09 - Melinda hamil?

2019 Words
Setelah melakukan hubungan intim, Melinda tertidur pulas, lain halnya dengan Jonathan yang sama sekali tidak bisa tertidur dengan pulas. Saat ini, Jonathan sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah Melinda. Jonathan jadi penasaran apa respon yang akan Melinda berikan ketika bangun nanti? Apa Melinda akan marah, menangis, atau bahkan mungkin pingsan? Satu hal yang Jonathan tahu, Melinda pasti sangat menyesal, karena itu juga yang saat ini dirinya rasakan. Jonathan menyesal, teramat sangat menyesal karena sudah merampas harta paling berharga milik Melinda. "Ya Tuhan, sebenarnya apa yang udah gue lakukan?" gumam Jonathan sambil mengusap kasar wajahnya. Ponsel milik Jonathan yang sejak tadi tergeletak di meja tiba-tiba berdering. Dengan perasaan malas, Jonathan meraih ponselnya, menghela nafas panjang saat tahu jika orang yang menghubunginya adalah Raline, wanita yang berstatus sebagai istrinya. "Ada apa, Raline?" "Jonathan, kamu di mana?" "Aku di apartemen, kenapa?" "Malam ini kamu enggak pulang?" "Enggak." Setelah menjawab pertanyaan Raline, secara sepihak, Jonathan mengakhiri sambungan teleponnya dengan Raline. Jonathan meletakkan ponselnya di meja, lalu membaringkan tubuhnya di sofa. Jonathan baru bisa tertidur pukul 3 dini hari, dan itupun tidak bisa membuat Jonathan tertidur pulas, jadi ketika sudah pukul 6, Jonathan bangun, dan memutuskan untuk mandi. Saat Jonathan memasuki kamar mandi, Melinda bangun. Melinda bangun dengan rasa pusing di kepalanya, lalu rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya, terutama di kedua kakinya, lebih tepatnya di bagian selangkangannya. Bangun dalam keadaan pusing, sudah biasa alami ketika mabuk, tapi bangun dengan rasa sakit di seluruh area tubuhnya, terutama bagian tubuh bawahnya adalah hal yang baru pertama kali Melinda rasakan. Begitu kedua matanya terbuka, hal pertama kali yang Melinda lihat adalah jendela kamar, dan pemandangan tersebut terasa asing baginya, karena jelas jendela tersebut berbeda dengan jendela di kamarnya. "Ini jelas bukan di kamar gue," gumam Melinda sesaat setelah memperhatikan suasana di sekelilingnya. Melinda merasa selimut yang saat ini menutupi sebagian tubuhnya bersentuhan secara langsung dengan kulit tubuhnya, karena itulah, secara perlahan, dengan tangan yang bergetar hebat, Melinda mengangkat selimut tersebut untuk melihat, apa tebakannya benar? Atau justru salah? Melinda berharap jika tebakannya salah. "f**k!" Secara spontan Melinda mengumpat saat melihat dengan mata kepalanya sendiri jika saat ini dirinya sedang telanjang bulat, tidak memakai apapun selain selimut yang saat ini menutupi tubuhnya. Melinda mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, dan itu benar-benar mengejutkan Melinda. Melinda sontak menatap ke arah samping kanan, saat itulah Melinda melihat siluet dari seorang pria yang saat ini berdiri di bawah guyuran shower dengan posisi membelakanginya. Meskipun samar, tapi Melinda bisa melihat pria tersebut karena dinding kamar mandi terbuat dari kaca. "Sebenarnya apa yang terjadi sama gue?" gumam Melinda dengan perasaan panik yang begitu mendominasi. "Aw." Melinda merintih kesakitan begitu dirinya mencoba untuk berdiri. Melinda tidak menyerah, dan terus mencoba untuk berdiri. Setelah bisa berdiri, Melinda melilitkan selimut tersebut ke tubuhnya. Melinda menatap ke sekelilingnya, meringis saat melihat pakaian miliknya berserakan di lantai. Mulai dari dress, bra, dan cd, semuanya berada di tempat yang berbeda-beda. "Kamu sudah bangun," gumam Jonathan sambil memasang raut wajah datar. Jonathan keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang hanya menutupi tubuh bagian bawahnya, sedangkan tubuh bagian atasnya tidak tertutupi oleh apapun Melinda memalingkan wajahnya ke arah lain dan sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Jonathan. "Jangan bilang kalau kissmark yang ada di tubuh dia adalah ulah gue?" Meskipun hanya melihat tubuh bagian depan pria tersebut secara sekilas, tapi Melinda tahu kalau bagian dadanya penuh dengan kissmark. "Nona, apa Anda tidak mau melihat karya yang sudah Anda buat di tubuh saya?" Jonathan mendekati Melinda, berdiri tepat di hadapan Melinda. Melinda menatap Jonathan dengan tatapan permusuhan. "Sebaiknya Anda segera berpakaian Tuan sebelum saya membuat karya baru menggunakan kuku-kuku di kedua tangan saya." Ancaman Melinda sama sekali tidak membuat Jonathan takut, karena Jonathan malah terkekeh. "Perlu Anda ketahui kalau Anda juga sudah membuat karya di bahu, dan punggung saya menggunakan kuku-kuku dari kedua tangan Anda, Nona." Jonathan berbalik memunggungi Melinda, memberitahu Melinda jika kuku-kuku dari kedua tangan Melinda sudah membuat karya di punggung serta bahunya.. Melinda mengumpat, sedangkan Jonathan terkekeh. Jonathan tidak mau membuat Melinda kesal, karena itulah Jonathan bergegas pergi ke walk in closet, dan mulai berpakain. Saat keluar dari walk in closet, Jonathan tidak melihat Melinda di tempat tidur. Jonathan panik, dan sempat berpikir jika Melinda kabur, tapi begitu mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi, perasaan Jonathan menjadi lega. "Gue pikir dua kabur, ternyata lagi mandi," gumam Jonathan sambil tersenyum tipis. Sambil menunggu Melinda selesai mandi, Jonathan lantas merapikan tempat tidur, juga mengambil semua pakaian milik Melinda yang berserakan di lantai. Jonathan memasukkan semua pakaian kotor tersebut ke keranjang cucian. 1 jam sudah berlalu sejak Melinda memasuki kamar mandi, dan belum ada tanda-tanda kalau Melinda akan keluar dari sana. Jonathan yang sejak tadi duduk di sofa, menunggu Melinda jelas khawatir ketika wanita itu tidak kunjung keluar dari dalam kamar mandi. "Dia tidak mungkin bunuh diri, kan?" gumam Jonathan. Jonathan mengumpat, bergegas menuju kamar mandi, dan baru saja akan membuka pintu begitu pintu di hadapannya terbuka. Jonathan terkejut, begitu juga dengan Melinda. "Ada apa?" Melinda menatap Jonathan dengan raut wajah yang sekarang berubah datar. "Saya pikir Anda akan bunuh diri, Nona." "Saya sempat berpikir untuk melakukannya, tapi setelah saya pikirkan lagi, saya memutuskan untuk tidak melakukannya." Setelah menanggapi ucapan Jonathan, Melinda berlalu pergi dari hadapan Jonathan. "Pakaian saya mana ya?" Melinda bingung saat melihat semua pakaiannya sudah tidak ada. "Pakaian itu sudah tidak layak pakai," jawab Jonathan gugup. Melinda berbalik menghadap Jonathan dengan kedua tangan bersedekap. "Sudah tidak layak pakai? Maksudnya apa ya?" "Saya sudah menyiapkan pakaian baru untuk Anda, Nona. Semuanya ada di walk in closet." Jonathan tidak akan menjawab pertanyaan Melinda. Jonathan tidak mungkin memberitahu Melinda kalau bra dan cd wanita itu sudah robek karena ulahnya. "Baiklah, terima kasih." Melinda pergi menuju tempat yang Jonathan maksud, sedangkan Jonathan duduk di sofa. Saat Melinda mandi, Jonathan memesan banyak sekali makanan, dan semua makanan yang Jonathan pesan baru saja datang 5 menit yang lalu. Selang beberapa menit kemudian, Melinda keluar dari walk in closet. "Sebaiknya kita sarapan dulu, setelah itu saya akan mengantar Anda pulang, Nona." Melinda hanya mengangguk, lalu duduk di hadapan Jonathan. Begitu sarapan selesai, Jonathan menepati janjinya untuk mengantar Melinda pulang. Saat ini keduanya sudah berada di dalam lift yang bergerak turun menuju tempat parkir bawah tanah. "Dia terlihat santai, dan baik-baik saja, tapi gue tahu kalau dia sama sekali tidak baik-baik saja." Jujur saja, melihat Melinda yang saat ini terlihat tenang, dan santai membuat Jonathan takut. Awalnya Jonathan berpikir, jika saat terbangun dari tidurnya, lalu tahu apa yang sudah terjadi, maka Melinda akan menangis histeris sambil menyalahkahnnya, tapi lihatlah apa yang terjadi? Melinda sama sekali tidak menangis histeris, dan juga tidak menyalahkannya. Bukankah seharusnya Jonathan senang karena apa yang ia takutkan sama sekali tidak terjadi? "Apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Melinda merasa jika pria yang baru saja melakukan hubungan intim dengannya tadi malam terasa tidak asing. Melinda merasa jika mereka pernah bertemu, tapi di mana? Apa si acara pesta yang sering kali ia datangi? Acara amal? Atau acara-acara penting lainnya? "Iya, kita berdua pernah bertemu." "Di mana?" Pertanyaan Melinda membuat Jonathan kesal. Jonathan sama sekali tidak menyangka jika Melinda melupakannya, sementara dirinya sama sekali tidak pernah bisa melupakan Melinda walaupun hanya 1 hari. Aroma parfumenya, tatapan matanya yang tajam, dan suaranya yang mendayu merdu. Semua itu benar-benar Jonathan ingat dengan jelas. "Coba tebak, di mana kita pernah bertemu." Jonathan tidak akan memberitahu Melinda di mana mereka pernah bertemu. Jonathan akan membiarkan Melinda berpikir keras, mencoba mengingat pertemuan pertama mereka. Melinda pun mencoba menebak di mana dirinya dan pria yang saat ini berdiri tepat belakangnya ini pernah bertemu. "Apa kamu ingat apa saja yang semalam sudah kita berdua lakukan?" Entah kenapa, Jonathan tiba-tiba ingin mengajukan pertanyaan tersebut. Jonathan hanya ingin memastikan jika Melinda mengingat semua kejadian tadi malam. "Tidak!" Melinda menjawab pertanyaan Jonathan dengan sangat cepat. "Tidak?" Ulang tegas Jonathan. Jawaban Melinda membuat Jonathan kesal. Tentu saja Jonathan kesal, karena menurut Jonathan, Melinda harus mengingat kejadian tadi malam, dan mengingat betapa liarnya Melinda semalam. Melinda hanya mengangguk. "Jadi, bukankah akan lebih baik jika mereka ulang kejadian semalam supaya Anda bisa mengingatnya lagi, Nona?" tanya ketus Jonathan. "Itu tidak perlu!" Dengan cepat, Melinda memberi penolakan. Melinda jelas tidak mau mereka ulang kejadian semalam. Enak saja! "Reno." Melinda menoleh, menatap Jonathan dengan mata memicing yang di barengi dengan kerutan di kening. Jonathan melangkah mendekati Melinda. Secara naluriah, Melinda melangkah mundur untuk menghindari Jonathan yang terus melangkah maju mendekatinya. Melinda tidak bisa melangkah mundur, karena di belakangnya saat ini adalah dinding lift. Jonathan sudah berdiri tepat di hadapan Melinda. Jarak keduanya sangat dekat, benar-benar dekat. "Semalam, Anda memanggil saya dengan sebutan Reno, jadi siapa dia? Apa dia kekasih Anda? Atau tunangan Anda?" Jonathan menatap lekat mata Melinda. Melinda diam, enggan menjawab pertanyaan Jonathan. Melinda menunduk, menghindari kontak mata dengan Jonathan.. Diamnya Melinda sama sekali tidak masalah bagi Jonathan. Jonathan akan mencaritahunya sendiri, siapa sebenarnya Reno? Dan Jonathan berharap kalau Reno bukanlah kekasih atau tunangan Melinda. Ting! Lift terbuka, Jonathan dan Melinda sudah sampai basement. "Kita sudah sampai," bisik Jonathan tepat di telinga kanan Melinda. Bisikkan Jonathan berhasil membuat bulu kuduk Melinda berdiri. Jonathan menjauhkan wajahnya dari ceruk leher Melinda, lalu melangkah mundur sebanyak 2 langkah, sebelum akhirnya mempersilakan Melinda keluar terlebih dahulu dari dalam lift. Melinda masih merasakan sakit di kedua kakinya, jadi Melinda berjalan dengan pelan-pelan. "Sialan, kaki gue pegel banget," keluh Melinda tanpa sadar. Jonathan yang berdiri tepat di belakang Melinda mendengar dengan jelas keluhan Melinda. "Akh!" Melinda menjerit, terkejut dengan apa yang baru saja Jonathan lalukan. Melinda menatap Jonathan dengan mata melotot, tapi Jonathan sama sekali tidak peduli. "Tolong turunkan saya!" Perintah tegas Melinda. "Anda bilang kakinya pegal, karena itulah saya akan menggendong Anda, Nona." Jonathan tidak akan menurunkan Melinda dari gendongannya, dan sekarang, Jonathan melangkah menuju mobilnya. Jonathan dan Melinda sudah berada di dalam mobil. Jonathan duduk di balik kursi kemudi, sedangkan Melinda duduk di samping Jonathan. "Apa pekerjaan Anda, Nona?" Melinda diam. Melinda tidak akan memberitahu Jonathan apa pekerjaannya. "Baiklah, itu sama sekali tidak masalah." Jonathan tidak akan memaksa Melinda jika memang Melinda tidak mau memberitahunya. "Jadi, bagaimana, Nona? Apa Anda sudah mengingat di mana pertama kali kita berdua bertemu?" Melinda menjawab pertanyaan Jonathan dengan anggukan kepala. Melinda sudah mengingat di mana dirinya dan pria yang saat ini duduk di sampingnya pertama kali bertemu. "Baguslah kalau kamu sudah mengingatnya." "Apa Anda tahu, karena kejadian tersebut, saya tidak bisa berjalan selama hampir 2 minggu lamanya." Melinda berkata ketus. "Saya tidak tahu karena Anda tidak memberitahu saya, Nona." Melinda seketika bungkam. "Saya sudah memberikan kartu nama saya, dan saya juga sudah bilang, silakan hubungi saya jika Anda ingin meminta saya untuk bertanggung jawab, tapi ternyata, Anda tidak kunjung menghubungi saya. Jadi, apa alasan Anda tidak munghubungi saya, Nona?" "Kartu namanya hilang," jawab pelan Melinda. Jonathan berdecak. Jonathan meraih kartu nama yang ia simpan di saku celannya, lalu memberikannya pada Melinda. Melinda menatap kartu nama tersebut tanpa berniat untuk menerimanya. "Kenapa? Apa Anda tidak mau menerimanya, Nona?" "Tidak perlu, lagipula untuk apa? Sekarang kaki saya sudah sembuh." "Kita baru saja terlibat dalam masalah baru, Nona, jadi Anda memang membutuhkan kartu nama saya." "Masalah baru? Maksud Anda apa, ya?" "Semalam kita baru saja melakukan hubungan seks, dan saya tidak memakai pengaman, begitu juga dengan Anda, Nona." "Lalu?" "Apa ini masa subur, Anda?" Jonathan tidak lagi memanggil Melinda dengan sebutan Anda, karena entah Jonathan sadar atau tidak, dirinya ingin menjadi lebih dekat dengan Melinda. "Iya." Dengan polos, Melinda menjawab pertanyaan Jonathan. "Itu artinya, kemungkinan untuk Amda hamil sangatlah besar, Nona." "Apa? Hamil?" Tanpa sadar, Melinda berteriak. Sejak awal, Jonathan tahu kalau Melinda pasti akan berteriak padanya, tapi tetap saja, begitu mendengar teriakan Melinda, Jonathan terkejut. "Iya, hamil." Ucapan Jonathan tentang kemungkinan besar jika dirinya akan hamil, benar-benar membuat Melinda shock, jadi Melinda tidak bisa berpikir dengan jernih. Melinda meminta supaya Jonathan menurunkannya di halte bus, tapi Jonathan tidak menuruti kemuan Melinda. Jonathan tahu jika Melinda sangat terguncang, jadi Jonathan tidak mau mengambil resiko. Jonathan memaksa Melinda mengatakan di mana wanita itu tinggal, dan Melinda memutuskan untuk memberitahu Jonathan alamat apartmennya. Jonathan mengantar Melinda sampai apartemen, dan setelah memastikan jika Melinda memasuki unit apartemennya, barulah Jonathan memutuskan untuk pulang ke rumah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD