Lingkungan baru

1913 Words
Aku berjalan dilingkungan asing yang akan menjadi tempat perjuanganku selama tiga tahun ini, SMA HARAPAN JAYA.  Sekolah baru yang aku harap akan membuatku nyaman.  Aku melihat ke sekelilingku, tak ada satu pun orang yang aku kenali di sini, Semua mata tertuju, dengan berbagai tatapan yang tak bisa aku pahami.  Merasa asing dan membungkam mulutku sendiri.  Namun kini aku melihat seseorang yang aku Adel teman SMP ku dulu.  Aku segera kenal menghampirinya, dan langsung menyapanya.  "Eh Adel ya?"  teriakku memberanikan diriku. "OMG! Fris lo jadi pindah kesini? Gue kira lo masih dibandung dan ngelanjutin sekolah di sana" tuturnya pada ku Aku tersenyum manis menjawab "Iya Adel. Gue balik lagi kesini” “Loe masih sama Januar Aryo Prasetyo itu kan?” Aku menganggu segera “Ya iyalah” "Gila ya lo kuat banget! Emang si Januar masuk ke sini? Jurusan apa?"  gerutunya Aku menggelengkan kepalaku cepat "Engga! Sekolah di SMK sebelah, soalnya kata dia kalo gue sekolahan sama dia takutnya gak bener" ujarku cepat Mulut Adel membuat huruf O "Oooo, gitu ya? Hubungan lu emang udah dilihat berapa lama Fris?"  Aku tersenyum bangga pada Adella "Bukan bulan kali" ejekku "Lhaa? Emang udah tahunan?"  teriaknya yang kaget "Iya adel, hubungan gue sama Januar itu udah satu tahun 5 bulan. Masa lu gak tau?"  "Ya gue tau dari mana, kan semenjak lo ke Bandung lo jarang hubungi gue. Dan si Januar? Gue kan gak kenal sama diaka?"   "Iya deh. Loe masuk jurusan apa?"  ujarku lambat Adel nampak berpikir "Kayanya IPA deh!"  "Lhaa ko IPA sih?"  teriaku histeris, hingga membuat orang orang di sekelilingku tampakku horor.  "Emang lo masuk IPS?"  sahut Adel Aku mengangguk pelan dan langsung menarik tangan Adel, karena malu dengan orang yang masih menatapku horor mungkin mereka akan masuk ke IPA makannya menatap ku enuias seperti itu.  "Eh Fris kenapa lu tarik tarik gue, t***l" sahut Adella sebal menyetujui Aku mengerucutkan bibir ku "Ya t***l t***l juga, kembaran Ariel Tatum kali" sahut ku berlaga alay.  Adel menatapku datar, karena ia memang tahu kepribadian ku yang humoris, dan heboh.  "Eh Fris, gimana sih bisa mempermudah hubungan bisa langgeng?"  "Yakan kunci peralihan harus nyaman Del, lu tau kan selama gue di Bandung gue gak pernah ketemu Januar, tambah lebih! Bayangi aja coba" sahut ku dengan penuh percaya diri "Iya deh lu emang hebat Fris"    "Emang Januar itu gimana sih?"  tambahnya "Dia itu spesial Del" kata ku sambil berangan angan, mengingat semua kenangan kemarin. "Gimana?"  katakan Adel tambah heboh "Yang gue tau ya! Si Januar itu jarang ngomong, pendiam banget. Tapi gila yang naksir sama dia hampir semua cewek.  Gimana dia bisa bikin lu nyaman?" Tambah Adella makin histeris "Dengerin!  Itu beda sama cowok lain, dia gak ngerokok atau terjerumus ke dunia hitam.  tapi dia posesif nya meminta ampun Del, sekali lagi dia marah beruang yang lagi hibernasi aja bisa langsung menyerang jantungnya" sahut ku dilebih-lebihkan "Ah dasar hiperbola" ketus Adella “Woy terus gue nanyain gimana Januar bisa bikin nyaman! gue tanya ini, lo  jawabnya yang mana! Dasar Frisca Bean ya gak nyambung!" teriak Adela sampai membuatku menghadapnya sinis "Gini nih Del, Januar itu manis banget sama sama dia merasa dia itu gue, kalo gue teleponan beneran ada dekat gue dan setiap gue teleponan sama dia nyaman banget, gue gak pernah rasain hal ini sebelumnya" aku yang berlaga dramatis Adela hanya melihatku jijik, ya mulai dengan kekonyolanku meskipun sedikit orang yang melihat cantik ini cantik.  "Gitu yah, ya sudah Fris kita masuk ke ruang daftar ulang yuk takutnya nanti terlambat!"  ujarnnya sambil menarik tanganku Aku kagum dengan pasrah harus diambil langkah kaki Adella.  Aku bersama Adella sampai diruang daftar ulang, "OMG! Frisca mau balik lagi deh, banyak awak media di sini" ujarku pelan Adela hanya menatapku sinis "a***y t***l banget gue punya temen" datarnya padaku. Aku hanya terkekeh geli melihat raut wajah Adella yang tak karuan.   Aku berdiri sendiri di depan gerbang sekolah, menunggu seseorang untuk menjemputku. "Ya ampun Januar kamu dimana sih?" ujarku pelan karena malu dilihat oleh beberapa siswa melewatiku Aku mengecek ponselku, berusaha menghubungi Januar lagi. Namun saat itu juga Januar datang padaku, mengendarai motor sport hitamnya, sungguh menawan tuhan. "Udah lama nungguin Queen?" sahutnya suara khasnya, membuat hati ku pelan dengan berdetak tak seperti biasanya. Aku memasang wajah sebal padanya "Tau ah king nyebelin'" sahutku cemberut "Ya sudah kalo king nyebelin, king pulang duluan aja ya?" sahutnya lagi membuat ku ingin menghajarnya. "Belom pernah rasain golok di leher ya?" tegas ku sambil memelototinya "Ampun Queen, hehe bercanda ko" sahut Januar dengan senyuman yang langka untuk umat lain Aku masih menatapnya dengan kesal "Mau terus disitu?" ujarnya Aku tersenyum malu, "Idih Queen, Januar malu malu gitu ya?  teriak aku membuat Januar tersentak kaget "Nenek lampir" mengatakan itu pelan, namun aku berhasil mendengarkannya "Apa? Coba ulang deh!"  sahut menatapnya curiga "Apa" datar Januar bodoh "Tau ah, kamu pengen ditabok palu palu Thor ya!"  kata ku makin nyaring, ia justru mendekati wajahku, buat ku tersentak kaget.  "Kamu gak pake lipstik kan?"  " Engga sayang! Seriusan deh " "Iya deh percaya" sahutnya sambil menarik tanganku pelan-pelan mulai melangkah.  "Ayo sayang, saat pulang! Jangan ngomong mulu!"  Dia, aku hanya terdiam kaku, karena memang benar apa yang dikatakan Januar Aku menaiki motor Januar, sebenarnya aku baru tiga kali bertemu dengan Jakarta tapi aku sudah nyaman dan tidak kaku bersamanaya, karena aku memang suka Januar sebenarnya hati ku saat ini tak karuan dan membuatku terdiam semenjak tadi karena aku teringat ibu, jika dia tahu aku pacaran pasti dia akan sangat marah. "Queen, ko diem sih?" sahut Januar yang masih mengendarai "King, nanti anterin nya jangan sampe rumah ya?" sahutku ragu Januar tersenyum lebar padaku "Iya Queen, aku ngerti kok! Gak usah panik gitu mukanya, kan jadi mirip teletabis" sahutnya Aku mengerucutkan bibirku pelan "Kurang ajar!" gerutuku, Januar hanya tersenyum melihat tingkahku. "Napa senyum?" ketusku "Kamu lucu!" ujar Januar sambil menengok ke belakang mendekatkan wajahnya dengan wajahku "Tau" ketusku percaya diri Beberapa menit di perjalanan, Januar semakin cepat mengendarai motor sport nya. Hingga membuatku semakin kencang memeluk tubuh kekar Januar. "Lhaa kita mau ke mana king?" tanya ku cepat setelah jalur ke rumah ku malah ia lewati "Nanti kamu tau" ujarnya Aku mengabaikannya, dan menundukkan kepalaku diatas pundak Januar. Beberapa menit berlalu, aku melihat ke sekitar ku "Ngapain kita ke pantai king?" tanyaku "Ayo ikut aku sayang" ujarnya padaku sambil menarik tanganku Kami duduk di sisi pantai, dengan kursi diantara kami. putih yang menambah suasana roman "Queen" sahut Januar padaku, demi tuhan demi apa pun suara nya bikin aku merinding "Iya?" ujarku berusaha bersikap lembut pada Januar "Kamu tau kan aku kaya gimana?" ujamya Aku kebingungan dengan ucapan yang dilontarkan Januar "Tau banget, emang kenapa king!" "Semua tentang aku, kamu tau sayang. Kamu tau aku dulu irit ngomong kan? Kamu tau aku dulu cuek? Kamu tau aku dulu gak suka sama cewek cerewet? Bahkan sama cewek model apa pun?" ujar nya Aku mengangguk memahami semuanya, "Dan kamu tau kan kenapa aku sekarang berubah. hanya karena kamu Queen!" Aku merasa pipiku panas kali ini "Aku cinta sama kamu Queen, dan disini aku akan nembak kamu untuk kedua kalinya secara langsung, karena dulu cuma lewat ponsel" ujar Januar yang kini menatap ku dalam dalam "Oke" ujarku sambil tersenyum manis padanya "Frisca Jelita Anjani, apakah kamu bersedia hidup ku? Sampai nanti maut yang memisahkan, apa kamu bersedia?" ujarnya memegang kedua tangan ku dan benar saja ini membuatku kembali berdegup sangat kencang, tuhan oh tuhan bantu aku. Aku menggelengkan kepala ku cepat membuat Januar mengerutkan keningnya bingung, langsung saja aku tersenyum pada nya "Maksudnya aku gak mau nolak, Aku bersedia king" jawabku sambil tersenyum lebar "Yes! Noh kan, janji aku udah aku tepati Queen, nembak kamu untuk yang kedua kalinya" ujar Januar bangga Aku menatapnya datar "Dasar!" ujarku  "Janji kamu?" sahut Januar mendekatkan wajahnya padaku Aku tersentak kaget "E...... Janji apa sayang?" “Cium pipi aku" ujar Januar sambil menatap ku serius "Aku gak bisa" teriakku menutupi wajahku malu, Januar justru menyingkirkan tanganku dari wajah. Cup. Januar mengecup pipi ku pelan, seketika dunia ini terasa berhenti bagiku. "Udah aku tepati" sahut Januar bangga "Loh.. ko jadi kamu sih king?" ujar ku gemetar "Udah deh jangan so gugup gitu! dengerin ya Queen, diri kamu itu diri aku! Jadi kewajiban kamu itu juga termasuk kewajiban aku sayang" ujarnya cepat Aku tersenyum tulus pada Januar dan menundukkan kepalaku dalam dalam "Aku gak pernah menyangka ini king" lirihku pelan "Apa sayang?" "Aku gak menyangka cinta sejati aku itu kamu! Aku inget banget pas kamu dulu suka cuekin aku. Aku kira setelah aku pindah aku gak akan pernah miliki kamu king, tapi aku salah setelah aku pindah kamu justru pengen jadian sama aku, dan kamu dulu bilang kamu mau kita LDRan. Aku bangga punya kamu sayang, terima kasih" gemetarku pelan dan tak terasa air mataku sudah bergelinangan jatuh membasahi pipiku "Inilah aku Queen, aku gak sembarangan orang! Aku juga gak sembarangan percaya sama seseorang. Tapi entah mengapa setelah aku lihat kamu, kamu itu beda. kamu enggak sombong dengan kecantikanmu, kamu justru menarik dengan sikap humorismu dan aku suka itu, sikap ku yang dulu dingin tapi diam diam aku merhatiin kamu baik baik. Karena kamu satu satunya wanita yang menarik hati aku!" ujarnya sambil mengusap air mataku, Januar kemudian naruh hati sama Ioasos memelukku erat. "Aku sayang kamu king" sahutku "Aku juga Queen" ujar Januar sambil mengelus elus kepalaku         Aku memasuki sekolahku, dengan berbagai macam keberanian yang aku kumpulkan sejak tadi. "Si Adel mana sih?" sahutku pelan Aku duduk di kursi yang berada di depan ruangan guru, banyak sekali siswa yang sama seperti ku, dan kini mereka menatapku. Aku mencari ISI pengumuman pembagian kelas, namun belum dipajang. Setelah beberapa menit, salah satu guru datang dan menempelkan beberapa lembaran kertas. Aku segera mencari nama kelas mana yang akan aku duduki. "Frisca Jelita Anjani, X IPS2" sahutku pelan Aku melihat daftar termasuk X IPS 2 "Bela" ujarku histeris, Bela ialah teman SMP-ku dulu, kami memang tidak begitu akrab tapi aku mengenalnya. "Eh, kelas ips dua juga?" sahut seseorang dari belakangku. "Em, iya" ujarku berusaha sesopan mungkin "Siapa nama loe?” "Frisca!" seru ku semangat "Oh Kenalin nama gue Tiara" ujar seseorang nya lagi bernama Tiara itu "Kalo nama gue Laudia" ujar nya sambil mengulurkan tangan "Ya sudah kita cari kelas yuk!" seru Tiara padaku dan Lau. Aku ditarik oleh mereka berdua, menuju ruangan X IPS 2. "OMG! Ini kelas kita? Gila ya diujung banget" teriakku histeris, Aku menutup mulutku cepat, dan segera menoleh kearah Tiara dan Lau. "Hehe maaf ya! Itu sebagian dari kebiasaan gue" ujar ku perlahan sambil tersenyum kikuk "Iya deh enjoy aja Fris! Yuk ah masuk, lagian kayanya murid lain udah pada datang" gerutu Tiara yang berada di sampingku. Aku, Tiara dan Lau. Memasuki kelas baru kami, terlihat Bela yang sedang duduk diujung sana. Aku segera menghampiri Bela "Hai Bela? Loe dikelas ini juga? Masih ingat gak sama gue?" ujar ku bersemangat Bela terlihat kaget "Eh Frisca? Loe di Jakarta lagi? OMG! akhirnya gue punya temen sekelas" seru Bela sambil memelukku erat. Aku baru mengingat sesuatu, bahwa di belakangku ada teman baru ku. "Oh ya Bel, kenalin ini Tiara dan ini Laudia" ujar ku sambil menunjuk mereka "Hai" ujar Bela kaku "Dan kenalin temen temen, ini Bela" "Hai Bela" seru mereka pada Bela, Kami berempat segera memilih kursi untuk kami duduki, aku berada di samping Bela. Laudia berada di depanku, dan Tiara berada di depan Bela. "Geng baru lah ini mah!" seru ku pada mereka "Haha bener banget" ujar Laudia "Buat grup WA yuk?" seru Bela Seketika aku dan mereka mengangguk bersemangat, dan membuat grup WA yang dinamai SemprulKekinian. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD