“Angga? Apa benar itu Angga?” tanya Kienar dalam hati. Tanpa sadar dia menggigiti bibir bawahnya. Untung saja Bumi cepat mengajaknya pergi dari restoran itu. Seandainya mereka berdua bertemu muka atau berpapasan, Kienar tidak tahu bagaimana harus bersikap. Mungkin saja Angga tidak akan mengenalinya dengan rambut pendek yang dicat burgundy ini. Angga tidak pernah tertarik dengan perempuan berambut pendek. Bisa jadi kedatangan Kienar di tempat itu tidak akan menarik perhatian. Tetap saja, kemungkinan dia dan Angga akan berpapasan membuat perasaan Kienar tidak enak. Baru beberapa hari saja dia kembali ke Jakarta sudah harus bertemu dengan Angga. Di sebelahnya, Bumi juga sibuk dengan pikirannya sendiri. Di restoran dimsum tadi dia melihat pemandangan yang tidak mengenakkan. Tidak sehar