Iblis tampan

1041 Words
Reynan POV Sepertinya aku memang sudah gila. Bagaimana tidak? Aku mencium Sekretaris baruku yang lusa akan menjadi Istriku. Mungkin kedengarannya biasa saja. Karena mereka yang berpacaran sering melakukan itu. Plakkk! Dia mendorong dan menamparku. "Maksud Bapak apa?!" Lihat bagaimana ia bernapas dengan tersengal, malah membuatku semakin tertarik. Dia sangat beda dari yang lainnya. Dia manis, dia menggemaskan. Dan... Entahlah, aku ragu kalau saat ini aku bisa melepaskannya. "Kamu lupa? Besok kita menikah?" Aku maju satu langkah dan mengusap wajahnya membuat ia menghindar, tapi tentu saja hal itu tidak akan bisa membuatnya berjarak. Tangannya yang mungil itu tidak akan mampu menandingiku. Aku adalah Reynan Adytia. Apa yang tidak bisa aku dapatkan dunia ini? Termasuk gadis selugu dia. "Bapak jangan lupakan! Kalau kita hanya menikah kontrak! Dan please, jangan pernah ada skinship yang enggak penting." Dari caranya mengusap bibir manis itu, dia jelas tidak pernah tertarik padaku. Rasanya hatiku sedikit tertantang. Ternyata ada satu wanita yang berani menolakku, Qiana dan dia. Ah, aku sangat penasaran apakah gadis ini juga akan mampu meniadakan jejak gadis itu dihatiku? Kurampas tisu ditangannya, tentu saja tisu bekas mengusap bibirnya dengan kasar, lalu kumasukan ke dalam saku jasku. Padahal, aku bisa membersihkan bibir manis itu dengan lidahku. Sayang sekali. "Kamu jangan pernah berpikir bisa jauhi aku Ruby. Besok kita menikah, dan itu artinya apa yang ada di dalam dirimu adalah milikku!" Dia termenung, tapi tatapannya terlihat marah. Sebuah dengusan kecil aku dengarkan dari kedua bibir manis itu. "Jangan lupakan perjanjiannya, Pak Reynan! Bahwa saya tidak akan pernah mau melakukan skinship dengan anda!" ia menunjuk ke arah pintu. "Silahkan anda keluar!" Dan aku hanya bisa tersenyum, memutar diri setelah menangkap tangannya dan mencium sebentar tangan wangi itu. Lalu dengan sikap juteknya ia menarik tangan lentik itu dan mengibaskannya seolah mulutku adalah sebuah air najis yang bisa membunuhnya. Aih, dia manis sekali. *** Sesampainya di dalam ruanganku, aku menemukan Rose. Dia adalah pacarku, ralat! Lebih tepatnya gadis selingan yang baru-baru ini menawarkan dirinya untuk tidur denganku. Tentu saja dengan jaminan kalau aku harus membayarnya seharga satu mobil setiap malamnya. Hmmm... apa dia mau disandingkan dengan seorang p*****r? "Hay Rey!" dia segera memeluk dan mencium pipiku. Itu selalu ia lakukan ketika bertemu denganku, seolah itu adalah sebuah rutinitas yang tidak bisa ia lupakan. Aku hanya menanggapinya dengan sebuah tatapan datar saja. Hmmm... dia memang cantik, pakaiannya sexy. Wangi dan glamour. Tapi tentu saja tidak semenarik gadis lugu yang menamparku tadi. Rubby. Aku yakin dia sedang marah saat ini padaku. Ya Tuhan... gadis itu berani sekali menamparku. Apa dia tidak tahu kalau aku sudah ingin mengurungnya hidup-hidup di kamarku. Aku ingin menyekapnya, tentu saja hanya untuk diriku sendiri. "Kamu enggak balas cium aku? Bukannya biasanya kita selalu lakukan itu?" Dia terlihat protes. Ya... aku mengakuinya kalau dulu aku segila itu. Aku akan membalas ciumannya lebih gila. Ah, lebih tepatnya aku sangat lega ketika ada gadis lain yang mau mengalihkan pelampiasan dari rasa rinduku pada Qiana. "Kita akan melakukannya nanti. Tapi tidak sekarang." jawabku cuek. Aku segera melepaskannya dan duduk di kursi kerjaku. Dan sekilas aku melihat kekecewaan yang terpancar dikedua matanya. Karena merasa kasihan, aku pun meraihnya dan memberikan ciuman yang dipinta. Namun sialnya, ketika itu berlanjut pintu terbuka dan menghadirkan Rubby. Dia terlihat kaget, dan kami bertatapan dalam diam. Jujur aku bingung mau ngapain. Tapi dia lebih dulu mengalihkan tatapannya. Berdeham kecil, lalu meletakan map berwarna merah di atas mejaku. "Maaf saya mengganggu aktivitasnya. Permisi." Dia segera keluar, seolah tidak ingin lagi kedua matanya bersibobok denganku. Dan aku hanya terdiam, dengan Rose yang masih di pelukan. *** Rubby POV Sialan saja, kenapa aku sampai harus melihat pemandangan gila itu. Luar biasa bodohnya aku karena mau menikah dengan laki-laki gila seperti dia Bisa kalian bayangkan bagaimana edannya kelakuannya. Kalian bayangkan, beberapa menit yang lalu dia menciumku. Lalu baru saja aku melihat dia mencium gadis lain. Apakah itu tidak keterlaluan? Dia seolah sedang mengatakan padaku bahwa apa pun bisa ia dapatkan dengan mengandalkan wajah tampannya. Dasar iblis tampan! Dan aku adalah manusia bodoh karena malah mau dikendalikan olehnya. Sialah! Aku menyesal menyutujui pernikahan itu. Brakkk! Aku membuang map yang ada di atas meja. Rasanya ubun-ubunku seolah terbakar. Tapi serius, aku tidak sedang marah karena merasa cemburu. Melainkan aku marah karena dia yang seolah sedang menyepelekanku. Aigh! Rasanya aku kesal sekali. Aku meremas kedua belah sisi rambutku. "Dasar laki-laki gila!" setelahnya aku segera ke luar. Aku ingin minum kopi, atau apalah yang manis. Agar aku tidak harus terus-terusan memikirkan si iblis tampan itu. Kalian jangan pernah berpikir, kalau aku memikirkan dia karena ada hati? Titik! Tanpa koma, bahwa aku bukan tertarik padanya. Tidak! Aku benci, sangat membencinya ok. Akhirnya aku sampai di dapur yang ada di kantor ini. Segera berjalan ke arah lemari penyimpanan kopi dan coklat. Aku akan menggabungkan keduanya, biar rasanya lebih mantap. Berhasil menyatukan keduanya, aku segera menyeduhnya dengan air panas. Ah, sepertinya aku juga butuh makanan manis agar otaku bisa berpikir lebih tenang. Dan bisa menghindari pernikahan sialan itu. Tapi bagaimana caranya? Duh, bahkan keluargaku sudah begitu menyukai si iblis itu. Perlu kalian tahu, kalau keluarga Reynan ini adalah keluarga terpandang. Mamahnya, Tante  Ivanka. Dia mempunyai banyak ikatan comunity ibu-ibu sosialita. Mereka membuat arisan besar, dan mamahkulah yang memegangnya. Catat! Mamahku hanya memegang arisan itu. Tidak termasuk salah satu pengikutnya. Ah, akhirnya minumanku selesai. Sepertinya rasanya manis sekali. Perlahan menyesapnya dengan sesekali aku tiup pelan. Padahal, katanya minuman panas atau makanan panas itu tidak boleh ditiup. Enggak tahu deh, kenapa? Jika aku mengingat kembali siapa perempuan yang si gila itu cium di dalam sana. Sepertinya wajahnya agak familiar. Ah, ya. Dia kalau tidak salah adalah perempuan yang sering datang ke kantornya Pak Reynan. Waktu itu pun aku pernah melihatnya berciuman seperti itu. Mereka sungguh tidak beradab. Termasuk si Iblis tampan itu. Sebuah pesan membuatku berhasil menghentikan kemarahan yang tidak jelas ini. Benda pipi di dalam rok ku ini bukanlah ponsel dengan harga yang mahal seperti anak remaja jaman sekarang. Meski pun aku ini adalah seorang Sekretaris, tetap saja aku hanya berani membeli ponsel yang harganya seperempat dari gajihku. Berhasil membuka isi pesannya. Akhirnya aku bisa membaca sebuah pesan yang nomornya sama sekali tidak aku kenal. Namun pesan ini cukup membuatku berpikir kuat. Bahwa sipengirim adalah orang yang pernah datang dikehidupanku sebelumnya. 08999xxxx Siapa dia? Apa dia bos sekaligus pacar barumu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD