Di ruang berukuran 3 x 3 meter ini, dulu dia kerap mendapat nasihat dari Bu Ani. Suara bijak Ibu yang kini sudah sepuh semakin terdengar bijak. Ibu hanya bisa berkata patah-patah dan pelan. Kadang malah tak terdengar. Kata Bu Septi, itu karena jantung Bu Ani yang semakin lemah dan sering kali lupa berdetak. “Ibu senang kamu pulang. Ibu cemas sekali karena sudah lama kamu tidak memberi kabar. Apa kamu baik-baik saja?” tanya Bu Ani pelan. Dipegangnya jemari Kienar dengan jari-jarinya yang semakin kurus dan memutih. Seputih rambut Bu Ani yang makin tipis. “Kinkin hanya sibuk. Maafkan Kinkin karena membuat Ibu khawatir.” Diciumnya kedua tangan Bu Ani perlahan, seolah tulang jemari itu akan patah jika tak diperlakukan dengan hati-hati. “Kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari Ibu, ka