1 bulan berlalu
Tengah malam tak biasanya Syila bangun karena terusik ngidam makan es buah. Ia membuka matanya perlahan samar samar ia melihat jam Beker yang ada diatas nakas menunjukan pukul 1.35 dini hari.
Ia memejamkan matanya sebentar karena masih mengantuk,ia mengumpulkan sisa nyawanya.
Ia duduk ditempat tidur yang tadinya tidur.
Ia mengedarkan pandangannya kepenjuru kamar.
Ia menunduk. Mengehela napas pelan sembari mengelus elus perutnya yang rata,"oke mari kita cari es buah ya sayang" Syila mengulas senyum dan segera bangkit bergegas melangkah keluar kamar.
Saat ia melangkah berjalan menuju dapur,samar samar ia mendengar seseorang sedang menelpon seseorang. Dari postur tubuh dan suara dingin tegas itu ia bisa menebak jika itu ialah suaminya,Daniel.
Karena tingkat kepekaan atau tingkat ketajaman seorang wanita hamil membuat Syila penasaran. Ia mengendap endap berjalan pelan mengintip tembok pembatas dapur dan ruang makan.
Ia menempelkan kupingnya pada tembok dingin itu,dengan wajah yang sangat sangat mengemaskan, ia bahkan mengigit bibirnya karena saking penasarannya.
"Sayang kamu jangan merasa bersalah kan aku sudah bilang kalo kita gak bakal pisah lagi"
Degg.
Suara lembut Daniel membuat Syila menatap nanar punggung suaminya itu,
Ia mengehela napas kasar, "kenapa sih? Apa aku harus mengalah?"tanya batin Syila. Yang kini tengah memegang dadanya erat erat. Ia merasakan sesak didada.
"Lagian nunggu satu sampai dua bulan aku pastiin aku bakal ceraikan Syila."
Degg.
Jantung berhenti seketika
Seluruh tubuhnya kaku
Napasnya tercekat
Ucapan Daniel bagaikan sebuah hantaman kuat. "Nunggu satu sampai dua bulan aku bakal diceraikan" gumamnya pelan.
"Iya iya,lagian Daddy sudah meninggal satu bulan yang lalu jadi buat apa aku mempertahankan hubungan ku"ucapnya enteng.
Tanpa sadar air mata Syila menetes.
"Iya,lagian kamu tau kan seluruh keluarga Frandzo gak ada yang suka sama Syila,apa lagi mommy aku"lanjutnya
Cukup. cukup Syila tak mau mendengarnya lagi. d**a Syila terasa sesak sekali.pedih. ia paham,ia akan melepaskan Daniel, ia telah menyerah. Ia tak mau mendengar lagi.
Syila bergegas melangkah pelan menaiki tangga, ia sudah tak napsu mencari es buah yang ia pikirkan nasib anaknya tanpa seorang ayah, Bagaimana jika anaknya menanyakan ayahnya, Yatuhannn.. ia merebahkan tubuhnya keranjang dan memejamkan matanya. Ia terisak Isak sembari memeluk perutnya yang masih rata itu.
*****
Syila berjalan pelan menaiki tangga mansion dengan satu kantong belanjaan yang dibeli sebelum pulang tadi, yah Syila baru saja menemui Romi karena kemarin Romi menghubunginya karena ia akan pergi ke Amerika berusaha melupakan Feby.
Syila membeli banyak s**u untuk ibu hamil yang sudah dibuang kotaknya agar tidak membuat penghuni Mansion curiga. Setelah Syila bulan lalu pergi membeli testpack bersama Roy ia segera mengeceknya dan bom hasilnya positif. ia takut jika Daniel mengetahui pasti dia akan menyuruh untuk menggugurkannya dan itu tidak akan pernah terjadi. Karena kemarin Syila akan tidak akan pernah mengatakannya.
Maid yang melihat Syila membuat s**u setiap hari pun sempat menanyakan namun Syila hanya menjawab itu adalah s**u peninggi badan biasa.
Setidaknya Syila sedikit leluasa mengingat Daniel yang sedang tidak ada dimansion ini karena perjalanan bisnisnya atau karena ingin menemui Feby ,entahlah ia tak mau memikirkan sesuatu yang membuatnya sakit hati.
Ia hanya khawatir jika Daniel mengetahui kandungannya itu,ia sangat takut.
Syila bahkan jika mengidam harus melihat kondisi ada Daniel atau tidak. Atau Syila melakukannya diam diam.
Dia merasa dirinya tak ada bedanya dengan perempuan hamil diluar nikah kemudian ditinggal kabur oleh pria yang tidak mau bertanggung jawab.
Syila merasa tak perlu untuk diberi dukungan oleh siapapun karena yang mampu yang mendukungnya hanyalah diri sendiri.
*****
Pagi ini Syila tidak menyiapkan sarapan seperti biasanya. Ia bertekad akan melupakan Daniel dan mengiklaskan cintanya itu. Daniel yang mendapat jawaban dingin Syila dibuat bingung. Saat ia menanyakan sesuatu pada Syila hanya dijawab "ya" "tidak" "Hm" "gapapa" gelengan dan anggukan serta deheman singkat.
Seperti sekarang Daniel tengah duduk disamping Syila yang tengah menatap tv dengan tatapan kosong. Tak jarang Daniel juga sering melihat nya melamun.
Drrtttt Drrtttt...
Deringan ponsel mengalihkan pandangan Daniel dan Syila.
Daniel merogoh kantong jas hitam dan mengambil handphonenya.
Ia segera mengangkat nya setelah melihat nama 'Swetty' dilayar handphone.
"Haloo"sapa Daniel tersenyum kecil. Syila yang tadinya melihat gerak gerik Daniel mengalihkan pandangannya pada TV saat melihat senyum Daniel.
"Iya aku otw sayang" Syila yang mendengar suara Daniel yang lembut hanya tersenyum miris. Daniel memutuskan sambung telepon dan menatap syila. Syila yang merasa ditatap pun mendongak menaikan salah satu alisnya.
Daniel yang ditatap Syila seperti itu berdehem singkat mengusir kegugupannya. "Nanti aku mau pulang telat"ujarnya yang tak sadar menggunakan aku-kamu.
Syila mendengar itu hanya mangut mangut pelan dan langsung berbalik menatap TV.
Daniel yang dibalas singkat oleh Syila merasa jengkel dan pergi untuk menjemput Feby. Syila yang melihat Daniel pergi hanya menatap nanar punggung Daniel yang menghilang dan mengalihkan ekor matanya menatap tv seraya mengangkat bahu acuh.
Diruangan luas dengan desain yang sederhana ada sepasang kekasih yang bermesraan tetapi entah apa yang dipikirkan pria itu sehingga ia mengacuhkan keberadaan wanitanya yang sedang mengoceh tak jelas.
"Sayang,kamu denger aku ga sih?"rengek wanita itu yang mengelanyuti lengan pacarnya itu. Mendengar rengekan wanitanya membuat ia meringis pelan dan menatap wanitanya yang kini tengah menatap jengkel."iya iyaa maaf ya sayang"seraya mengusap rambut wanitanya.
"Sayang temenin aku belanja yuk"ajak wanita itu yang langsung ditolak oleh pacarnya. Karena gerah ocehan wanitanya membuat ia menyerahkan blackcard pada pacarnya.
"Wah...makasih sayang,ya udah aku pergi dulu ya"girangnya dan langsung pergi.
Pria itu hanya menatap punggung kekasihnya yang telah menghilang. Entah sejak tadi ia kefikiran sikap Syila yang berubah padanya. Walau dibenaknya ia merasa khawatir tapi ia segera menepis nya.karena tak mau kefikiran terus akhirnya ia melanjutkan pekerjaan nya.
****
Sudah 3 hari sifat dan sikap Syila semakin aneh. Daniel merasa bingung dan merasa sedikit kehilangan. Ia juga pernah memergoki Syila tengah meminum s**u ia ingin menanyakan apa yang ia minum tapi karena gangsi nya tinggi membuat ia menelan semua pertanyaan itu. Ia juga sering mendapati Syila yang setiap makan makanan buah didepan TV padahal setau Daniel setiap Syila menonton tv Syila hanya memakan makanan ringan. Ia juga merasa jika Syila semakin hari semakin berisi.
Kadang Daniel juga mencari kesalahan untuk mendapat ocehan istrinya tetapi ia hanya mendapat respon singkat. Ia juga heran kenapa sekarang Syila meminta salah satu maid untuk menyiapkan kebutuhannya. Apalagi Syila yang selalu menghindarinya akhir akhir ini.
Pagi ini Daniel merasa tidak enak badan karena tadi malam ia dan Feby makan malam bersama sehingga ia pulang malam. Pukul 08.35 Syila baru keluar kamar karena ia kesiangan. Tadi malam ia tidak bisa tidur. Ia bergegas turun kedapur untuk sarapan. Saat didapur ia melihat Bi asih yang tampak sibuk menyiapksn sesuatu,karena rasa penasaran Syila berjalan mengampiri bi asih.
"Pagi bibi" suara Syila membuat bi asih kaget dan menoleh kearah Syila yang tampak bersalah mengagetkan bi asih.
"Aduhh maaf ya bi,Bibi jadi kaget ya"ringisnya yang kini menatap bi asih didepan nya.
Bi asih tersenyum maklum,"ga papa atuh syil"setelah itu berbalik badan dan melanjutkan pekerjaannya.
Syila menatap bi asih yang kini tengah sibuk membuat sesuatu,"Bi asih mau buat apa?"tanya Syila
"Ini tuan sakit jadi bibi buatin bubur"jelasnya seraya menuangkan air kedalam panci.
Penjelasan bibi membuat Syila menatap kaget,"Mas Daniel sakit?"gumam pelan Syila mengerutkan dahi.
Bibi mengangguk pelan menatap Syila,"iya syil,"jawab bibi yang mendengar gumaman Syila yang pelan itu.
"Biar Syila saja yang buat bi"ujar Syila berjalan mengambil bahan bahan yang ada didalam kulkas.
"Aduh syil,ga usah atuh"ucap bibi tak enak.
"Gapapa bi,lagian mas Daniel kan ga suka bubur, Syila mau bikin sop" seraya memotong sayur kecil kecil.
"Ya sudah bibi tinggal ya syil,nanti kalo butuh apa apa bilang saja bibi mau kebelakang dulu"ujarnya seraya tersenyum dan setelah itu pergi kebelakang.
Syila yang melihat punggung bibi yabg menghilang dari pandangannya ia melanjutkan membuat sop nya.
Ia menuangkan sop yang sudah jadi ke dalam 3 mangkok besar,ia sengaja membuat banyak karena ia menyisihkan untuk Roy dan bi asih serta maid bodyguard yang lainnya.
Syila berjalan menaiki tangga kekamar suaminya yang membawa nampan berisi sop dan air minum.
Tok..tok..tok
Syila mengetuk pintu saat sampai didepan kamar Daniel. Terdengar suara lemah dari dalam. Ia pun membuka pintu dan masuk kedalam kamar suaminya.
Syila menghampiri Daniel yang sedang meringkuk pada selimut tebalnya.
"Mas,makan dulu"yang langsung diterima oleh Daniel. Ditengah memakan sop buatan Syila,
Syila menghentikan suapannya, menatap Daniel yang tengah bersandar diranjang,"pinjem hp"singkatnya yang membuat Daniel menatap Syila bingung.
"Bentar"lanjutnya, Daniel mengalihkan ekor matanya,"itu dinakas"seraya menunjuk kenakas.
Syila meletakan mangkoknya dan berdiri berjalan mengambil handphone milik Daniel.
Ia menatap Daniel yang kini juga menatapnya,"buka"sembari memberikan handphone milik Daniel.
Daniel segera membuka password handphone dan memberikan nya pada Syila. Ia menatap penasaran saat Syila tengah mengotak ngatik handphone nya dan melihat Syila yang menempel kan nya ditelinganya itu.
"Halo"sapa Syila yang membuat daniel penasaran.
Ia melihat Syila yang memejamkan matanya sebentar seraya menghembuskan nafas nya dengan pelan, "Kerumah. Mas Daniel sakit ,Feb."yang langsung dimatikan oleh Syila. Halah bodoamat dibilangan ga sopan atau gimana masih untung Syila peduli. Daniel menegang saat ia mendengar ucapan terakhir Syila. "Feb? Feby?"batin Daniel yang bertanya tanya.
"Aku menghubungi Feby"ucap Syila yang seolah olah ia mengerti pikiran Daniel.
Daniel menatap Syila yang telah sadar melamun,"buat apa?"
"Ya ngurusin kamu lah"ujarnya dengan enteng seraya mengambil mangkok sop yang sudah dihabiskan setengah nya.
"Makan?"lanjutnya seraya menatap Daniel yang menatap Syila dengan pandangan yang sulit diartikan.
"Ya sudah" beranjak dari tepi ranjang bersiap untuk meninggalkan Daniel.
Saat berbalik dan baru satu langkah ia merasa tangannya dicekal oleh tangan Daniel yang panas.
Ia berbalik menatap bingung Daniel.
"Makan lagi"seraya menatap Syila dengan tatapan sayu. Syila yang ditatap seperti itu ia jadi sedikit iba. Untung suami batinnya seraya memaki maki.
Ia duduk ditepi ranjang seraya melanjutkan menyuapkan Daniel. Tak lama kemudian makanan habis tak tersisa.
Saat Syila membereskan mangkok dan akan pergi kedapur tiba tiba ada tangan yang menahannya lagi. Membuat menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya pada pemilik tangan itu.
"Kenapa?"tanya Syila singkat
"Jangan pergi,temani aku"ucap pelan Daniel .karena malas berdebat Syila menuruti perintah Daniel.
Tak lama kemudian hembusan napas teratur terdengar menandakan Daniel tertidur. Syila pun melepaskan genggaman tangan Daniel. Ia menyelimuti dan mengecup kening Daniel. Syila segera pergi keluar kamar membawa nampan.Tanpa mereka sadari Feby melihat semua itu ia segera pergi melangkah keluar mansion untuk menenangkan dirinya.