d**a Kienar berdebar ketika hendak memasuki gedung tempatnya akan bekerja. Sekali lagi dipandanginya pantulan wajahnya pada pintu kaca masuk. Kecil kemungkinan akan ada orang yang mengenali penampilan barunya. Polesan make up hampir menutupi semua kekurangan pada wajahnya. Dulu Kienar jarang bermake up. Tipis-tipis saja. Wajahnya sudah cantik tanpa harus dilapisi banyak zat kimia. Sekarang dia menggunakan make up bukan untuk membuatnya terlihat lebih cantik, tapi untuk membuatnya terlihat tak bisa dikenali. “Kalau dilihat dari dekat, masih bisa kelihatan kalau itu aku. Ah, sudahlah. Masa iya mau operasi plastik buat nutupin muka lama. Lagian aku nggak lagi nyamar.” Kienar berbicara pada diri sendiri sambil membetulkan penampilannya pada kaca pintu masuk. Tanpa dia tahu, perbuatannya it