5. Portal waktu

1626 Words
AIMEE Aku mengerjap-ngerjapkan mata saat sinar putih yang menyelubungi diriku perlahan-lahan telah hilang dan sekarang aku mendapatkan diriku berada disebuah lorong panjang yang hanya di terangi oleh cahaya lilin yang terpasang di tembok berlumut. Bau apak segera saja tercium olehku. Angin kencang tiba-tiba berhembus dengan cukup kencang membuat pintu di belakangku tertutup dengan suara keras dan membuatku melompat terkejut. Aku berusaha membuka kembali pintu itu, tapi pintu itu tidak dapat dibuka. Rasa panik mulai melandaku. Bagaimana kalau aku terkurung di sini selamanya. Air mata telah menggenang dan pandangan di sekelilingku menjadi kabur. Aku menarik napas dan berusaha menenangkan diriku agar tidak panik. Setelah diriku tenang , aku melihat kunci yang kugunakan untuk membuka pintu itu masih berada dalam genggaman tanganku. Aku merasa bersyukur sesaat setelah membuka pintu, aku langsung mengambil kembali kunci itu. Secercah harapan kembali muncul di dalam diriku. Aku kembali memasukkan kunci itu, tapi pintu itu tidak mau terbuka. Oh tidak. Aku kembali panik dan mengedor-ngedor pintu dengan harapan akan ada orang yang mendengarnya. "Tolong aku! Aku ada di dalam. Tolong bukakan pintunya!’’teriakku. Entah sudah berapa lama aku mengedor-ngedor pintu , tetapi tidak ada satu pun orang yang mendengarnya. Aku jatuh terduduk dengan lemas dan mulai menangis. Hidupku sudah berakhir dan akan mati di tempat ini tanpa seorang pun yang tahu. Tempat ini begitu lembap dan udara disepanjang lorong ini begitu dingin. Ini semua karena kunci yang diberikan wanita aneh yang kutemui disebuah sirkus. Seharusnya aku tidak menerima pemberiannya dan sekarang aku malah terjebak di sini. Angin kembali berhembus entah dari mana kemudian dikuti oleh suara bisikan yang membuat bulu romaku berdiri. Aimeeee "Siapa di sana?’’ Aku merapatkan diri ke dinding yang terasa dingin dan lembab. Mataku mencari-cari asal suara itu. Aimeeee "Siapa kau?’’teriakku sekali lagi. Selama sejenak tidak ada bisikkan yang memanggil namaku lagi. Aku menghapus air mata dengan ujung jaket jinsku. Perlahan-lahan, aku mulai berdiri dan mengamati di sekelilingiku. Tanaman merambat hampir memenuhi sepanjang tembok . Bayangan akan menemukan harta karun di balik pintu rahasia hilang sudah dan yang aku dapatkan sekarang diriku terkunci dari dalam tanpa bisa keluar lagi. Aku memang bodoh mana ada harta karun yang tersimpan di rumah bibi Adrienne. Andai saja aku dapat menghubungi Mom dan Dad. Seperti teringat sesuatu, aku meronggoh celana jinsku mengambil ponselku dan aku kembali kecewa, karena tidak ada sinyal sedikit pun. Sekali lagi aku menatap lorong panjang itu. Apakah akan ada pintu keluar di ujung lorong ? Aku pun mengumpulkan keberanianku untuk berjalan menyusuri lorong panjang itu. Selama berjalan disepanjang lorong yang hanya diterangi oleh beberapa lilin , aku selalu dikejutkan oleh tikus-tikus yang berlarian sambil mencicit ketakutan dan setelah beberapa menit berjalan aku melihat sebuah pintu lain dan pintu itu tidak terkunci. Aku membukanya dan melihat tanaman merambat di depanku. Aku menyibaknya dan aku melihat lapangan hijau terbuka terbentang di hadapanku yang hanya di kelilingi sedikit pepohonan. Aku merasa bahagia karena tidak akan jadi mati di lorong angker itu. Udara sejuk langsung mengisi paru-paruku. Mataku melihat ke sekeliling dan saat itu juga aku menyadari, aku berada di suatu tempat yang tidak kukenal. Dengan cepat aku menuruni bukit dan berlari ke tengah-tengah lapangan hijau terbuka untuk memastikan di mana aku berada, tapi tetap saja aku tidak mengenali di mana aku berada sekarang. Di sekelilingku hanya ada bukit dan di kejauhan ada hutan .Rumah bibi Adrienne tidak terlihat di mana-mana. Meskipun kakiku sudah lelah karena berjalan lama sepanjang lorong tadi, aku memaksakan diri untuk tetap berjalan. Matahari sudah semakin tinggi dan udara sudah semakin panas. Aku lelah, haus dan lapar. Pandangan mataku sudah mulai kabur dan rasanya aku mau pingsan. Saat aku berteduh di bawah pohon , aku mendengar suara hentakan suara kaki kuda dari kejauhan dan benar saja aku melihat sebuah kereta mewah yang ditarik oleh empat ekor kuda besar berwarna coklat melewati tempat perisitirahatanku dan sekilas kulihat seorang wanita cantik dan anggun sedang duduk di dalam kereta itu . Debu-debu bertebaran saat kaki kuda itu berlari. Aku terbatuk-batuk saat menghirup debu itu dan hanya berdiri di balik pohon dengan terperangah melihat betapa mewahnya kereta kuda itu. Aku memutuskan kembali berjalan mengikuti jalan yang di lalui kereta kuda tadi, siapa tahu tidak jauh dari sini ada rumah penduduk untuk di mintai tolong. Aku mendongkakkan kepala ke atas, matahari bersinar cerah dan pohon-pohon melambai-lambaikan daunnya saat angin kembali berhembus. Burung-burung berkicau dengan riang di langit. Tidak jauh dari tempatku berjalan, aku melihat sebuah rumah besar bergaya Victoria yang atapnya menyembul di antara pepohon. Dengan suka cita, aku segera berlari menghampiri rumah itu dan betapa terkejutnya saat aku melihat rumah itu. "Ini tidak mungkin,’’gumamku. ’’Bagaimana bisa?’’ Selama beberapa waktu, aku berdiri di depan pintu gerbang rumah itu yang menjulang tinggi.’’Ini adalah rumah bibi Adrienne.’’ Aku tidak bisa menyembunyikan rasa senangku. Segera saja aku membuka pintu gerbang itu dan berlari masuk . "Dad, Mom, Ginger, bibi Adrienne,’’teriakku. Aku tiba-tiba berhenti saat melihat seorang gadis bergaun pink muda seumuranku berdiri di antara bunga-bunga yang bermekaran di halaman depan rumah. Gadis itu berambut pirang dengan rambut di gelung ke atas. Aku terpesona saat melihatnya. Gadis itu seperti seorang peri yang sedang menari-nari di antara bunga-bunga. Tubuhnya begitu gemulai saat memetik bunga-bunga itu. Harum semerbak dari bunga-bunga itu tercium olehku saat angin kembali berhembus. "Siapa gadis cantik itu?’’gumamku. Gadis itu belum menyadari kehadiranku. Dia sedang memetik bunga dan kulihat keranjang yang dibawanya sudah terisi oleh banyak bunga , yang membuatku terkejut adalah gaun yang dikenakannya. Gaun itu memang sangat indah dan terlihat sangat mahal. Gaun itu biasa digunakan oleh para wanita pada abad ke-19. Apa di rumah bibi Adrienne sedang diadakan pesta kostum dan mungkin gadis itu adalah salah satu tamunya. "Halo!’’sapaku ragu-ragu. Gadis itu terkejut saat melihatku. Mulutnya sedikit terbuka dan menjatuhkan keranjang yang di bawanya. "Siapa Anda?’’tanyanya dengan wajah ketakutan. Aku berjalan lebih mendekat kepadanya.’’Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepada Anda.’’ Gadis itu berusaha menghindariku dan menatap aneh kepadaku. Ia mengamatiku seakan sedang menilai diriku. "Aku tidak tahu siapa Anda, tapi apa yang Anda lakukan di rumahku?’’ "Apakah ini rumah Anda? Bukannya ini adalah rumah bibi Adrienne,’’kataku. Kepalaku semakin pening. Apa aku telah masuk ke dunia lain yang tak aku ketahui. Tenang Aime. Tenang. "Siapa itu bibi Adrienne? Aku tidak mengenalnya,’’kata gadis itu yang membuatku semakin bertambah bingung. Sekarang aku yang bertanya-tanya kepada diriku , apa yang telah terjadi di sini, lalu aku melihat sebuah rumah mewah lain yang letaknya di atas sebuah bukit berada tidak jauh dari rumah bibi Adrienne dan sepertinya aku mengenali rumah itu. ‘’Levrand House,’’gumamku dengan suara tercekik. Sekali lagi aku menatap rumah itu tidak percaya. Rumah itu sekarang tidak seseram yang kulihat. Rumah itu bercat putih bersih dan ada kehidupan di sana. Sekarang aku yakin memang ada yang tidak beres dengan situasi yang aku hadapi sekarang dan aku harus mencari tahu apa yang sudah terjadi di sini. Semuanya nampak berbeda sekali. Aku berdeham. "Aimee Joaquina Blackwell.’’ Gadis itu menatapku bingung. "Itu namaku,’’kataku cepat dan sepertinya gadis itu mengerti.’’ Siapa nama Anda, nona?’’tanyaku berusaha bersikap seramah dan sesopan mungkin. Gadis itu tersenyum samar meskipun ia belum bisa menutupi pandangan anehnya terhadapku. ’’Lady Caterina Elysia Mcgrath.’’ Saat itu juga tubuhku membeku. Apa aku tidak salah dengar Lady Caterina Mcgrath adalah nama nenek buyutku dari pihak ibuku. Baru kali ini aku merasa bangga kepada diriku sendiri, karena dapat menghafal semua keturunan keluarga dari pihak ibuku. Sekarang kepalaku benar-benar mulai pusing dan akal sehatku sedang berusaha menyangkal dengan kenyataan yang aku dapatkan sekarang Ini seperti mimpi saja aku bertemu dengan nenek buyutku yang sangat cantik. "Anda tidak apa-apa?’’tanya Lady Caterina. "Aku baik-baik saja. Senang berkenalan dengan Anda, Lady Caterina.’’ Aku mengulurkan tanganku dan gadis itu dengan ragu itu menjabat tanganku. "Senang bertemu dengan Anda, nona Blackwell.’’ Lady Caterina tersenyum, menyilangkan kaki sambil menekuk lututnya untuk menghormat. "Panggil saja aku Aimee.’’ "Miss Aimee.’’ Gadis cantik di hadapanku ini kembali mengamati diriku. ’’Kamu terlihat seperti seorang pria memakai celana panjang dan penampilanmu sebagai seorang wanita memang sangat aneh. Ini pertama kalinya aku melihat ada seorang wanita yang memakai celana panjang dan model pakaianmu itu juga sangat aneh.’’ "Aku tidak suka memakai gaun dan lagi pula aku tidak memilikinya.’’ Gadis itu nampak tidak suka dengan jawabanku.’’Oh jangan berkata seperti itu. Seorang wanita harus memakai gaun. Mungkin aku bisa memberikan beberapa gaunku yang sudah tidak terpakai lagi. ’’Aku masih menatap takjub dengan wanita di depanku ini. Dia begitu cantik , anggun dan juga sangat feminim. Pantas saja bibi Adrienne begitu membanggkan keluarganya. "Lady Caterina!’’panggil seseorang dan aku melihat seorang pelayan yang juga memakai pakaian kuno dengan kemeja putih berkanji kaku dan jas abu-abu berekor berjalan keluar rumah. Pelayan itu juga terkejut saat melihatku, lalu menatapku dengan angkuh. Ia mengamatiku dengan tatapan aneh sama seperti yang Lady Caterina lakukan saat pertama kali melihatku. "Hermes, ini miss Aimee Blackwell’’ Lady Caterina memperkenalkanku kepada salah satu pelayannya. Pelayan itu mengangguk dan aku pun balas mengangguk. "Ada apa mencariku, Hermes?’’ "Ibu Anda memanggil Anda.’’ "Terima kasih, Hermes. Aku akan segera menemui ibuku.’’ Rasa takjubku masih belum hilang saat melihat mereka yang terbalut pakaian zaman Victoria. Aku seperti melihat parade kostum di depanku. ’’Bolehkah aku bertanya ini tanggal, bulan dan tahun berapa?’’tanyaku tiba-tiba. Lady Caterina dan Hermes langsung menatapku dengan bingung dan heran. Akhirnya aku menanyakan apa yang ingin aku tanyakan sejak dari tadi. "14 Juni 1820’’jawab Lady Caterina. Aku menatap terkejut dan tidak percaya kepada Lady Caterina. Tubuhku menjadi lemas . Tapi bagaimana bisa ? Perutku tiba-tiba terasa mulas dan isinya seperti di tarik keluar. Apa yang aku alami sekarang benar-benar di luar logika. Apakah aku telah melawati portal waktu? Pandangan mataku mulai gelap dan akhirnya aku jatuh pingsan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD