapun itu, aku hanya ingin menegaskan pada mereka semua bahwa apa yang kulakukan bukanlah tanda di mana aku ingin menerjunkan diri pada masalah yang membara di Prancis. Jadi aku memohon pada mereka untuk tidak berpikiran buruk pada apapun yang kulakukan di sini pada rakyat Prancis, aku hanya sekedar mengumpulkan informasi sehingga kita bisa mengerti pada masalah yang terjadi di sini, dan itu bukan berarti kita ikut campur. Aku lihat, Eric, Chloe, dan Amanda mulai memahamiku dan sepertinya mereka tidak lagi mengkhawatirkan soal hal tersebut dan aku lega, sangat lega. Aku pikir mereka masih tidak mau memahamiku, karena jika itu benar, akan sangat melelahkan terus-menerus menjelaskan soal itu. Setelah keluar dari kota pelabuhan di Prancis, sekarang kami mengunjungi tempat yang cukup hening meskipun sudah porak-poranda, aku tidak tahu nama dari kota yang kami kunjungi saat ini, tapi sungguh, aku sangat tidak tga melihat banyak bangunan-bangunan megah harus hancur oleh kebakaran atau hal-hal semacamnya. Rata-rata, aku yakin sekali, bangunan-bangunan itu milik para bangsawan di sini, dan rakyat melakukan aksi anarki karena kebencian mereka terhadap properti-properti milik bangsawan di tiap kota. Aku hanya miris dan sedih, karena seharusnya mereka tidak perlu menghancurkannya, karena jika negeri ingin berubah ke sistem yang baru, bangunan-bangunan megah ini bisa dijadikan sebagai tempat baru untuk hal-hal lain. Menghancurkan gelar kerajaan dan bangsawan, tidak berarti juga menghancurkan aspek-aspek penting dari negara. Semoga saja setelah semua revolusi ini berakhir, rakyat Prancis bisa memperbaiki semua yang telah mereka hancurkan karena semua tempat mewah itu bisa diabadikan sebagai sejarah mereka untuk dikenang oleh generasi berikutnya. Eric, Chloe, dan Amanda sama sepertiku, mereka juga tampak begitu murung, tidak menyangka kondisi kotanya akan separah ini. Mereka pikir, hanya sekedar aksi demontrasi dan kemarahan rakyat saja, tapi ternyata juga benar-benar menghancurkan seluruh gedung mewah milik bangsawan. Tapi aku tidak akan ikut campur pada apapun yang terjadi di sini karena itu hanya akan membuatku dalam masalah. Aku juga sudah berjanji pada Eric, Chloe, dan Amanda bahwa jika keadaan semakin tidak memungkinkan, maka kami harus segera pergi dari sini karena keselamatan dan keamanan lebih penting dari sekedar jalan-jalan ria seperti ini. Mereka sudah mengerti soal kesepakatan itu dan itu juga termasuk dari perintah sang raja agar tidak terlibat ke dalam masalah yang terjadi di sini, karena jika kita sedikit saja ikut campur, itu bisa menimbulkan konflik antara Prancis dan Spanyol. Ayahku tentu saja tidak ingin itu terjadi, karena Prancis adalah sekutu yang penting untuk Spanyol dan apapun yang sedang terjadi, Spanyol tidak ingin ikut campur ke dalamnya karena apapun yang terjadi, Spanyol pasti bersikap netral dan siapapun pemenangnya, Spanyol akan mendukungnya. Begitulah cara politik bekerja dan itu bukanlah omong kosong. Jika membicarakan soal politik, memang sangat rumit dan membingungkan, tapi terkadang kita harus membuang konsep moralitas pribadi saat masuk ke dunia politik, karena politik itu kejam dan sedikit saja kita lengah, politik akan melenyapkanmu sampai tak tersisa. Itu memang terkesan mengerikan tapi begitulah politik, dan ayahku paham betul soal dunia itu. Menjadi seorang raja harus mengerti soal dunia politik, dan karena aku akan menjadi penerus ayahku, maka akupun harus begitu. Aku tidak tahu kapan aku akan diresmikan sebagai raja tapi aku harap jika itu benar-benar terjadi, aku sudah sangat siap untuk mengemban tanggung jawab besar itu, karena aku paham menjadi raja itu tidak sekedar memakai mahkota dan duduk santai di kursi singgasana. Menjadi seorang raja itu maka kau harus mampu berhubungan dengan baik dengan raja-raja atau penguasa-penguasa lain di setiap negeri, sedikit saja menyinggung salah satu dari mereka, maka akan menimbulkan peperangan besar. Bagaimana? Mengerikan bukan? Tapi sayangnya, banyak hal-hal lainnya yang lebih mengerikan dari hal tersebut. Aku yakin sekali, tapi aku masih belum cukup umur untuk mengetahui itu semua. Chloe tiba-tiba berhenti di depan sebuah gedung mewah yang sudah hancur dan itu membuat pergerakan kami jadi ikut terhenti. Saat kutanya apa yang terjadi, Chloe hanya menjelaskan bahwa dia sepertinya tidak begitu asing saat melihat gedung itu, rasanya seperti dia pernah tinggal di sana cukup lama dan itu cukup aneh. Aku dan Eric saling berpandangan karena kami tidak mengerti. Sementara Amanda segera mendatangi Chloe dan mengusap-usap punggung gadis itu. Dia bersikap seolah-olah dia mengerti pada apa yang Chloe rasakan. Kami hanya menyaksikan itu dalam hening, sebenarnya aku ingin segera melanjutkan perjalanan, tapi ini bukan dalam waktu yang tepat, jadi aku hanya perlu menunggu sebentar lagi. Setelah puas melakukan itu, akhirnya Chloe kembali berjalan beriringan bersama kami. Dia mengatakan lagi pada kami bahwa dia tidak tahu mengapa perasaan familiar yang asing itu muncul karena itu sangat tidak masuk akal dan terasa aneh. Chloe juga sama bingungnya seperti kami dan aku hanya bisa memandanginya dengan sepi. Aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan untuk mendukung Chloe tapi kurasa untuk sekarang dia hanya membutuhkan didengar saja. Aku sekarang belajar untuk tidak begitu saja memberi nasehat kepada orang yang sedang mengungkapkan kegundahan hatinya, bicaralah saat mereka memintamu untuk bicara. Itulah yang kupelajari dari pelayan yang pernah kuajak bicara waktu aku masih berusia sepuluh tahun. Itu adalah tata krama yang sering disepelekan oleh orang lain. Namun, tidak semua orang mengerti soal itu sehingga saat Eric tiba-tiba saja bicara dan memberikan nasehat ringan pada Chloe, aku hanya melirik sahabat lelakiku dengan tatapan tajam. Dia masih tidak mengerti, dan aku hanya menghela napas. Chloe berterima kasih pada Eric atas nasehat yang diberikannya, meskipun wajah gadis itu masih tampak begitu sendu. Amanda sepertinya paham pada tata krama itu, karena kuamati dia tidak memberi nasehat apapun pada Chloe, dia hanya sekedar mengelus-elus punggung dan pundak Chloe, untuk membuatnya merasa aman dan nyaman. Sentuhan fisik adalah cara lain untuk menenangkan orang lain dari sekedar mendengarkan. Itu adalah tingkatan yang lebih dalam dari apa yang kupelajari dan itu cukup mengesankan melihat Amanda bisa ahli soal hal tersebut. Ternyata selain pandai memasak, Amanda juga lihai dalam menenangkan orang lain yang sedang dalam kecemasan, dan ketakutan. Itu sangat mengejutkan dari orang yang bahkan jarang sekali berbicara. Eric memandangiku dengan bingung, meminta penjelasan atas tatapan tajam yang barusan kuberikan padanya. Aku mengabaikan itu karena aku tidak punya waktu untuk menjelaskan panjang lebar soal bagaimana cara menenangkan orang dengan baik. Tiba-tiba saat kami sedang berjalan santai, sebuah ledakan yang sangat kencang terdengar jauh dari kota yang kami tinggali. Meskipun suaranya jauh, tapi kami cukup kaget dan ketakutan atas apa yang sebenarnya sedang terjadi. Apa yang membuatnya sampai ada suara ledakan seperti itu? Apakah itu berasal dari kemarahan rakyat Prancis atau hal lain? Entahlah, tapi aku merasa sekarang kami harus segera mencari tempat yang aman karena jika terus-menerus berada di kota yang antah-berantah seperti ini sangat beresiko. Segala hal-hal yang buruk bisa saja terjadi pada kami dan insting bertahan hidupku mulai menyala dengan sangat terang sekarang. Aku hanya ingin segera pergi dari sini. Eric mulai menyesali keputusannya ingin pergi ke Prancis karena dia tidak pernah mengira akan seburuk ini situasinya. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil bilang bahwa penyesalan selalu datang di akhir. Selalu dan selalu begitu. Kami langsung berlari cepat, kembali ke kota pelabuhan untuk pulang ke Spanyol, tapi sayangnya saat kami sampai di sana, tidak ada satu kapal lautpun yang sedang berhenti dan itu sangat membuat kami frustrasi apa yang harus kami lakukan selanjutnya. Akhirnya aku menyarankan mereka untuk tinggal sementara di kota pelabuhan ini sambil menunggu kapal laut lain datang kemari. Aku tahu itu keputusan yang cukup masuk akal, tapi sayangnya Eric, Chloe, dan Amanda tidak terlalu setuju pada hal itu. Pada akhirnya, kami hanya berdiri saja di tepian pantai, menunggu dengan cemas kapal laut lain datang pada kami. Aku sempat bertanya pada salah satu penduduk setempat mengenai kapan kapal laut berikutnya datang, dan mereka bilang bahwa biasanya membutuhkan 3 hari atau 5 hari untuk kapal laut berikutnya datang. Sungguh, itu adalah informasi yang sangat tidak ingin kudengar. Bahkan aku tidak tahu apakah kami bisa bertahan hidup di sini sampai selama itu. Sial, ini sangat sial. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan, rasanya aku ingin berteriak saja sekarang, memanggil ayahku untuk menjemput kami. Andaikan era ini sudah ada alat komunikasi jarak jauh, sangat repot sekali saat berada di situasi yang sulit seperti ini dan tidak bisa memberi kabar pada Spanyol. Aku hanya bingung dan cemas, soal apa yang akan terjadi, aku yakin dalam 5 hari ke depan jika kami bertahan hidup, kami akan berubah menjadi sangat berbeda dari hari terakhir kami di Spanyol. Karena bertahan hidup di situasi perang atau penuh konflik seperti ini membutuhkan keahlian bertahan hidup yang sangat tinggi. Mungkin saja saat kami pulang, kami sudah menjadi manusia-manusia bertubuh kekar. Membayangkannya saja, itu sangat mengerikan. Itu pun jika kami berhasil bertahan hidup, jika tidak, yang ada kami hanya akan berakhir menjadi mayat hidup di negeri yang sedang kacau seperti ini. Akhir hidup yang sangat menyedihkan, aku yakin para bangsawan yang tinggal di istana akan tertawa gembira mendengar kabar kami tewas di sini, dan itulah kenapa, semua itu tidak boleh sampai terjadi karena aku tidak sudi membuat harapan mereka terwujud. Justru sebaliknya, aku ingin membuat bangsawan-bangsawan di istana jengkel karena kami berhasil pulang dengan selamat dan dapat bertahan hidup di situasi yang mengerikan seperti itu. Itu akan jadi alat yang bagus untuk membuat mereka menyadari perbedaan dari mereka dan kami. Aku sangat tidak sabar ingin segera menunjukkan hal itu pada mereka.

Read on the App

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD