Bab 2

1197 Words
"Manusia yang hebat dan berkualitas Terbentuk dari masa lalu yang kelam, mungkin. Manusia yang hebat dan berkualitas Terbentuk dari didikan positif orangtua, pasti." -- Meitantei -- Sehari penuh aktivitas di pesantren telah Dinda jalani dengan baik, sesudah makan malam Dinda menjulurkan kedua kakinya di atas kasur. Dinda mulai mengingat kembali hafalan ayat yang diselesaikannya tadi. "Dinda!" sorak Arika yang baru kembali ke kamar asrama setelah selesai melaksanakan panggilan alamnya di kamar mandi tadi, membuat pikiran Dinda terbuyarkan. Arika adalah teman pertama Dinda di pesantren ini. Bagi Dinda, Arika lebih dari seorang sahabatnya, Dinda sudah menganggap Arika sebagai saudarinya sendiri. "Dinda sudah hafal berapa surah?" tanya Arika sambil duduk di atas kasur Dinda yang berada di ranjang bawah. Dinda diam sejenak, menghitung berapa surah yang sudah dihafalnya. "Dari lamanya kamu berpikir, sepertinya kamu sudah hafal banyak surah. Dinda, padahal 3 bulan yang lalu kamu bahkan tidak lancar menghafal bacaan dalam shalat, hanya hafal surah Al-Ikhlas dan An-Nas. Tapi sekarang kamu sudah berkembang sejauh ini, aku kagum padamu." Arika memuji Dinda dengan senyum lebar pada sahabatnya itu. Maye dan Nia yang tadi ikut menguping kini mulai ikut duduk bersebelahan dengan Dinda "Maye! Kamu melompat lagi!" kesal Nia. "Hehe, kebiasaan." Maye terkekeh pelan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Mereka bertiga, adalah sahabat Dinda di pesantren ini, hanya mereka bertigalah yang tau tentang masa lalu Dinda di pesantren termasuk Kyai dan Nyai yang menerima Dinda dengan ramah. Dinda tahu Pesantren Al-Mudtaji' ini dari seorang sahabat baiknya selama di SMP dan juga SMA tempat Dinda masih bersekolah 3 bulan yang lalu. Namanya Zahara, keponakan dari Kyai Halim. Awalnya Zahara sangat ingin setelah lulus SMP bersekolah di Pesantren Al-Mudtaji' ini, namun kedua orangtua Zahara melarang anaknya untuk tinggal di tempat lain tanpa pengawasan kedua orangtuanya, mereka berpikir Zahara masih sangat kecil untuk merantau, walau di tempat pamannya sendiri, Kyai Halim. Terlebih kesehatan Zahara tidak lah sebagus anak-anak seusianya. oOo Selama di sekolah Dinda sangat dekat dengan kedua sahabatnya, Zahara dan Heni. Walau Dinda adalah seorang anak korban broken home, dia masih tergolong dalam anak yang tetap memiliki mental yang baik walau sudah kehilangan orangtuanya yang memang tak pernah peduli padanya. Ayah dan Ibu Dinda bercerai saat Dinda mau masuk SMA, ayah Dinda ketahuan selingkuh dan langsung menceraikan ibu Dinda. Selama seminggu penuh setelah perceraian, ibu Dinda hanya termenung di rumah, dan sehari setelah itu ibu Dinda meninggal dunia karena gantung diri di kamarnya. Ayah Dinda sama sekali tidak menghiraukan mantan istrinya itu, ibu Dinda, bahkan tak mau mengantar kepergian mantan istrinya untuk terakhir kalinya. Dinda sangat membenci pengkhianatan dan keegoisan ayahnya, sampai kelas 2 SMA Dinda hanya tinggal bersama neneknya dengan uang belanja dari asuransi ibu Dinda. Ayah Dinda sama sekali tidak pernah mengirimi uang untuk Dinda. Dinda dan neneknya hidup dengan sederhana dan makan seadanya. Nenek Dinda yang sudah tua tidak mampu untuk bekerja, awalnya nenek Dinda tinggal di panti jompo selama ini, begitu tau putri satu-satunya meninggal, dia memutuskan kembali ke rumahnya demi menjaga cucunya. Begitu pun dengan Dinda yang masih SMA, dia tidak bisa bekerja di usia itu. Sampai Dinda bertemu dengan Heni, saat kelas 1 semester 2 di ruang klub Bahasa Inggris, mama Heni adalah seorang pengusaha keripik. Heni yang mengetahui kondisi Dinda, mengajak Dinda untuk bekerja bersama mamanya setiap sore setelah pulang sekolah. Dinda sangat bersyukur bisa mengenal Heni. Dinda memulai hari-harinya dengan baik, tanpa pernah memikirkan siapa dia, seorang anak korban broken home yang hidup dengan tragis, ditinggal bunuh dirinya oleh ibunya, diacuhkan oleh ayahnya, dan hanya hidup dengan nenek yang menjadi tanggung jawabnya. Tapi setidaknya Dinda masih bersyukur... memiliki keluarga yang masih bersamanya, yaitu nenek Dinda. Saat di perjalanan pulang dari rumah Heni, Dinda tanpa sengaja melihat mobil ayahnya, ayahnya dengan seorang wanita seksi yang bukan istri barunya. Dinda menggepalkan erat tangannya. Lagi-lagi ayahnya selingkuh, pemandangan yang sangat tidak baik bagi Dinda, bahkan di usianya yang masih 16 tahun itu, dia harus melihat ayahnya b******u dengan wanita lain di dalam mobil, terlebih itu di kawasan rumahnya. Apa kata warga bila melihat ayahnya berzina di kampung halamannya sendiri? Dinda berlari menuju rumahnya dengan cepat, menahan air matanya selama di perjalanan. Nenek Dinda kaget melihat wajah cucunya yang pucat basi sekaligus depresi. Nenek Dinda langsung memeluk cucunya dengan hangat, seperti pelukan seorang ibu yang tidak pernah di rasakan oleh Dinda, karena selama hidupnya ibu Dinda hanya sibuk dengan pekerjaan, sampai melupakan anaknya sendiri, bahkan dikhianati oleh suaminya. Dinda melepas semua beban berat dihatinya lewat tangisan dalam pelukan hangat neneknya. Dinda menangis sejadi-jadinya, Dinda menceritakan apa yang baru saja dia lihat pada neneknya, awalnya nenek Dinda terkejut, namun kemudian dia tersenyum tipis. "Dinda, kalau Dinda sudah besar nanti dan nenek sudah tiada. Dinda hanya perlu ingat, bahwa Dinda tidak sendiri, ada Allah bersama Dinda. Dinda jangan pernah sampai membenci kedua orangtua Dinda, bagaimana pun perlakuan mereka selama ini, mereka tetaplah orangtua Dinda." Nenek Dinda memeluk kembali cucunya, "Dinda, Nenek hanya ingin Dinda bahagia, saat Dinda sudah besar nanti, carilah laki-laki yang baik, laki-laki yang mencintai Dinda apa adanya, laki-laki yang takut pada Allah, kalau dia takut pada Allah, dia tidak akan berani mengkhianati kepercayaan Dinda padanya." "Apa jika Dinda juga takut pada Allah, Dinda tidak akan berani mengkhianati siapa pun juga?" tanya Dinda sambil menyeka air matanya. Nenek Dinda menganggukkan kepalanya, tersenyum tipis pada cucunya itu. "Berarti selama ini ayah dan ibu tidak takut pada Allah?" tanya Dinda kembali pada neneknya. Nenek Dinda tersenyum pada cucunya itu, "Nenek tidak tau, hanya mereka dan Allah lah yang tau. Dinda belum shalat bukan? Ayo shalat bareng Nenek." Dinda terdiam sejenak. "Tapi Nek, Dinda hanya hafal 2 surah pendek, itu pun Dinda terpaksa menghafalnya karena tugas agama di sekolah. Untuk bacaan dalam shalat pun Dinda sudah lupa-lupa ingat, karena Dinda menghafal semuanya waktu praktek shalat di SD demi nilai kelulusan." Nenek Dinda tersentak kaget mendengar pernyataan cucunya itu. Selama ini nenek Dinda tinggal di panti jompo, dia hanya mengasuh Dinda saat Dinda berusia 1 tahun, setelah itu dia tidak pernah mengasuh Dinda lagi, Dinda pun juga bertemu neneknya saat lebaran id saja, itu pun diajak oleh ibunya. "Dinda... selama ini kamu tidak shalat? Apa ibu atau ayahmu tidak menyuruhmu mengaji di Mushalla sebelah?" tanya nenek Dinda. Dinda menggelengkan kepalanya. "Dinda setiap hari hanya disuruh jangan malas belajar, tidur yang teratur, jangan pergi main di luar, jaga rumah saja, bahkan Dinda tidak pernah melihat ibu dan ayah shalat atau berpuasa selama ini. Teman-teman Dinda bilang, puasa dan shalat itu hukumnya wajib, Dinda pun tidak ingin malu dengan teman-teman Dinda karena tidak berpuasa, jadi Dinda sekali-sekali juga berpuasa saat bulan Ramadhan." Nenek Dinda menghela nafasnya. "Selain menghancurkan hidupmu, ternyata mereka juga tidak mendidikmu dengan baik, apa selama ini Nenek tidak membesarkan ibumu dengan baik?" keluh nenek Dinda. "Nenek... maukah Nenek mengajari Dinda bacaan shalat? Dinda ingin takut dengan Allah, agar Dinda jadi dekat dengan Allah dan takut melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah." Dinda tersenyum tipis pada neneknya dengan ekspresi meyakinkan. "Dinda, kamu anak yang baik. Seharusnya Nenek merawatmu dari dulu, maafkan Nenek Dinda." "Tidak Nek, Nenek adalah orangtua terbaik untuk Dinda. Nenek jangan pernah meminta maaf pada Dinda, karena Nenek tidak salah apapun." Dinda menggelengkan kepalanya dengan kencang saat itu. "Baiklah, ayo kita shalat Maghrib," ajak nenek Dinda diangguki cepat oleh Dinda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD