Masa lalunya adalah temanku

3245 Words
                Cemburu itu ibarat matahari, Kalo terus terusan dilihat bikin mata sakit, kalo dirasain panas. Aku berangkat ke sekolah, membawa motor matic merahku. Seperti biasa di perjalanan aku selalu menunggu Januar, beberapa menit berlalu tapi Januar belum juga muncul. Hingga akhirnya aku belok ke rumah Bela, untuk menjemput Bela. Aku menunggu Bela di depan rumahnya, aku membuka ponsel disaku mengotak atiknya tapi tidak ada satu hal pun yang menarik perhatianku, aku pun memutuskan untuk bermain game sejenak. Tak lama, akhirnya Bella pun datang dengan wajah cerianya. "Yuk Fris!" Serunya sambil memberikan kunci motornya padaku "Motor lu?" Tanya ku bodoh "Iya, besok baru deh motor lu! Yakan?" Seru seragam sekolahku Bella "lya deh iya!" Gerutuku pelan Aku dan Bella berangkat bersama, dengan kecepatan motor yang sederhana, karena ini masih pagi. "Eh Fris!" teriak Bella yang membuatku kaget "Apaan sih? Ngagetin aja" ketusku padanya "Liat dari kaca spion sekarang! Itu Januar sama Aurel" Deggg, Aku segera menoleh ke kaca spion, seketika perasaanku hancur, sakit rasanya. Semenjak dulu, Januar sering bersama Aurel, aku tak tahu apa penyebabnya. Mungkin Januar suka sama Aurel? Dan sepertinya Aurel juga punya rasa sama Januar, karena dia selalu bersikap seperti orang yang ingin diperhatikan oleh Januar. Aku mempercepat lajuku, sungguh ini diluar dugaanku, aku tak tahan melihatnya, aku tak tahan merasakan gemuruh cemburu dihati. Meskipun Aurel teman ku, entah mengapa aku selalu cemburu. "Pelan pelan Fris!" Teriak Bella yang berada di belakangku. "Fris, si Januar mengejar lo" ujar Bella "Beneran?" Sahutku kaget "Iya" Terdengar suara motor Januar semakin mendekat, dan terus mendekat. Januar menyamakan kedudukan motornya dengan motor Bella yang sedang aku kendarai. "Queen jangan marah!" Teriak Januar Aku pun tersenyum dan menoleh pada Aurel, takut membuat hati Aurel sakit, padahal kenyataannya hati ku jauh lebih sakit. "Fris, jangan marah sama Janu ya? Gue nebeng kebetulan kan sekolah gue sama Januar itu sejalur, soalnya motor gue lagi diservis" ujar Aurel panjang lebar Aku hanya tersenyum tulus padanya "Iya iya Aurel, Gapapa ko. Gimana kabar lu? Entar entar main ya ke rumah!" Seru ku Aurel mengangguk dan tersenyum lebar, ya tuhan sungguh Frisca cemburu melihat mereka, Aurel terlalu cantik. "Ya sudah Aurel, gue duluan ya? Gue piket soalnya" ujar ku tanpa berpamitan pada Januar Aku pun melajukan cepat, terlihat dari belakang Januar yang terus terusan mengejarku, aku hanya mengabaikannya. "Bel" lirih ku pelan pada Bella "Kenapa cantik?" Ujar Bella "Gue cemburu liat Januar sama Aurel, Dia motor Bella dengan nya cantik lagi" lirihku pelan "Ya cantikkan lu lah Fris, lo kalo ngomong itu kagak disaring dulu" seru Bella yang membuatku memasang wajah sebal padanya "Cantik sih cantik. Tapi lu ngomong kesannya gue itu beloon" ketusku pada Bella "Ngapain nih geng! Pagi pagi udah bikin suasana kelas rame aja" ujar Laudia yang baru datang bersama Tiara "Noh, si ratu drama! Pagi pagi pacar nya udah ditikung temen sendiri" ejek Bella padaku dan lagi lagi membuatku memasang wajah sebal "a***y? Beneran? Hahaha kasian banget lu Tatum" ujar Laudia padaku "Njir nyebelin banget lu pada! Gimana nasib Tatum selanjutnya, kalo terus terusan ditikung" ujarku dramatis "Emang siapa yang tikung Januar?" Ujar Tiara yang sedang asyik memainkan ponselnya dari "Temen sekelas waktu SMP dulu, etdah jangan bilang Januar udah ditikung ya! Amit amit dah gue gak mau kehilangan dia." Seru ku cepat "Udah aahhh, Nicky lelah denger Tatum yang terus terusan nge drama" ujar Tiara sambil menidurkan kepalanya diatas meja, setelah lama memainkan ponsel. "Yang normal disini itu, cuma kita berdua ya Bel?" Ujar Laudia pada Bella "Yoi" ujar Bella yang memasang wajah jijik padaku dan Tiara. "Diem lu berdua! Atau nanti lu pada bakalan masuk berita, atas perlakuan tidak senonoh yang kalian lakukan pada Tatum dan Nicky" ujar Tiara Bella dan Laudia memasang wajah melas nya, "Oh tuhan mengapa kau jadikan penghuni yang memasang wajah neraka ini temanku?" Lirih Laudia "a***y! Gue dari neraka? Masa gue mirip nya sama bidadari ya?" kaget Tiara yang berlaga bego "Udah ah udah! Gue lagi galau juga" lirihku pelan "Galau? Tumben lu galau?" Seru Tiara mengejekku. "King balesnya lama banget sih" ketus ku pelan "Lagi berduaan sama Aurel kali" ejek Laudia yang sedang sibuk memainkan ponsel "Diam! jangan ikut campur soal asmaranya Tatum ya" ujarku lagi "Kambuh ni anak" ujar Bella pelan "Nah ini dia" seruku "Apaan?" Ujar Tiara cepat, dan mengambil ponselku, kepo. "Etdah itu privasi Tatum oy! Nicky gak boleh sentuh" teriaku dramatis Bela dan Laudia memandangi kami datar, mereka memang tipe cewek normal, bukannya aku dan Tiara gak normal, tapi kami itu humoris, manis, dan gak pernah nangis. Tiara melihat lihat ponsel ku dengan satu tangannya, sementara tangan yang satunya lagi menghalangiku yang berusaha membawa ponsel dari Tiara. "Yaelah, kata sandi f******k nya Januar?" Ujar Tiara "Gak penting banget buat Nicky, yang penting itu Yudis" ujarnya semangat "Terus kalo gak penting kenapa tuh ponsel di colong? Yakan itu mah pacar lo" ketusku "Hehe" ujar Tiara so cantik dan membuat ku Ilifil. Aku membuka akun f******k Januar, dan membuka inbokan. "OMG" teriaku histeris dan hampir ingin menangis "Kenapa lagi Frisca!" Teriak Bella dan Laudia yang sedang bermain game, mungkin suaraku itu meresahkan mereka. Aku mengabaikan mereka, aku terus membaca apa isi inbokan Januar dengan dia. "Ihh sakit tau" teriaku lagi mataku sudah merah dan hampir menangis "Ih lu kenapa Fris?" Ujar Bella yang mengelus pundakku pelan "Kenapa nih si Tatum?" Seru Tiara "Aurel sama Januar inbokan! Sweet lagi, pantesan semalam Januar telat bales chat gue, terus tadi Januar itu dingin banget gue" lirihku pelan dan tak terasa air mataku sudah berjatuhan. "Kurang ajar banget tuh si Aurel, ganjen!" Ketus Laudia "Beneran! Musti didatangi ini mah" seru Tiara baik tau! bisa aja kan mereka itu cuma Bella sambil berusaha menenangkanku. "Sttt.. kalian itu jangan asal tuduh dulu, gak baik tau! bisa aja kan mereka itu cuma iseng?" Lirih Bella terus mengusap bahu ku pelan, berusaha menenangkanku. "Siniin ponselnya Fris! Liatin kegua" seru Laudia Tiara dan Laudia pun mengambil ponselku, aku yang masih menangis dan benar benar kesakitan. Tak menyangka Januar akan membuatku, secemburu ini. *Aurelmariska Januar? Hei Janu? Janu bales napa Jangan cuma diliat dong! Janu bales napa? Gue mau nanya nih. JanuarAryoPrasetyo Nanya apa Aurel? Sory, gue baru buka. *Aurelmariska Lo sekolah dimana? Smk 1? Gue besok mau ikut nebeng ya? pliss. Kan searah kita! JanuarAryoPrasetyo Oh, gue di SMK I, lu di SMK2 kan? Gmna ya? *Aurelmariska Pliss lah Janu, motor gue diservis. Pliss ya? Lagian kan kita sodaraan meskipun jauh JanuarAryoPrasetyo Iya deh, gue ke rumah lu?   *Aurelmariska Yeee iya dong ke rumah gue, entar gue kenalin ke oma! JanuarAryoPrasetyo Bagus ya dikenali ke oma, kaya yang mau lamaran aja atau Aurel mau dilamar Janu? Wkwkwk *Aurelmariska Yeyeyeyeee JanuarAryoPrasetyo mau mau aja Entar sekalian bilangin ke oma kamu ya! Oma ini calonnya Aurel, gituh bilangnya *Aurelmariska Hehee iya deh Janu *JanuarAryoPrasetyo Setiap hari aja kita bareng ke sekolah ya? *Aurelmariska Emang gak bakalan ada yang marah? *JanuarAryoPrasetyo Hehe bakal, sorry deh Aurel. Besok doang ya? Jangan tiap hari *Aurelmariska lya Janu "Wah ini malh gila sama si Janu nya!" Teriak Tiara Sementara aku terus terusan menangis tanpa henti "Udah Fris jangan nangis lagi dong" sahut Bella "Gue musti gimana sekarang?" Ujarku gemetaran "Mungkin dulu selama gue di Bandung, Janu juga sering sama Aurel!" Tambahku lagi "Engga!, Janu itu jarang sama cewek Fris. Mungkin Aurelnya aja yang suka nge deketin Janu" bantah Bella cepat "Tapi, dulu Janu pernah bilang ke gue. Dia sempat suka sama Aurel, semenjak gue pindah ke Bandung, cuma bentar aja katanya, dia keburu sama gue. Dan sekarang Janu malah nunjukin rasa suka nya dia sama Aurel" ujarku gemetaran "Udah Fris, lu gak boleh nangis lagi" seru jadian Laudia "Gimana kalo kita inbokan aja si Aurel?" Tegas Tiara "Engga, jangan Tiara. Gue takut menyakiti Aurel" bantah ku cepat "Terus sekarang lu gimana?" Lirih Laudia sambil mengelus kepalaku "Gue mau merjuangin semuanya! Gue mau coba bertahan dengan rasa sakit ini" tambahku "Tapi lu harus ngomong sama Janu! Loe jangan jadiin diri lu korban Fris" tambah Tiara "Gue yakin, kalo ini memang cinta sejati. Dan gue harus merjuangin itu semua, dengan menguji hati gue" ujarku "Tapi kalo lu udah gak sanggup nahan semua ini, lu harus ungkapi semuanya sama Januar" seru Bella "Kalian gak akan tau sikap Januar, sekali dia marah dia bakalan jadi orang yang bener bener keras kepala, dan gue yakin, Januar bakalan marah besar kalo tau gue cemburu cuma karena chatan nya dia sama Aurel, karena kan Aurel juga saudaranya" tambahku panjang lebar “Tapi yang namanya sodara itu gak akan mungkin sweet gitu Fris" "Tapi gue yakin ko, perjuangan lu semua ini suatu saat akan terbalaskan dengan cinta kalian yang sejati dan Januar juga akan menghadapi sadar nantinya" jawab Tiara Aku tersenyum manis pada mereka semua "Makasih semuanya" ujarku *** Aku membaringkan tubuhku di kasur kesayanganku, menunggu dichat sama Januar, sedari tadi "Ya ampun Janu ke mana sih kamu?" Ujar ku pelan Aku kembali merenung, mengingat chatan Janu dengan Aurel. Sakit, benar benar sakit. Bingung untuk mengungkapkannya pada Janu, jika saja aku ungkapkan aku takut Aurel juga tidak enak pada ku, jika tidak aku ungkapkan hati ku ini terus terusan sakit. 2 jam berlalu, Ponsel ku berdering, Aku terbangun setelah meneleponku, aku melihat ponselku, dan benar saja Januar menelepon. lama menunggu Januar "Halo" ujarku "Halo, maaf baru nelpon kamu Queen. Aku nya baru pulang nih" ujar Januar "Dari mana ko lama?" Ketusku "Ada kepentingan dulu bentar Queen" "Sama Aurel?" Ketusku lagi "Hmmm.." "Iya?" Tanyaku lagi memastikan, jujur saja d**a ini benar benar sesak "Hmm, iya Queen,. Maaf!" Ujarnya cepat "Hehee Gapapa ko, masih ada rasa sama Aurel?" ujarku berusaha masih tersenyum "Sedikit, tapi besaran cinta aku ke kamu sayang, aku udah berusaha hilangi sedikit lagi ko, jangan ngambek yang" "Engga ko, pantesan, apa buu???" Teriakku berpura pura "Januar, entar aja deh teleponan nya ya? Aku disuruh. Bye" ujar ku segera menutup sambungan telepon dengannya Aku membaringkan tubuhku lagi, lemas, lelah, sakit hati, segalanya aku rasakan saat ini. * POV'S JANUAR Lagi lagi aku menyakiti Frisca karena rasa rasa suka ku pada suka ku pada Aurel, entah kenapa Aurel tak pernah bisa aku hilangkan, meski jujur yang aku cintai hanya lah Frisca. "Fris, aku janji mau berubah! Maafin aku Queen maaf" lirihku pelan sambil menunduk dalam dalam, mengingat apa yang aku lakukan tadi bersama Aurel, tanpa sepengetahuan Frisca itu akan membuatnya benar benar kesakitan. "Mengapa aku selalu saja menyakitinya tuhan" ujar ku frustrasi Bugh, Kepalan tanganku mendarat, di lemari besar dikamarku, berdarah dan sakit, tapi ini semua tidak akan sebanding dengan apa yang Frisca rasakan. aku melihat ponselku, menghapus aplikasi yang bisa membuat ku berpaling dari Frisca, aku tak ingin kehilangannya.Setelah semuanya aku hapus, aku semua rasa suka ku pada Aurel berubah. Setelah beberapa menit, ponselku berdering "Kenapa si Yudis nelpon?" Gerutuku pelan "Halo bro" seru ku   "Halo, abis dari mana lu tadi?" Ujarnya Aku berpikir "Kapan?" "Tadi sama cewek, di mal" "Oh, sama Aurel" jawabku cepat "Loe pacarnya Frisca kan?" Serunya "Iya, lu sejak kapan tau nama pacar gue. Biasanya kan lupa" "Pantesan aja pacar gue dari tadi mengomeli, pacar lu itu temenan sama pacar gue, Tiara" "Beneran?" "Ko dia bisa mengomel sama lu? Emang ada masalah apa" ujarku sedikit kebingungan "Elo beggo, beloon, atau ngapa sih? Gue gak ada masalah, yang ada masalah itu lu bro! Tadi Tiara lihatin lu jalan sama si apa tadi? Au.. Aurel?" Ujarnya Seketika dunia ini terasa berhenti, oh tuhan masalah apa lagi ini. gumamku dalam hati "Napa lu diam? Takut Yakan, apalagi ya pacar gue itu cerewetnya minta ampun" "Duh Yudis gimana dong? Gue menyesal sumpah, gue udah menyakiti Frisca berkali kali, tapi dia tetep aja tahan dengan sikap gue" lirihku pelan "Makanya lu jangan sia siain dia b**o! Ya sudah, udah dulu ya? Pasti in lu sekarang musti setia sama dia, oke? Good night bro" "Oke" seru ku pelan Aku berusaha menelepon Frisca, tapi nomornya tidak dapat dihubungi, bagaimana lagi sekarang. Aku terbangun pukul 7.00 "Ya ampun gue kesiangan" teriakku "Mommy, ko gak bangunin Januar sih?" Teriaku "Momy sibuk di dapur sayang" teriaknya Aku kembali merenung, mengingat semua masalahku. pantas saja aku kesiangan, semalaman aku tak tidur karena memikirkan Frisca, bagaimana caranya agar aku ter maafkan. "Lagi lagi dan lagi aku menyakitinya" lirihku pelan Aku kembali menelepon Frisca lagi, tapi tetap saja nomornya tidak dapat dihubungi. "b******k" tegasku pada diriku sendiri. aku menyalahkan diriku, benar benar bodohnya aku. Disaat aku mendapatkan Frisca justru aku selalu menyakitinya, tapi tetap saja Frisca selalu ada untukku, disisiku, dan selalu setia padaku. Aku ingat betul saat dulu, Frisca menangis ditelepon karena aku yang selalu menggombali Aurel, dan semenjak itulah aku berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, tapi semenjak Frisca kembali, aku justru kembali melakukannya, tak tahu kenapa, rasanya Aurel terus menggodaku, dan entah kenapa aku tak bisa menahannya. POV'S Frisca Dia masih menyukainya, itulah yang semenjak tadi membuatku terdiam, tak seperti biasanya. Sejak tadi Bella berusaha menghiburku, meski ia tak pandai, tapi aku sangat menghargainya. Tiara dan Laudia datang dengan berlarian, "Fris dengerin gue" seru Tiara sambil menggoyahkan tubuhku   "Kenapa? Iya, Januar punya rasa sama Aurel gue tau itu Tiara" ujarku lemah "Si Januar ngomong gitu sama lu? Gila tu anak ya" kesal Laudia "Ada satu hal lagi yang musti lu tau Fris" seru Tiara Bela menghentikan semua itu, memberi tanda isyarat diam, pada mereka berdua. "Stop! Kalian tau kan Frisca lagi hancur banget saat ini, udah deh jangan bikin dia tambah sakit" seru Bella "Tapi ini penting Bel, gue juga sama temen Frisca, tapi Frisca harus tahu semua ini" kekeh Tiara "Udah Bel, gue gak papa ko. Kenapa Tiara? sama tuh anak sapi?" Ketusku "Gila lu Fris, pacar sendiri dibilangin anak sapi" kekeh Laudia dengan tertawa terbahak bahak "Lha gak salah gue mah, si Januar tuh anak sapi. Di susuin nya bukan sama emaknya tau, pantesan aja tuh anak bikin gue repot mulu, kan nyebelin" gerutunya sambil mengepalkan Ada apa lagi tangan "Yang tadi penting itu apaan Tiara?" Ujarku "Gini nih, tapi lu janji dulu gak bakalan nangis?" Seru Tiara "Loe ngerendahin gue banget ya! Mana mungkin gue nangis lah" ujar ku dengan percaya "Ke pedean tingkat putra mahkota lu! Kemarin aja gue liat lu nangis" tambah Laudia "Udah udah, cepetan Nicky Minaj! Ariel Tatum udah pengen tau apa beritanya" ujarku lagi kembali menenangkan suasana hati "Kemarin, Janu telat ngabarin lu kan?" Serius Tiara "Iya katanya dia ada kepentingan gitu Aurel, mungkin tanya, males gue" ujar ku lagi "Katanya kemarin lu mau kuat ngadepin Januar, tapi ko jadi males gini?" Ejek Laudia yang membuat ku memasang wajah sebal elIes uesnin keluarga. Gue gak sempet "Yakan kalo manusia itu sabar, ada batasnya! Masa gue mau diem pas tau pacar gue sendiri masilh suka sama nei orang lain" ketusku "liihhhh gue kapan di dengerin nya!" Teriak Tiara "OMG! Bella pusing dengar mereka semua tuhan, sampe kapan mereka sarapnya?" Lirih Bella sambil memegang kedua kepalanya "Sampe spongebob kerucut" ketus Tiara yang memandangi Bella Sementara Laudia dan aku sudah duluan tertawa terbahak bahak, jujur saja dalam sekejap mereka menghilangkan segala kegalauanku. "Lanjuti Nicky Minaj" sahutku lagi "Kemarin itu Aurel dibeliin es krim sama coklat! Gue liat sendiri Frisca! Seriusan" seru Tiara Degg, Hati ku kembali teriris, dadaku sesak tak karuan. Mengapa selalu aku yang diuji? Mengapa selalu aku yang setia? Mengapa selalu aku yang disakiti? Gumam ku dalam hati. Pandangan ku kosong, pergi entah ke mana, semua perjuangan ini rasanya tak pernah Januar hargai, hanya dijadikannya lelucon. "Fris!" Seru Tiara sambil mengguncang kan tubuhku "Gue kurang apa coba geng?" Lirihku pelan "Loe sempurna Fris, Cuma Januar itu belum sadar! Bahwa yang beneran cinta sama dia itu cuma lu" ujar Bella padaku menguatkan "Setelah kasus ini selesai, gue enuios sekarang punya mata mata di SMK 2. buat ngemata matai Januar!" Ujar Tiara "Siapa?" Seru Bella dan Laudia "Diam deh jomblo mah! Jangan ikutan" ejek Tiara "a***y, gue ngejurus 1000 bayangan baru tau rasa lu" ketus Laudia Sementara Bella tertawa melihat kelakuan teman temannya ini, berbeda denganku yang masih dalam posisi mematung. "Terus siapa mata mata andalan lu itu Tiara?" Ujar Bela yang mengontrol dirinya karena habis tertawa "Yudis" jawabnya mantap dengan dramatis "Njirrrr, pacar nya sendiri di jadiin mata mata. Gila ya lu" seru Laudia "Mendingan gue yang jomblo tapi gak ngerepotin orang lain, Yakan Lau? Secara dia, punya pacar tapi ngerepotin sekelurahan" ujar Bella Alhasil Laudia yang tertawa sekarang, berbeda dengan Tiara yang memasang wajah horor. "Udah ah berisik lu pada" ujar ku sambil menutup wajahku dengan buku "Elu tiap hari galau, jomblo dong Hepi" Laudia yang merangkul Bella dengan percaya diri "Kurang belaian yaaa" ujar Tiara "Idih, kalo gue punya pacar mau pilih yang sekolah nya sama beda sama kalian" seru Laudia nias dong! Biar tau gerak geriknya, "Udah ah, kasian Frisca!" Seru Bella "Yakan gue mah cuma bercanda" tambah Laudia semangat POVS JANUAR Aku berjalan bersama teman temanku, seperti biasa alku yang memimpin mereka, Ucup. Libra, dan Leo. "Adek gemas, yang di depan" "Anjir inceran gue nih berondong" "Yakan itu inceran gue sejak kemarin, lu pada ikutan aja sih" Seperti biasa aku hanya mengabaikannya, dan kembali memasuki kelas unggulan. "Bro, lu gak peduli ama tuh cewek cewek bohay? Mereka semua itu pada tenar disini!" Seru Ibra pada ku, dia emang suka mainin cewek "Terus?" "Terus lu harusnya mesti deketin tuh cewek! Masa gak paham sih?" Tambah Leo, dia emang playboy sama seperti Ibra, duo playboy cap sarden DEF. "Gue udah punya! Gak perlu ngeladenin cabe cabean. Jijik gue" ujarku “lakukanlah kebaikan dihidupmu, dan jauhilah orang orang yang menjerumuskanmu wahai Januar" ujar Ucup yang memang anak pesantren " a***y, gue enggak menjerumuskan ustad Ucup. Gue cuma ngasih tau Januar ke mana jalannya surga dunia" ujar Leo dengan wajah bodohnya yang so tau "Bener tuh, intinya kek gini. Rasain dulu surga dunia, nah entar kita baru rasain surga yang sesungguhnya" tambah Ibra yang tak kalah bodohnya "Maafkan mereka semua ya alloh, Ucup sebagai temannya mewakili permohonan ampun padamu mengharap kemurahan hatimu, agar mau memaafkan mereka!" Ujar Ucup panjang lebar, sementara Ibra dan Leo membukakan kedua tangannya lebar lebar dengan memasang yang belum mereka ungkapkan sesungguhnya mereka wajah bodohnya. "Amenn" seru mereka berdua yang nampak mendalami setiap kata yang Ucup sebut "Dan bukakanlah pintu neraka untuk mereka berdua kelak" tambahnya lagi "Amennnnnn" ujar mereka berdua makin panjang Seketika mereka berdua kaget, memandangi satu sama lain. "Loe bilang tadi neraka Cup?" ujar Ibra memastikan Ucup menunduk tanpa rasa salah sedikit pun, "Anjar kurang asem ya lu" ujar Leo yang kemudian merangkul Ucup, diikuti oleh Ibra di belakangnya, kini mereka berdua menyiksa Ucup seakan akan benar saja. "Intinya lu semua itu, gak waras" ujarku datar, Seperti biasa sikapku selalu seperti ini pada orang orang di sekelilingku, hanya semuanya berlebih. Aku duduk dibangkuku bersama Ucup, sementara di belakangku si duo playboy. Setelah sama Frisca beberapa menit berlalu, pembelajaran kembali padat, aku lihat Ucup yang sangat bersemangat belajar, sementara aku tengok ke belakang, Ibra dan Leo tertidur pulas. Aku kembali memerhatikan guru, tapi tetap saja tak bisa pikiranku ke sana kemari mencari cara agar bisa dimaafkan oleh Frisca. Aku berjanji tak akan menghianatinya lagi, sudah cukup kesakitan dan air matanya. POVS Frisca Aku masih memikirkan bagaimana bisa Januar seperti ini padaku, mengingat semua yang telah aku lakukan padanya, kurang apa diriku? "Bela mana silh" gerutuku tak karuan Setelah beberapa menit Bella akhirnya bingkisan memandangiku yang menatapnya kosong. "Udahlah Fris! Gak usah dipikiri lagi. nanti kalo Januar udah datang membawa hitam. Bela sadar dia jugabakalan balik lagi sama lu" "Gue gak terima aja dibohongi Bel, gue belum pernah ngebohongin dia sekalipun. Tapi kenapa dia?" Lirihku pelan "Udah yang sabar ya?" Ujarnya padaku "Ya sudah biar gue aja yang sekarang bawa motor" seru Bella padaku "Iya deh" pasrahku 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD