part 7

1718 Words
Syila pergi kedapur yang berada dilantai bawah. Perutnya terasa lapar karena setelah memasak tadi ia belum sempat menyentuh makanannya. Apalagi karena tadi ia telah banyak pikiran membuat rasa lapar itu semakin terasa hingga ia tak dapat menahannya. Syila duduk di kursi makan,didepannya tidak banyak, Syila sengaja memasak sedikit karena ia pikir Daniel tak pulang hari ini. Karena sejak kemarin ia sangat ingin rendang mungkin ini adalah permintaan bayi. Syila sangat menikmati makanan nya seorang diri tanpa memperdulikan orang yang diatas sana. Apakah suaminya itu sudah makan atau belum, ia sudah lelah. Syila tidak ingin ambil pusing juga tidak ingin peduli dengan Daniel. Pria arogan itu pasti makan dengan sendirinya jika ia merasa lapar ia juga pasti makan diluar dengan Feby. Syila tidak lagi ingin repot repot memaksa pria itu untuk makan bersamanya, seperti yang lalu lalu. Saat makan siangnya tinggal setengah, Syila mendengar derap kaki yang semakin mendekat. Tanpa menoleh ke asal suara itu pun, Syila sudah tau siapa orang yang hendak memasuki dapur.  Syila terus melanjutkan makannya saat mendengar kursi ditarik. Rasa laparnya yang tadi membuncah kini hilang saat Daniel berada diruangan yang sama dengannya. Udara diruangan itu seketika menbuat Syila sesak dan jengah.  "Kamu makan kok gak ngajak ngajak aku?" Daniel duduk lalu menautkan jemarinya diatas meja dengan siku yang menjadi tumpuan.  Syila diam tak bersuara. Ia merasa tidak perlu menjawab pertanyaan yang sangat tidak penting itu. yang ia pikirkan drama apa lagi yang Daniel buat?  Daniel menatap Syila bingung karena reaksi Syila yang diam saja. Ia tak ambil pusing. Daniel segera mengambil piring kaca yang disimpan dilemari dekat wastafel lalu mengambil makanan sendiri. Saat akan mengambil makanan sendiri ia merasa bingung karena tak biasanya makanannya sedikit. Ia menoleh menatap Syila yang masih memakan makanan itu.  "Syil,kok makanannya segini?"suara Daniel membuat Syila menghentikan sendok yang dipenuhi makanan itu melayang. Ia menoleh menatap Daniel,"Ya kan aku ga tau kamu pulang,lagian setiap aku masakin ga pernah tuh kamu makan" ujarnya dengan entengnya seraya melahap makanan yang tadi tertunda.  Mendengar ucapan Syila yang seperti itu membuat Daniel menatapnya merasa bersalah. Ia berdehem pelan mengalihkan pandangannya dari Syila lalu melanjutkan mengambil makanan tadi.  Daniel melihat Syila yang sedang mengunyah makanan dengan ogah-ogahan lalu mulai menyuapi makanan dipiringnya. Dalam diam Daniel memperhatikan gerak gerik Syila. Melihat Syila menuruni kursinya, Daniel langsung menegakkan tubuhnya.  "Mau kemana?"Tanyanya lembut. Sungguh tingkah laku Daniel yang seperti ini membuat Syila bingung. Tiba tiba sekelebat ingatan waktu itu membuat ia tersenyum miris.  Syila mengendikkan bahunya lalu pergi dari hadapan pria itu.  Syila kembali meninggalkannya. Daniel menatap kepergian istrianya dengan sendu. Selanjutnya,ia kembali menikmati masakan Syila yang sudah menjadi candunya seorang diri. Bukankah ini yang dulu ia inginkan? Melakukan segala hal hanya seorang diri tanpa ada bayang bayang Syila yang mengikutinya disamping? Seharusnya Daniel merasa puas dan senang karena apa yang ia inginkan dulu terwujud. Namun,saat ini semuanya berbeda. Entah kenapa Daniel merasa kehilangan Syila. Walau Syila ada disini tapi ia merasakan jiwanya hilang.  Dengan cepat Daniel menghabiskan makanannya dan ingin menemui Syila. Mereka harus berbaikan,Daniel sudah tidak Daniel sudah tidak tahan dianggap tidak ada oleh Syila.  Daniel keluar dari dapur dan menemukan Syila sedang menonton tv. Wanita itu berulang kali mengganti Chanel TV dengan gerutuan kecil. Daniel tersenyum tipis mendengarnya, ia merindukan sisi Syila yang seperti ini.  Daniel duduk disamping Syila. Sengaja ia meletakan lengannya diatas sandaran sofa yang tepat dibelakang Syila. Ia tampak tengah merangkul wanita itu.  "Kenapa hmmm?" Syila memutarkan bola mata biru jernih itu. Ia terlihat sangat jengah karena tingkah Daniel yang pura pura baik dengannya.  Sejak kapan pria itu peduli denganya? Syila mendengus dalam hati.  Syila mencium aroma mint yang menyeruak dari dalam tubuh Daniel. Sejujurnya ia sangat senang jika ia diperlakukan seperti ini tapi kenapa baru sekarang?kenapa ini hanya sementara?andai Daniel akan seperti ini terus,andai ini bukan sandiwara. Pelukan Daniel membuat jantung nya mencelos.  Walaupun begitu Syila tidak peduli. Kemarahan dalam dirinya membuatnya seakan lupa seberapa pentingnya Daniel untuk dirinya. Membuatnya lupa seberapa besar perjuangan yang telah ia lakukan demi mendapatkan cinta suaminya. Seharusnya Syila mengadakan syukuran karena ia berhasil membuat suaminya terlihat begitu mencintainya. Yah terlihat itu hanya terlihat karena yang Syila tahu sejak kejadian ia mendengar tentang perceraian ia menjadi sangat membencinya. Ia tahu itu hal yang tidak baik namun Syila seperti tak pernah sekalipun dihargai olehnya. Tapi Syila seakan benar benar lupa akan usahanya dulu. Apa salahnya ia memaafkan Daniel dengan mudah. Namun,dirinya tidak bisa melakukan itu. Entah kenapa.  Syila bangkit dari duduknya. Namun,tarikan Daniel kembali membuatnya jatuh terduduk hingga membentur d**a pria itu. Untuk sesaat Syila menahan napasnya,aroma tubuh Daniel kembali membuatnya lupa diri.  "Jangan pergi."suara Daniel yang lirih membuat hati kecil Syila tersentil. Ia belum pernah melihatnya seperti ini. Apa ia sudah keterlaluan. Ia tahu ini dosa besar tapi ia hanya ingin membangun dinding kokoh untuk berjaga jaga. Ia takut Daniel merobohkannya. Sudah cukup ia menangisi takdirnya.  "Lepas" Syila memberontak didalam pelukan Daniel.  "Sebelum aku lepaskan kamu,katakan kenapa kamu berubah?" Daniel semakin membenamkan wajahnya diceruk leher Syila dan menghirup aroma vanila. Rasanya sudah lama ia tak memeluk istrinya seperti ini eh ini yang kedua kalinya kan yang pertama kalinya saat kejadian itu.  "Lepas"lagi lagi Syila memberontak tapi ia kalah kuat dari Daniel. Pria itu seakan tidak rela melepaskan dirinya walaupun hanya sesaat. Tingkah Daniel membuat Syila muak.  Melihat Syila yang berhenti memberontak membuat Daniel tersenyum puas.  "Mas"suara lembut Syila membuat Daniel melonggar kan pelukan nya. Ia seakan terhipnotis saat Syila menatap nya. Bola mata hitam pekat tajam milik Daniel beradu dengan manik biru jernih milik Syila. "Syila,tolong jawab kata kataku, umpat aku kalo kamu memang marah,jangan cuma diam dan memendam semuanya sendirian. Aku udah tau gimana sakitnya kamu waktu aku pergi dan ngacuhin keberadaan kamu. Aku tau gimana sakitnya." Daniel membingkai wajah syila dengan telapak tangannya. Namun, dangan cepat Syila menyingkirkan tangan itu lalu memukul kuat d**a bidang Daniel.  "Aku mau turun."pintanya pelan. Suaranya tercekat setelah mendengar pengakuan Daniel. Benarkah pria itu menyesali perbuatannya?  "Maafin aku dulu"ujar Daniel lalu kembali menumpukan dagunya diatas bahu Syila.  "Turunin dulu."Syila berkata pelan membiarkan tingkah Daniel.  "Beneran?kamu mau maafin aku kalo aku turunin?"Daniel tampak sumringah menatap wajah Syila. Senyum manis terukir dibibir yang seksi.  Syila kembali bungkam.  "Oke aku turunin asal kamu mau maafin aku."Setelah mengatakan itu Daniel lalu mengangkat Syila dari atas pangkuannya dan mendaratkan wanita itu duduk disampingnya.  Senyum cerah tidak lepas dari bibir Daniel karena Syila akan memaafkannya. "Udahkan? Kamu jangan marah lagi,ya?" Daniel menghadapkan tubuhnya kearah syila dengan satu kaki yang berlipat di atas sofa. Syila menatap daniel dengan datar. "Senyum dong." Daniel menyentuh sudut bibir syila hingga membentuk senyum tipis. Tatapan syila yang datar tidak lepas dari pandangannya. "Jangan menyentuh ku." Tekan syila setelah menyingkirkan tangan daniel dengan kasar dari atas bibirnya. "iya maaf." Daniel menjauhkan tangannya. "tapi tadi kamu janji mau maafin aku,"ujar daniel lirih seraya menatap syila sendu. Entah benar yang dikatakan daniel atau ia hanya drama. "oh ya? Emang tadi aku ada bilang iya?enggak kan?kamu aja yang bodoh"sarkas Syila dengan senyum meremehkan. "Tapi aku udah nurunin kamu"balas Daniel tak mau kalah.  "itu gak laku buat aku. Jangan bertingkah seakan akan kamu memang butuh aku. Sandiwara kamu dari awal memang udah keren,bahkan tadi aku hampir ketipu"ujar syila dengan nada sinis.   "Silakan pergi dari rumah ini dan urusi pacarmu. Aku gak butuh suami b******k kaya kamu."sarkas syila kelewat pedas.  "Dari awal kamu emang gak mau kan nikah sama aku? Kamu gak mau kan kalo aku kekang kamu buat ketemu sama feby? Sekarang kamu bebas. Aku udah bebasin kamu dari semua itu. Anggap aja kalau kamu gak punya istri yang harus dijaga perasaannya. Seperti yang selama ini kamu lakuin. Kamu hanya perlu melanjutkan sikap kamu kesemula dan jangan pura pura baik didepan aku. Anggap aja kalo aku gak pernah hadir dikehidupan kamu. Aku juga bakalan kaya gitu. Aku gak akan anggap kamu sebagai suami aku lagi. Aku bebas bergaul sama cowo manapun.Toh dari dulu kamu emang gak pernah ngelarangkan? Kenapa? Karena kamu gak pernah anggap aku sebagai istri kamu. Seharusnya kamu peduli sama aku,"   "yang hanya diotak kamu cuma feby feby dan feby. Sampai sampai kamu ngabaiin aku didekat kamu. Apa kamu tau seberapa sulitnya aku ngehadapin kamu?apa kamu tau saat aku berusaha bangun pagi pagi masakin kamu tapi masakan aku berakhir ditong sampah?!apa kamu tau gimana perasaan aku saat kamu pergi berhari hari dengan alasan pergi untuk ngurusin bisnis tapi kamu malah pergi jalan jalan sama pacar kamu?! Apa kamu tau betapa hancurnya ketika mahkotaku direnggut paksa sama suamiku sendiri dan lebih parahnya ia meracau memanggil nama pacarnya!dan dengan santainya ia tak merasa bersalah?!apa kamu tau gimana perasaan aku saat kamu perhatian sama pacar kamu ketimbang aku yang berstatus istri sah kamu?!"Syila menarik napas dalam. Air natanya sedari tadi ia tahan sudah melunjur dan mengalir dipipi mulusnya. "Kamu tau gak gimana hancurnya perasaan aku saat kamu gak pernah nyentuh aku?enggak kan?karena apa? Karena kamu selalu jaga perasaan feby! Walaupun dia jauh kamu selalu jaga perasaannya! Kamu takut selingkuh dibelakang feby! Kamu takut feby kecewa!,padahal udah jelas kalo feby ninggalin kamu! Udah jelas dia yang ngecewain kamu. Kamu itu BODOH Daniel, kamu jaga perasaan wanita lain tapi mengabaikan perasaanku yabg berstatus istrimu! Kamu bodoh daniel!" Sarkas syila dengan tatapan yang berkilat marah. Pancaran matanya tampak tajam,tetapi air matanya tak berhenti mengalir dari mata biru jernih itu. Seolah ia menunjukkan seberapa marah dan sedihnya selama ini.   "Aku tau ini perjodohan alm.ayah tapi setidaknya kamu hargai aku daniel!tapi kamu gak pernah hargai aku sedikitpun!! Selama 3 bulan aku sabar dengan semua tingkah kamu yang semena mena dengan ku tapi maaf sekarang kesabaran ku sudah habis," " Jadi mulai sekarang mari kita bersikap seperti yang kamu inginkan." Syila menarik napas kuat. Ini adalah pilihan yang tepat, ini saatnya ia menyerah dengan semua ini,  "Mari jangan menganggap satu sama lain. Jangan anggap kehadiranku,begitu pun sebaliknya. Aku tidak akan menganggap mu ada dihidupku." Putus syila lalu beranjak dari duduknya. Meninggalkan daniel yang menatapnya tanpa berkedip.   Bukankah ini yang daniel inginkan?Bukankah ia ingin berpisah dengan syila? Bukankah ia tak ingin syila disisinya? Bukankah ia ingin syila menghilang dimuka bumi ini? Tetapi,   Kenapa daniel merasa sesuatu menghimpit jantungnya. Membuat merasa sesak yang amat sangat. Perkataan syila yang cukup panjang seolah menyadarkannya. Memberi tamparan pedas yang mampu menyadarkannya,seberapa besar kesalahan yang ia perbuat selama ini. Jika sudah begini apa lagi yang harus ia lakukan selain menuruti permintaan syila? Daniel menatap istrinya yang pergi menaiki tangga dengan sendu.  Setetes air mengalir dari sudut mata daniel.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD