Ruby POV
Pernikahan itu terjadi. Iya, hari ini aku menikah dengannya. Pernikahan yang tidak aku sangka ternyata cukup megah dan mewah. Padahal, mereka mempersiapkannya hanya beberapa hari saja.
Ah, jangan lupakan tentang fakta bahwa mereka adalah keluarga kaya Raya. Yang pastinya bisa mengendalikan apa pun dengan sekali jentikan jari sebagai isyaratnya.
"Kamu lihat! Cin-cin kita sudah terpasang!"
Reynan berbisik padaku, dengan memperlihatkan jari manisnya yang terpasang cin-cin yang sama persis dengan cin-cin yang ada di jari manisku.
"Kamu malam ini milikku!"
Apa katanya?
Apa maksudnya?
Aku menyenggol pinggangnya kuat, "Anda jangan bicara sembarangan Pak Reynan! Ingat perjanjian kita! Saya bisa kabur saat ini juga kalau anda masih menyimpan pikiran kotormu itu!"
Reynan terkekeh, ia malah menarik diriku lebih dekat padanya. "Orang gila macam apa yang mau mengganggu percintaan dua sepasang pengantin!"
Oweekkk!
Aku rasanya ingin muntah! Sepasang pengantin apa maksudnya? Dia sepertinya sudah benar-benar gila. Ingin sekali aku mendorongnya ke antartika, agar tidak harus melihat wajah m***m yang menyebalkannya itu.
"Dengar Pak Reynan! Kalau kamu tidak menghentikan pikiran kotormu itu? Maka akan aku pastikan, bahwa rahasia ini akan aku bongkar. Akan aku katakan pada Nyonya Ivanka, bahwa kita hanya menikah kontrak!"
Puas, aku bisa melihat wajahnya yang ketakutan. Reynan ini memang anak mamih. Lihat saja, dia yang mempunyai jutaan atau bahkan milyaran pesona di wajahnya saat menaklukan wanita. Tapi tidak ada yang tahu, kalau Nyonya Ivanka bisa membuatnya terdiam dan mati kutu walau cuma dengan sedikit gertakan saja.
Iya, itu adalah senjata utamaku.
Dan saat ini Reynan mulai melepaskan tangannya dari pingganggku.
"Ok, kalau itu keinginan kamu. Saya ini laki-laki yang sangat baik hati. Saya akan tetap memberikan hak kamu, meskipun kamu tidak mau memberikan kewajiban sebagai seorang istri."
Ujarnya sarkastik. Dan percayalah, aku ingin sekali memukul kepalanya kuat saat ini. Dia itu licik sekali, sampai harus menyindirku dengan embel-embel hak dan kewajiban gila ini.
"Anda sepertinya sudah kehilangan ingatan ya Pak Reynan? Atau... kepala anda ini sudah kejedot pintu? Ko saya heran dengan perubahan anda?"
"Semua laki-laki hanya akan menikahi perempuan yang disuka, meski dengan cara yang berbeda-beda."
Aku mendengus jengah, "Kalimat itu tidak pantas keluar dari mulut anda!"
"Apa kamu tidak percaya kalau aku menyukaimu?"
"Semua wanita di dunia tidak akan pernah bisa mempercayai laki-laki yang menyatakan cinta, ketika sudah melihat bagaimana cara laki-laki itu bisa mencium gadis yang sama dalam satu jam!"
"Jadi kamu cemburu?"
Sialan!
Dia berhasil meraih diriku kembali, aku dirangkulnya.
"Pak--" hampir saja aku mengutuknya, ketika Adiknya Erlangga dan Istrinya menghampiri.
"Wah, pengantin baru mesra banget!" ledek Erlangga, aku hanya bisa tersenyum kikuk. Sangat berharap kalau mereka tidak mendengarkan pembicaraan kami.
Reynan perlahan melepaskan rangkulannya. "Hehe... lo bisa aja. Ngapain ke sini?" dia terlihat keki, namun aku bisa melihat tatapannya pada Qiana. Bahwa Reynan seperti belum sepenuhnya bisa melupakan perempuan cantik itu.
Erlangga melirik kami berdua secara bergantian, "Photo bareng lah, biar ada kenangannya gitu, "
Reynan terkekeh, "Ok."
Dan kami pun mulai melakukan sesi pemotretan itu. Aku dan Reynan berdua berada di tengah-tengah dengan Lukas, anak pertamanya Erlangga berada di pangkuan Reynan. Lalu Qiana di sebelahku, dan Erlangga di sebelahnya Reynan.
Selesai, lalu mereka pun kembali ke tempat masing-masing.
***
Acara akhirnya selesai, sekarang sudah pukul 12 malam. Aku perlahan memasuki lift. Aku mau tidur saja di apartemen. Iya, aku lupa memberi tahu kalian kalau beberapa hari yang lalu Reynan sudah membawaku pada apartemen barunya. Dia juga memberi tahu berapa nomor password-nya. Aku tidak tahu apa tujuannya, karena password yang digunakan adalah tanggal pernikahan kami.
Benci pada gaun yang aku pakai, rasanya berat sekali. Membuatku susah bergerak. Lift terbuka, dan aku pun sudah berada di depan apartemenku. Ralat! Apartemennya si gila itu. Dan sekarang aku tidak tahu dia sedang berada di mana. Setelah selesai acara tadi, ia hanya mengantarkanku ke basemant saja. Sisanya adalah aku yang berjalan sendiri.
Pemandangan mewah adalah hal pertama yang menyapaku.
Aku tidak pernah melihat apartemen yang isinya bak kerajaan seperti ini. Wanginya harum, dan percayalah aku sangat menyukainya.
Tapi yang jadi masalah saat ini adalah, aku sangat lelah sekali. Aku harus segera membuka gaun berat ini, dan kakiku sepertinya mulai terasa kebas. Segera duduk di shofa empuk itu, dan menyandar nyaman.
Mataku terasa amat berat, nuansa indah dan harumnya aroma mawar. Membuatku perlahan terkantuk. Dan entahlah, sudah berapa menit aku terlelap. Ketika aku sadar, sebuah tangan tengah membelai wajahku. Sebuah lengan kokoh telah merengkuh tubuhku.
Aku mengerjap, dan perlahan membuka kedua mataku.
"Reynan!?"
Sumpah demi apa pun aku sangat kaget sekali. Dia sudah duduk bersamaku dan ...
Kenapa aku berada dalam posisi sebahaya ini? Reynan benar-benar mengurungku.
Wajah kami bahkan bersentuhan, aku seperti guling yang sedang di dekapnya.
"A-apa yang kamu lakukan?!"
Aku mencoba mendorongnya. Tapi tentu saja ini sia-sia. Aku yang memakai baju seribet ini, bahkan sudah kerepotan hanya karena mengendalikan bajunya. Bagaimana bisa aku akan melawan si laki-laki gila ini.
"Ingat! Reynan! Aku enggak mau ada skinship!"
Dia sama sekali tidak bereaksi, tatapannya tetap tenang. Dan tangan sialan itu tetap menyentuh wajahku dengan lancangnya.
Aku bahkan sudah meronta sekuatnya. "Perjanjian kita adalah--"
"Akan aku bayar dengan sangat mahal! Tapi malam ini kita lakukan semuanya!"
Apa katanya! Dia benar-benar gila.
Aku menggeleng cepat, "Aku enggak mau! Kamu jangan pernah menganggapku seperti perempuan di luar sana! Kamu bebas memakainya dan membayar dengan harga yang pantas! Dari awal, kita hanya rekan saja. Kamu menikah denganku hanya karena ingin bisa menutupi rasa malu! Kamu enggak bisa move on dari mantan kamu, iyakan?!"
Aku tidak tahu apakah kata-kataku keterlaluan? Tapi wajah Reynan benar-benar terlihat marah. Ia tiba-tiba mendorongku dan membuatku berada di bawah tubuhnya.
Lalu dengan gerakan cepat, ia menciumku secara paksa dan dalam. Aku bahkan tidak bisa bernapas hanya karena serangannya itu.
"Akan aku buktikan kalau aku bisa melakukan apa yang aku mau, Rubby!"
Dia berhenti sejenak. tangannya menggapai bagian belakang gaunku dan menarik resletingnya dalam sekali hentakan saja.
Owh, wajahku benar-benar terlihat pucat sepertinya. Aku hampir mengumpat, ketika ciuman itu kembali menyerangku bersama tangannya yang terus bekerja melucuti semua yang ada pada diriku.
Aku terus berusaha agar ia melepaskanku. Tapi rasanya sia-sia karena tenaga kami tentu saja tidak akan sebanding. Aku hanya menangis, ketika ia telah akan memulai.
Aku tidak lagi menolak ketika ia menciumku. Namun tidak juga membalas ciumannya. Entah kenapa hatiku sakit ketika ia berkata akan membayarku dengan mahal, dan mengingat bagaimana Reynan mencium gadis itu di depanku.
Sampai sebuah deringan ponsel membuat Reynan terhenti. Dan aku bernapas lega, karena ketika itu pun aku berhasil memukul keningnya dengan heel ku. Ia jatuh dan meringis, dan aku segera kabur dari sana dengan memakai baju seadanya.