Gue kehabisan ide. Imajinasi gue buntu! Kalau kalian pikir bikin cerita yaoi gay itu gampang, kalian salah besar! Tentu aja gampang kalau dibikin asal-asalan. Dua cowok bertemu saling h***y terus buka baju lanjut main pedang. Tusuk-tusukan, ngentot.. trus crot!
Ya banyakan sih mereka bikinnya kayak gitu. Gue suka membuat cerita yang ada nyawanya, gak asal nulis. Jadi yang bisa bikin pembaca ikut menjiwai cerita, seakan mereka terlibat didalamnya. Intinya gue harus bisa membuat pembaca gue melting dan h***y berat. Nah, itu bukan tugas yang mudah kan?! Makanya gue gak pernah pasang dateline kapan musti update. Semua tergantung mood gue.
Sekarang disaat gue mood ngarang, imajinasi gue ngeblok. Padahal banyak pembaca yang nagih cerita gue. Ide, dimana lo berada? Aha, akhirnya gue dapat wangsit ide. Tapi gue harus punya gambaran perasaannya. Gue menatap Nath yang sedang tertawa heboh dikala menonton film Mr Bean. Dia rebahan di ranjang sambil menikmati film jadul itu. Dan seperti biasanya dia telanjang d**a, cuma memakai celana trainingnya. Seksi sekali!
Gue mendekati Nath, ikut rebahan di sampingnya sembari memeluknya. Nath balas memeluk gue dan mengecup kening gue. Sweet kan dia jadi suami.
"Nath, lo selalu bersedia bantu gue kan?" pancing gue, seraya mengelus-ngelus dadanya dengan pola melingkar menggunakan jari telunjuk gue.
"Pasti kalau tingkah lo manis gini ada maksudnya," sindir Nath dengan senyum dikulum. Dia mengambil tangan gue lalu mengecupnya mesra.
"Ah kayak lo enggak," ledek gue.
"Eitz, beda! Gue selalu sweet setiap saat," kilahnya, dia memamerkan senyum memikatnya.
"Nah itulah. Karena lo setiap saat ada maunya. Cari gratisan!"
Nath tertawa ngakak, namun dia gak membantah ucapan gue. Dia mengacak-ngacak poni gue dan bertanya lembut, "Apa yang bisa gue bantu?"
"Nath, gue lagi buntu nih. Sebenarnya gue udah punya ide, tapi kekurangan imajinasi untuk mewujudkannya. Lo bisa bantu gue kan?"
Nath menghela napas panjang, dia udah tahu maksud gue.
"C’mon Nath. Cuma lo yang bisa bantu gue. Atau gue mesti cari ide ke cowok maho lainnya?"
"Tidak!!" teriak Nath panik. Dia paling khawatir kalau gue berhubungan dengan cowok homo selain dirinya.
"Oke, lo mau tanya apa?" akhirnya Nath mengalah. Dia pasrah kehidupan seksnya gue obrak-abrik.
"Nath, lo tahu tentang dobel f**k penetration?"
"What?!!" mata Nath membulat mendengar pertanyaan esktrim gue.
"Gue mau bikin cerita dengan tema ini," kata gue datar.
"Batalin, Ol! Lo gila ya!" sembur Nath.
"Gue emang gila sejak awal memutuskan menulis cerita seperti ini. Dan lo ikut berpartisipasi mendorong kegilaan gue, Nath!" tukas gue menyalahinkannya.
"Gue? Gue?! Bagaimana bisa?" Nath balas bertanya, bingung.
"Yah sejak gue sohiban ama elo yang homo, gue jadi tertarik dunia kalian. Gue suka lo Nath, di mata gue lo itu indah! Sejak kenal lo, gue merasa dunia pelangi kalian juga ada asiknya. You are my inspiration Nath."
Nath melongo mendengar pengakuan gue. "Jadi lo jadi penulis esek-esek kaum homo itu gegara gue?"
Gue mengangguk membenarkan. Mendadak Nath meremas rambutnya kesal. Wajahnya galau berat.
"Arghhhh! Kenapa lo terinspirasi gila karena gue?!" sentak Nath kesal.
"Kenapa? Gak boleh? Lo maho terindah yang gue kenal! Kalau lo doyan cewek, mungkin gue embat saja," goda gue.
"Gue bukan ho... Apa?! Lo serius mau ngembat gue? Lo mau kita ML?" tanya Nath dengan eskpresi anehnya yang konyol.
Gue tertawa ngakak melihatnya. "Canda kali, Say! Lo tahu gue alergi cowok ganteng kecuali dia homo, kalau lo enggak homo mana sudi gue dekat-dekat lo!"
Gue mencubit pipi Nath gemas. Dia menepis tangan gue kesal. Tumben, dia sebal hati pada gue.
"Nath, lo tadi mau bilang apa? Lo bukan ho.... mo?! Astaga! Apa selama ini lo membohongi gue?"
Gue beringsut menjauhinya. Tapi Nath menarik gue kedalam pelukannya.
"Olga, tadi gue cuma mau bilang bahwa gue bukan homo murahan seperti di cerita lo! Main tabrak sana-sini! Sama siapa aja mau. Gue cuma mau ngelakuin dengan orang spesial. Jadi bagaimana bisa lo menjadikan gue inspirasi cerita lo?! Gue gak sebejat tokoh maho dalam cerita lo!" protes Nath keras.
"Iya sih. Tapi seperti yang gue bilang, lo itu maho terganteng, terseksi, terindah, yang pernah gue kenal. Sejak kenal lo gue merasa cowok maho itu ada indahnya juga, gak semenjijikkan anggapan gue dulu!" kata gue menjelasin sambil mengelus wajah Nath. Jujur, gue suka melihat wajah Nathan. Indah tapi maskulin.
Cup. Gue mengecup pipi Nath lembut. "Gue sayang lo, Nath."
"Tapi bukan sebagai cowok kan?!" sindir Nath miris.
"Nah itu. Gue sayang lo sebagai sahabat yang paling mengerti gue. Juga sebagai inspirasi gue. Sekarang jawab pertanyaan gue, apa lo sudah pernah melakukan double f**k penetration atau lo pernah diperlakukan kayak gitu sama cowok lo?" tanya gue kepo.
Mata Nath melotot galak, dia sebal karena merasa gue desak.
"Olgaaa!! Pikiran lo b*****t banget!" serunya gusar.
Salah gue apa sih? Kan gue cuma nanyak!
Bersambung.