Desahan lembut terlepas dari bibir Sisilia setiap kali Ambrosio bergerak menghujam di belakangnya. Bulan keemasan di langit gelap terlihat kabur seolah tertutup kabut. Mereka menghadap ke bulan, merangkak di teras taman kamar mereka di malam yang dingin semilir itu seperti sepasang mamalia malam, melenguh menikmati senyap kegelapan. Semua tanaman dan serangga malam di taman itu menjadi saksi penyatuan tubuh mereka. Jemari Sisilia bertahan di pinggiran teras dan dia bisa melihat bulir-bulir keringat menetes dari dagunya karena tubuhnya berguncang kuat. Cengkeraman tangan kasar pria itu di pinggulnya menahan tubuhnya agar tidak terjungkal. "Sisilia, itoshī anata," Sisilia, sayangku, bisikan Ambrosio meniup tepi daun telinganya, membuat Sisilia tertawa lemah. "Ugh!" erang Ambrosio ketika t