"Kenapa kau tidak bilang padaku lebih dulu kalau kau mengenal Ren, Ambrosio?" tuntut Sisilia sambil mengiringi langkah Ambrosio menuju kamar mereka. "Kau tidak tanya," jawab Ambrosio enteng. Menyenangkan melihat istrinya membuntutinya karena rasa penasaran. "Lagi pula aku tidak ingin kau akrab dengannya. Aku tahu kau mudah terkesan dengan orang yang memiliki kemampuan khusus." Sisilia mengerucutkan bibirnya ke depan. "Bukannya aku terkesan dengan semua orang, Ambrosio, aku hanya jadi curiga, jika kemampuan Ren sehebat itu, bisa jadi ia orang yang menebar racun pada para tetua klan." "Baguslah kalau kau berpikir demikian." "Jadi kau mencurigainya juga?" Mereka masuk ke dalam kamar mereka dan Ambrosio segera menutup pintu rapat-rapat. Ia menarik pundak Sisilia dan menyandarka