Utusan Drake telah memberikan laporan pada Raja Arland yang kini tengah duduk di singgasana megahnya di dalam ruang pemerintahan utama istana kerajaan Artemis yang bernuansa emas. Kemegahan ruang pemerintahan itu sudah terkenal hingga ke seluruh kerajaan yang ada di benua Estland. Tidak diragukan lagi bahwa Raja Arland adalah pemuja kemewahan. Ruangan itu menunjukan betapa kaya dan jayanya kerajaan Artemis.
Langit-langit ruangan itu berbentuk kuba yang juga dihiasi dengan ornamen emas. Lukisan di langit-langit terlihat indah dan mengesankan, sungguh sebuah karya yang sangat pantas untuk dipuji.
Di singgasananya yang berukiran kepala burung phoenix, sang raja yang terlihat bijaksana menampakan wajah puasnya. Tidak sia-sia ia memberikan kekuasaan militer yang besar pada putra keduanya. Drake telah membalaskan kekalahan Artemis puluhan tahun silam. Kala itu Raja Arland yang memimpin pasukan untuk menyerang kerajaan Onyx, tetapi karena ketidakmampuannya, ia harus mundur dan menerima kenyataan bahwa kerajaan Onyx tak akan mampu ia taklukan.
Saat itu Raja Arland masih terlalu muda. Ia terlalu berambisi untuk menaklukan kerajaan Onyx tanpa memikirkan banyak hal. Medan perang selalu berubah, meski saat itu Raja Arland telah mengatur strategi matang, tetap saja ia kalah. Ia disergap oleh pasukan Onyx di jalan yang bahkan tidak pernah ia perkirakan sebelumnya. Beruntung ia bisa menyelamatkan diri dan membawa sisa pasukannya kembali.
Setelah kekalahan itu, niat raja Arland untuk menguasai kerajaan Onyx belum padam. Ia bersumpah, suatu hari nanti kerajaan itu akan ia hancurkan atau takluk dibawah kekuasaannya. Dan sumpahnya tercapai melalui Drake, putra keduanya yang sangat berbakat di medan perang.
"Ini berita yang sangat ingin aku dengar. Pangeran Drake sekali lagi telah memberikan kontribusi besar bagi kerajaan Artemis." Raja Arland tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya pada Drake. Ia memuji Drake di depan semua pangeran dan pejabat tinggi di dalam ruangan itu, serta di depan Putra Mahkota yang sangat ia sayangi.
Seorang menteri maju ke tengah ruangan itu. Dengan menunduk ia memberi hormat lalu berkata, "Yang Mulia, sudah seharusnya Pangeran Drake mendapatkan hadiah atas kemenangannya." Menteri Pertahanan memberikan pendapatnya pada pertemuan kali itu.
Seorang menteri lain dari barisan berbeda dengan Menteri Pertahanan juga maju. "Yang Mulia, memenangkan peperangan adalah tugas Pangeran Drake. Anda tidak perlu memberikannya hadiah mengingat perilaku Pangeran Drake yang tidak memiliki rasa hormat pada Anda." Menteri Kehakiman memberikan pendapat yang berlawanan.
Bukan rahasia umum lagi, bahwa Pangeran Drake tidak pernah menghormati Raja Arland. Setiap kali memenangkan pertempuran, Raja Arland selalu mengadakan pesta untuk mengapresiasi kemenangan itu, tapi Drake tidak pernah hadir. Ia bahkan menolak undangan yang dikirimkan Raja Arland yang ingin makan malam bersama dengannya serta para pangeran lain. Tidak hanya itu, Drake juga tidak bersedia menerima hadiah yang Raja Arland berikan padanya atas kemenangan Drake di medan perang. Serta Drake tidak pernah hadir di dalam rapat kerajaan, atau pertemuan penting lainnya.
Para menteri yang mendukung Putra Mahkota tentu saja menggunakan ketidak sopanan Drake untuk semakin menjatuhkan Drake di depan Raja Arland. Namun, sayangnya bagaimanapun mereka menjelekan Drake di depan Raja Arland, mereka tetap tidak bisa melihat Drake mendapatkan hukuman atas kesombongan Drake. Raja Arland mendengarkan keluhan itu, tapi tidak bertindak karena pria itu sangat memahami Drake.
Semakin ia bertindak keras pada Drake, maka semakin Drake tidak akan menghormatinya. Ia membutuhkan Drake untuk mencapai kepuasannya dalam mengusai Estland. Raja Arland memiliki Putra Mahkota Carl, tapi ia tidak bisa mengirim anak kesayangannya itu menantang maut karena takut anaknya tidak akan kembali padanya dalam keadaan hidup. Dalam otak Raja Arland, ia hanya tahu cara memanfaatkan Drake agar memenuhi ambisinya dan untuk mengamankan hidup Putra Mahkota.
Melihat Menteri Kehakiman yang menolak gagasan Menteri Pertahanan, Perdana Menteri maju ke depan. Pria yang selalu didengar oleh Raja Arland ini memberikan pendapatnya mengenai pemikiran Menteri Pertahanan.
"Yang Mulia, saya ingin menyampaikan pendapat saya." Perdana Menteri dengan hormat meminta izin.
"Katakanlah Perdana Menteri."
"Pangeran Drake telah memberikan banyak kemenangan untuk Kerajaan Artemis. Ia pantas mendapatkan hadiah atas kerja kerasnya. Mengenai ketidaksopanannya, itu hal yang berbeda, Yang Mulia. Mohon Yang Mulia memikirkannya kembali." Perdana Menteri meminta dengan rendah hati.
Menteri Kehakiman melirik Perdana Menteri dari ekor matanya. Sejak lama ia tidak menyukai Perdana Menteri, tapi ia tidak memiliki cara untuk menyingkirkan pria itu.
Setelah Perdana Menteri, Putra Mahkota ikut maju ke depan. Raja Arland yang tengah berpikir kini menunggu apa yang ingin dikatakan oleh putra kesayangannya.
"Ayahanda, aku setuju dengan Perdana Menteri. Pangeran Drake telah mencurahkan segala pemikiran dan sangat bekerja keras dalam peperangan ini. Ia harus mendapatkan hadiah terlepas dari diterima atau tidaknya." Putra Mahkota berkata dengan nada bijaksana. Pria berparas rupawan itu terlihat seperti calon pemimpin yang sangat sempurna.
Dalam kata-katanya terdapat kemurahan hati. Tindakannya bijaksana. Ia memiliki reputasi yang luar biasa baik di dalam maupun di luar istana.
Rakyat Artemis merasa sangat diberkati karena memiliki calon penerus seperti Putra Mahkota Carl dan juga Pangeran Drake yang menguatkan Artemis.
Sayangnya, hal itu hanyalah topeng yang dipakai untuk menutupi sifat asli Putra Mahkota Carl. Di balik kata-katanya selalu tersimpan niat lain. Ia tidak pernah menyukai Drake, tapi ia tidak akan menunjukan itu di depan umum. Ia dengan cepat belajar bahwa dirinya seorang Putra Mahkota tidak boleh memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mencelanya. Di depan orang lain ia akan terlihat bijaksana, berbudi luhur, dan mulia.
Semua hal itu telah Carl pelajari dari ibunya yang sama-sama bermuka dua. Lembut dan bijaksana di luar, tapi licik dan mematikan di dalam.
Menteri Kehakiman diam-diam melirik Putra Mahkota. Ia tidak mengerti apa yang tengah dipikirkan oleh Putra Mahkota saat ini. Harusnya Putra Mahkota mendukungnya, bukan melemparkan kotoran ke depan mukanya seperti saat ini.
Raja Arland kini tidak berpikir panjang lagi. Ia memerintahkan sekertaris istana untuk membuat sebuah dekrit. "Pangeran Drake telah memberikan kemenangan bagi Artemis, oleh karena itu aku memberikannya Kota Orch dan juga 20.000 koin emas."
Setelah dekrit dibuat, para pejabat dan pangeran yang ada di dalam istana bersuara serempak. "Yang Mulia Raja sangat murah hati."
Pertemuan usai. Raja telah meninggalkan singgasananya, para pejabat dan pangeran satu per satu keluar dari ruangan itu.
"Putra Mahkota, Anda benar-benar bijaksana." Menteri Keuangan memuji Carl yang berdiri di sebelahnya sembari menuruni anak tangga di depan ruang pemerintahan.
Carl tersenyum kecil menanggapi pujian, atau lebih tepatnya jilatan dari Menteri Keuangan yang berada satu kapal dengan Sang Ratu.
"Aku hanya menyatakan pendapat yang berasal dari hati nuraniku, Menteri Layton," jawab Carl dengan mata melengkung ramah.
Menteri Layton sudah selesai berbasa-basi. Ia segera pamit dan mengambil jalan lain. Sementara Carl, ia mempercepat langkahnya agar bisa mendekati Perdana Menteri yang saat ini tengah berbincang dengan pejabat tinggi lainnya.
Carl melangkah seolah tidak melihat Perdana Menteri dan pejabat lainnya. Hingga akhirnya ia berhenti melangkah ketika orang-orang yang hendak ia lewati memberi hormat padanya.
Dengan berwibawa, Carl menerima penghormatan itu. Ia melemparkan senyuman ramah dan kemudian berlalu pergi. Mereka adalah orang-orang yang ingin Carl dapatkan dukungannya. Ia harus bersikap sebaik mungkin di depan Perdana Menteri dan beberapa pejabat tinggi lainnya itu.
Meski Perdana Menteri dan pendukungnya tidak menunjukan rasa tidak suka padanya, tapi tetap saja mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Drake, satu-satunya saudara yang ia anggap akan membahayakan tahtanya karena kemampuan Drake dalam memenangkan perang. Oleh karena itulah Carl harus mendapatkan dukungan dari mereka agar posisinya benar-benar kuat.
Usai dari ruang pemerintahan, Carl pergi ke kediaman ibunya —Ratu Camille. Kedatangannya telah diumumkan oleh penjaga di depan pintu. Ratu Camille yang sedang merangkai bunga kini melepaskan bunga-bunga yang ada di tangannya lalu mengangkat wajah lembutnya dan menatap sang putra dengan senyuman hangat.
"Putra Mahkota memberi salam pada Ibunda Ratu." Carl memberi hormat dengan menundukan kepalanya.
"Angkat kepalamu dan kemarilah, Putra Mahkota." Ratu Camille menepuk tempat duduk di sebelahnya.
Carl segera melangkah dan duduk di sebelah ibunya. "Apakah kedatanganku menganggu kegiatan Ibu?" Carl melihat ke bunga-bunga indah yang ada di meja.
Ratu Camille meraih tangan Carl. Tak ada kata 'mengganggu' bagi putra yang ia cintai dengan sepenuh hatinya. Sesibuk apapun dirinya, jika Carl datang menemuinya maka ia akan segera melepaskan pekerjaannya.
"Tidak, Putraku."
"Apakah Ibu sudah mendengar tentang kabar bahwa Pangeran Pengganti itu telah memenangkan perang lagi?" tanya Carl dengan nada tenang seperti air.
Ratu Camille menganggukan kepalanya sedikit. Kepala pelayannya sudah memberitahukan hal ini padanya. "Apakah hal itu mengganggumu?" Ratu Camille balik bertanya. Ia menatap wajah tampan anaknya dengan jiwa keibuan.
Carl menatap ibunya tak mengerti. Kenapa masih menanyakan hal yang sudah jelas jawabannya? Semakin besar konstribusi Drake dalam memenangkan peperangan maka akan semakin besar Drake menerima pujian dari semua orang. Dan Carl benci hal itu. Ia tidak suka ada orang lain yang melebihi dirinya.
Ratu Camille melepaskan tangan Carl. Ia kembali melanjutkan kegiatan merangkai bunga.
"Kau adalah putra sulung Raja. Posisimu kuat dari lahir. Ayahmu juga sangat mencintaimu. Para pejabat tinggi mendukungmu. Dan kau memiliki ibu yang akan memudahkan langkahmu. Sedangkan, si Pengganti itu? Dia bahkan tidak harus kau pikirkan. Kau hanya perlu bertindak seperti biasanya, sementara sisanya biarkan ibu yang mengurusnya." Manik hitam legam Ratu Camille menatap Carl seksama. Ia tidak ingin anaknya mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Drake memang berbahaya bagi putranya, tapi ia tidak akan membiarkan anaknya mengotori tangan untuk mengurusi Drake.
"Bagaimana jika dia melakukan pemberontakan?" Carl memikirkan hal lainnya. Drake memang tidak memiliki dukungan yang kuat, tapi pria itu memiliki otoritas militer yang besar. Para prajurit setia dibawah komando Drake, dan jika Drake memerintahkan pemberontakan, bukan tidak mungkin mimpinya menjadi raja hanya akan jadi angan belaka.
Ratu Camille membelai tangkai bunga yang ia pegang, kemudian ia mematahkannya dengan begitu mudah. Seperti itulah Drake baginya. Ia bisa dengan mudah mengakhiri nyawa Drake jika dia mau.
"Jika itu yang kau khawatirkan maka Ibu akan membuat ayahmu mencabut otoritas militernya."
Jawaban Ratu Camille masih belum membuat Carl puas. Pria itu hanya menginginkan kematian Drake, dengan begitu tidak akan ada hal yang perlu ia cemaskan lagi.
Akan tetapi, untuk saat ini mencabut otoritas kekuatan Drake sangatlah penting. Jika hal itu terjadi maka Drake hanya akan menjadi cangkang kosong. Begini juga baik, Drake akan menjadi pangeran yang tidak berguna sama sekali.
"Ibu sangat pandai. Alih-alih membunuhnya, Ibu membuat dia menjadi pecundang."
Ratu Camille tahu anaknya sangat cerdas. Daripada membunuh Drake, alangkah baiknya jika ia bisa membuat Drake tersiksa.
Rangkaian bunga Ratu Camille selesai. "Ibu akan pergi mengantarkan rangkaian bunga ini pada Ayahmu. Kau kembalilah ke ruang pemerintahanmu dan lakukan tugasmu dengan benar."
"Kalau bagitu Aku permisi, Ibu." Carl bangkit dari duduknya, ia mengecup kening sang ibu kemudian pergi.
"Matilda, aku akan mengunjungi kediaman Raja." Ratu Camille merapikan gaunnya kemudian berdiri.
"Baik, Yang Mulia Ratu." Matilda meraih rangkaian bunga tadi. Ia membawanya dan melangkah di belakang ratu. Di belakangnya terdapat 6 pelayan dan prajurit yang mengikuti.