PART: 3

1117 Words
Saat ini Raga dan Ara dalam perjalanan menuju rumah Raga, tanpa Xabiru karena Xabiru akan menginap di rumah sang oma selama sebulan, untuk memberikan waktu kepada Raga dan Ara untuk saling mengenal satu sama lain. Dan Xabiru pun tidak keberatan jika harus menginap di tempat sang oma. Dalam perjalanan hanya ada keheningan yang menemani mereka, tidak ada satupun yang membuka suara. Hingga tak terasa mereka telah tiba di kediaman Raga. "Ayo aku tunjukkan kamar kita" kata Raga berjalan meninggalkan Ara, Ara pun hanya mengangguk dan mengikuti langkah Raga menuju lantai dua. "Ini kamar kita, walaupun kita menikah karena perjodohan, aku nggak mau kalau tidur dengan kamar terpisah, kita harus belajar menerima pernikahan ini" kata raga tegas dan dingin menatap Ara Arapun hanya mengangguk, "Kalau begitu kamu mandi dulu, biar aku mandi di kamar mandi bawah" kata Raga mengelus rambut Ara dan berjalan meninggalkan Ara di kamar. Setelah selesai mandi, Ara duduk di pinggir ranjang dengan menggunakan baju tidur satin yang tipis pemberian dari sang bunda mertua. Tak lama pintu terbuka dan menampilkan sosok Raga yang hanya menggunakan celana bokser dan sedang mengeringkan rambut basahnya. Raga pun menegang melihat penampilan Ara, bagaimanapun dia lelaki normal yang memiliki nafsu. Apalagi sudah sangat lama dia tidak menyentuh wanita. Tapi bagaimanapun Raga tidak akan memaksa Ara karena dia yakin Ara belum siap untuk melaksanakan kewajibannya jika Raga meminta haknya, apalagi ini merupakan yang pertama bagi Ara. "Mas malam ini emm..emm" kata Ara terbata, yaa ara memang mulai memanggil Raga dengan sebutan "mas" karena perintah sang mami. "Tenang saja aku tidak akan meminta hakku sebelum kamu siap" kata Raga yang membuat Ara bernafas lega. Raga pun menaikki ranjang, sambil menarik Ara kedalam pelukannya "Tidurlah" kata Raga Ara yang mendapatkan perlakuan seperti itu, jantungnya serasa ingin copot, tapi tidak lama dia bisa menormalkan detak jantungnya dan membalas pelukan Raga meletakkan kepalanya di d**a bidang Raga yang sangat nyaman. Entah dorongan dari mana Raga bisa mempunyai keberanian membawa Ara dalam pelukannya, dia hanya merasa nyaman saat di dekat Ara. Karena merasa tak ada penolakan dari Ara, dia pun tersenyum dan mengecup puncak kepala Ara. Tapi apakah Raga sudah jatuh cinta dengan Ara? Yaaa, Raga merasa dia sudah jatuh hati pada Ara, entah mengapa Ara begitu cepat meluluhkan hatinya. Apakah ini yang dinamakan Love at first sight ? Entahlah, tapi Raga akan tetap mempertahankan sikap dingin dan datarnya untuk melihat reaksi Ara. Raga tersenyum kala melihat Ara sudah tertidur dengan nyenyak di d**a bidangnya, dan merekapun tertidur dengan saling memeluk satu sama lain dibawah selimut yang sama. ---------- Pagi ini Ara bangun lebih dulu dari Raga, saat membuka mata dia melihat Raga yang masih tertidur dengan tangan yang memeluk pinggangnya posesif. Ara mencoba melepaskan tangan Raga yang ada dipinggangnya dengan perlahan agar Raga tidak terbangun. Setelah itu Ara melakukan rutinitas paginya untuk membersihkan diri dan memasak sarapan untuknya dan Raga. Setelah selesai memasak, Ara yang berniat membangunkan Raga mengurungkan niatnya, karena melihat Raga menuruni tangga dengan pakaian kantornya. "Pakaikan dasiku" titah Raga mengulurkan dasinya. Ara menurut dan berdiri di depan Raga untuk memakaikan dasi Raga. "Makan dulu mas, aku udah buat sarapan untuk kita" Raga hanya diam dan melangkah menuju meja makan.Mereka menikmati makan dalam diam, karena Raga tidak suka ada yang berbicara saat makan. Hanya ada dentingan sendok dan garpu yang terdengar. "Aku berangkat dulu" kata Raga sambil mencium kening Ara. Ara yang mendapat perlakuan begitu meleleh seketika, pipinya bersemu merah menahan malu, dia hanya mengagguk dan mengantar Raga sampai teras rumah. Setelah mobil Raga tak terlihat lagi, Ara berniat untuk menyelesaikan semua pekerjaan rumah seperti menyapu, mengepel dan mencuci. Apapun Ara lakukan agar tidak merasa bosan sendirian di rumah mewah Raga. Ara heran kenapa rumah sebesar ini tidak ada art satupun, setidaknya jika ada bisa menemani Ara jika Raga sedang bekerja seperti ini sekedar untuk bertukar cerita. Mengenai kuliah, Ara memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah, karena dia ingin fokus merawat Xabiru dan juga mengurus rumah tangganya. Raga pun tidak keberatan dengan itu, dia malah senang mendengarnya walaupun tidak diperlihatkan pada Ara. Setelah semua pekerjaan rumah beres, Ara memutuskan untuk menonton tv sambil menunggu Raga pulang. ---- Tak terasa sudah seminggu Ara menyandang gelar menjadi Mrs. Akalanka, dia begitu menikmati perannya menjadi seorang istri. Sejauh ini pernikahan mereka baik-baik saja, Raga sudah tidak sedingin dan sedatar saat awal pernikahan, bahkan dia menjadi lebih manis sekarang. Entah mengapa Ara merasakan Raga menjadi lebih posesif kepadanya. Xabiru saat ini masih menginap di rumah Marta, sesekali Ara hanya video call dengan Biru saat merasa kangen. Setelah mengantarkan Raga sampai teras rumah untuk pergi bekerja, Ara memilih marathon drama untuk membunuh rasa bosannya. Ting... Saat fokus menatap layar laptop yang menampilkan adegan drama favoritnya, hp Ara berbunyi menandakan ada pesan yang masuk. "Sayang, aku udah di Indo. Kita ketemuan di tempat biasa ya, miss u so much" Tubuh Ara seketika menegang, dia hampir lupa bahwa dia memiliki seorang kekasih yang dua tahun lalu melanjutkan kuliah di paris. Orangtua Ara memang tidak tau tentang hubungan mereka, karena mereka tidak mengizinkan Ara untuk berpacaran sebelum lulus sma. Kekasih Ara adalah kakak kelasnya waktu sma, mereka selama ini back street. Bahkan mereka lost contact karena kesibukan masing-masing. Ara pun memutuskan untuk menemuinya untuk menjelaskan semuanya dan mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih. --------- Raga telah sampai di kantor dan berjalan memasuki kantor dengan wajah dinginnya, banyak karyawan yang menyapa Raga tetapi hanya dibalas anggukan kepala oleh Raga. Raga memasuki ruangannya dan ternyata disana sudah ada Jo, teman Raga saat kuliah yang saat ini menjabat menjadi manager di perusahaan Raga. “Ngapain loe?” kata Raga ketus kepada Jo "Wehh santai dong pak bos. Kenapa muka lesu kek gitu, gak dapat jatah lu ya dari bini muda loe” kata Jo "Bacot lu ah, belum gue apa-apain dia. Kepala gue pusing satu minggu nahan nafsu terus” kata Raga meminit pangkal hidungnya "Woww woww woww seorang Raga selama seminggu tidur seranjang dengan wanita tidak melakukan apa-apa hebattt" kata Jo sambil bertepuk tangan. "Gue nunggu sampai dia siap bro, gue gak mau maksa. Tau sendiri dia masih perawan ting ting" kata Raga sambil mengecek berkas-berkas di mejanya. "Hahaha sulit dipercaya, okedeh kalau gitu gue cabut dulu ada meeting sama klien. Berkas yang loe minta udah gue taruh meja. Byee." kata Jo sambil melangkah keluar dari ruangan Raga. Drtt.. drtt.. drtt "Halo" "Mas, aku ijin ketemu temen ya di..." "Oke" jawab raga sebelum Ara menyelesaikan kalimatnya sambil mematikan telfon. Raga tersenyum membayangkan Ara yang saat ini pasti sedang kesal karena Raga memutus telfonnya sebelum dia menyelesaikan kalimatnya. Sedangkan disebrang telfon Ara menggerutu menghadapi sikap sang suami yang berubah ubah, kadang manis kadang dingin. "Ck, dasar aku kan belum selesai bicara, untung ganteng. Salah apa aku ya Tuhan punya suami sedingin mas Raga" gerutu ara dalam hati. Setelah itu ara bersiap untuk menemui teman yang dia maksud tersebut. Ara berharap semoga lelaki itu mau menerima keputusannya. Ara tidak mau semua ini semakin rumit, dia akan menyelesaikan semuanya saat ini juga. Semoga ini merupakan keputusan yang terbaik untuk mereka berdua.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD