Mencari Masalah

1017 Words
"Jadi, kamu bertemu dengan pamanmu?" tanya Evalinda menatap wajah putranya itu. "Iya, Mom, Uncle dan anaknya datang kembali ke Roma," jawab Jello saling berhadapan dengan ibunya. "Kamu bertemu dengan bibimu?" tanya Evalinda. "Aku tidak bertemu dengan Aunt Emilia, katanya Aunt Emilia tidak ingin hadir di acara itu," jawab Jello. "Terus kenapa dress Evalinda sobek?" Evalinda kembali bertanya. "Sepertinya dia tidak tahu menggunakannya. Bukankah dress itu mahal, Mom? Suruh dia bayar saja atau potong gajinya." Jello tidak suka pada Raniya. "Sayang, kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Tidak enak didengar." Evalinda menggelengkan kepala. "Mommy tidak pernah mengajarkanmu mengatakan hal seperti itu." Jello tahu bahwa ibunya itu tidak pernah memandang remeh seseorang, bahkan ibunya itu baik pada semua maid di sini, bahkan ketika barang-barang pecah, Evalinda tidak marah pada semua maid di sini. Siapa pun yang bekerja di sini pasti akan sangat senang karena memiliki majikan yang sangat baik pada mereka bahkan Evalinda selalu memberikan bonus pada mereka dan menyamaratakan semuanya tanpa pilih kasih. "Mom, dia sudah merusak pakaian Mommy, bahkan itu pakaian baru, 'kan? Aku melihat Mommy membuka labelnya." Jello masih memanas-manasi ibunya untuk memberi teguran pada Raniya. "Sayang, dia sudah membantumu hari ini jadi kamu tidak kesepian, 'kan? Harusnya kamu berterima kasih kepada Raniya bukan malah memanas-manasi Mommy untuk menghukum Raniya. Kalau Raniya tidak ada, kita tidak tahu harus menyuruh siapa." Jello tidak bisa melawan perkataan ibunya karena apa pun yang dikatakan Evalinda, semua itu adalah benar, Jello memahami sikap ibunya yang terlalu rendah hati dan banyak membantu sesama. Tapi, terkadang juga Jello tidak setuju dengan perlakukan ibunya. "Oh iya, Mom." Jello melihat jam tangan yang melilitnya pergelangan tangannya. "Ada apa, Sayang." "Tadi ... Jenny menelponku," kata Jello. "Eh apa kata adikmu? Kenapa dia tidak menelepon Mommy? Malah menelpon kamu, apa katanya, kapan adikmu pulang? Kamu tidak menanyakannya?" Banyak pertanyaan yang di pertanyakan oleh Evalinda. "Coba deh Mommy telpon Jenny sendiri, aku tidak menanyakan kapan dia pulang, dia hanya bercerita kepadaku bahwa dia tidak mau pulang." "Adikmu yang mengatakan itu?" Jello menganggukan kepala. "Mommy bingung bagaimana adikmu itu berpikir, dia lebih memilih Milan daripada Roma untuk melanjutkan kuliahnya." Evalinda menggelengkan kepala. "Mom, kita harus menghargai keputusan Jenny," kata Jello. Evalinda menganggukkan kepala. Wajah cantik Evalinda harus merasa kehilangan putrinya, Jenny lebih memilih Milan untuk melanjutkan kuliahnya daripada Roma, entah apa yang ada dipikiran Jenny, biasanya anak perempuan akan lebih memilih dekat dengan orangtuanya, namun ini kebalikannya. Jello yang lebih ingin dekat dengannya, daripada Jenny, anak perempuannya. "Mommy, kita tidak usah membahas Jenny, ada baiknya kita bahas dress Mommy yang di rusak oleh maid itu," kata Jello, mengingatkan dirinya lagi tentang dress milik ibunya. Evalinda menatap wajah putranya dan menggelengkan kepala. "Sudah Mommy katakan kepadamu, kalau Mommy tidak mempermasalahkan dress Mommy itu. Lagian pakaian Mommy itu banyak, bahkan sebagian besar yang masih berlabel, jadi kamu tidak perlu membahas itu lagi." Jello tidak berhasil menyudutkan Raniya, bagaimana pun juga Raniya telah mempermalukannya dengan dress sobek itu, Jello ingin sekali ibunya mempermasalahkan dress itu karena ia tidak mungkin mempermasalahkannya sendiri. "Ya sudah. Kamu masuk kamar gih, sudah waktunya tidur," kata Evalinda. "Kapan Daddy pulang, Mom?" "Pekan ini," jawab ibunya. "Semoga saja Daddy tidak pergi lagi setelah pulang dari Singapura." "Semoga saja. Mommy masuk kamar dulu ya." "Mom, sepertinya Uncle Julion, Aunt Emilia dan Valdo tinggal di hotel." "Nanti Mommy hubungi mereka dan menyuruh mereka kemari," jawab Evalinda. Jello menganggukkan kepala. "Ya sudah. Mommy masuk kamar dulu ya, kamu juga harus beristirahat." Evalinda bangkit dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan ruang keluarga, dimana masih ada Jello yang duduk menikmati secangkir kopi hangat. Sesaat kemudian, Raniya datang sudah berganti pakaian dengan seragam maid yang harus dikenakan sepanjang hari, kecuali mereka tertidur, Senin sampai Kamis para maid harus mengenakan seragam maid, dengan sepatu pantofel. Sementara Jumat sampai minggu, para maid akan mengenakan seragam maid yang lebih bebas dan tidak terlalu formal. Raniya datang membawa cemilan dan duduk di lantai, tidak membalas tatapan Jello. "Meskipun kamu menggunakan pakaian semewah apa pun, kalau pada dasarnya kamu tidak pantas, ya akan tetap tidak pantas," sindir Jello membuat hati Raniya sakit sekali mendengarnya. Raniya sadar betul bahwa memang tidak pantas dirinya mengenakan pakaian mahal, apalagi dia hanya dari keluarga rendah. Raniya lalu bangkit dari duduknya dan membalikkan badan untuk melangkah menuju dapur. "Kamu harus mengganti dress itu, kamu sudah menghancurkan pakaian ibuku, jadi kamu tidak akan lolos," ancam Jello lagi tapi Raniya masih berusaha tersenyum. Ia juga sudah pasrah jika harus mengganti dress mahal itu, yang penting ia masih bisa mengirim uang pada keluarganya. "Kamu jangan langsung senang dan memanfaatkan ibuku untuk kesenanganmu sendiri, ibuku itu terlalu baik untuk kamu manfaatkan, jika suatu saat nanti aku menemukanmu memanfaatkannya, akan ku buat kamu menyesal." "Saya bukan orang yang selalu memanfaatkan keadaan. Saya tidak akan pernah mengganggu Madam, dan tidak akan pernah melakukan apa pun untuk kesenangan saya sendiri. Sayalebih suka bersenang-senang sendiri dengan cara saya, tanpa harus mengganggu kehidupan orang lain," jawab Raniya masih berusaha tegar, ia memang rendah sekali, bahkan di pandang remeh oleh orang lain. Jello bangkit dari duduknya dan menghampiri Raniya, wajah Jello penuh dengan kemarahan, entah kenapa ia begitu tidak menyukai Raniya, Jello menganggap bahwa Raniya hanya akan mengganggu ketenangan ibunya. "Siapa namamu? Raniya?" tanya Jello. "Tuan Muda, Anda sudah salah paham pada saya, saya tidak melakukan apa pun yang dapat membuat Anda benci pada saya." "Saya tidak menyukaimu sejak awal bertemu. Kamu sepertinya hanya akan menjadi hama dalam hidup keluarga ini," kata Jello mendekatkan wajahnya pada wajah Raniya yang berusaha menghindar. "Tuan Muda, saya kemari ingin bekerja dengan baik, ingin mendapatkan uang untuk kebutuhan keluarga saya, bukan datang untuk mengganggu ketenangan keluarga ini. Saya tidak pernah punya masalah dengan keluarga ini." Raniya berusaha menjelaskan membuat Jello tertawa mengejek. Jello menyentuh d**a Raniya dan mendorong gadis itu hingga terduduk di lantai. Raniya ingin sekali menangis dan meratapi nasibnya yang kian sulit ini, tapi Raniya tidak memiliki keberanian melakukannya. Raniya bukan siapa-siapa, dan Raniya tidak akan pernah mengganggu ketenangan keluarga ini. Jello sudah salah paham kepadanya, bahkan berbuat kasar kepadanya. "Lakukan pekerjaanmu seperti biasanya. Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang jauh dari kamu bayangkan." Jello berdiri dihadapan Raniya yang kini duduk di lantai. Kasihan sekali Raniya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD