Alia dan Lira terlihat saling pandang satu sama lain. Entah sedang saling melempar tuduhan atau masing-masing saling menyalahkan, aku tak mengerti. Namun, yang jelas kulihat, wajah keduanya terlihat pucat kali ini. Persis bunga yang layu di musim kemarau. Suasana hening menjeda, sampai akhirnya adikku mengeluarkan suara terlebih dulu. "Mungkin … Darren yang—." Terlihat Lira mengurungkan niat untuk berbicara saat mungkin merasa dirinya takut salah kata. "Ya, bisa jadi. Oke, mari kita buktikan sekarang," sambar Resti kemudian. Setelahnya, terlihat dia sibuk dengan ponsel yang baru dia keluarkan dari tas selempang kecil miliknya. Resti berdecak berulang kali saat mungkin panggilannya tak mendapatkan respon dari seseorang yang kuperkirakan adalah Darren. "Dasar, Playboy!" umpatnya geram d