Chapter 15

2059 Words
Bughhh Lelaki yang tengah mengecup d**a Pamela itu secara tiba-tiba terlempar begitu saja sehingga jatuh di atas lantai. "Beraninya kau menyentuh gadisku!" Suara yang terdengar sangat dingin itu diucapkan oleh Daniel yang kemudian langsung menghampiri lelaki tersebut dan duduk di atas  perutnya. Pukulan-pukulan pun langsung diberikan oleh Daniel kepada lelaki itu secara bertubi-tubi. Pamela langsung menarik selimut yang berada di atas ranjang untuk menutupi dadanya. Ia mendongak dan terkejut ketika melihat Daniel tengah menghajar lelaki itu habis-habisan. "Ampun, Tuan." Pamela masih berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi sekarang ini. Ia baru menyadari bahwa lelaki itu bisa mati bila Daniel terus saja memukulnya. Wajah lelaki itu saja bahkan sudah babak belur akibat pukulan Daniel. Sementara ketika melihat Daniel, Pamela yakin lelaki itu seperti sedang sangat emosi sehingga memukul dengan sekuat tenaga. Pamela khawatir Daniel bisa membunuh lelaki itu karena tidak bisa menahan emosi. "Daniel, hentikan!" pekik Pamela. Akan tetapi lelaki itu masih terus melakukan kegiatan memukulnya. Pamela mulai merasa panik. "Daniel! Tolong hentikan! Cukup!" Pukulan Daniel pun terhenti di udara setelah mendengar teriakan Pamela. "Sudah cukup." Daniel menatap ke arah Pamela. "Maafkan saya, Tuan." "Minta maaf padanya," ucap Daniel dengan nada suara dingin. Ia mengangkat kerah baju lelaki itu sehingga dapat menatap Pamela yang masih berada di atas ranjang. Lelaki itu kini sudah dalam kondisi babak belur. Ia pun menatap ke arah Pamela dan menangkup kedua tangannya. "Maaf, Nona." Pamela yang masih merasa terkejut pun menganggukkan kepalanya. Daniel langsung bangkit dan menghampiri Pamela. Ia melepaskan jaketnya dan memberikan itu kepada Pamela. "Pakai ini dan cepat ikuti aku," ujar Daniel kemudian membalikkan tubuhnya. Pamela memakai jaket itu dengan cepat kemudian dirinya berdiri. "Sudah," ujarnya. Daniel langsung berbalik untuk menatap Pamela kemudian langsung menarik tangan gadis itu. Mereka keluar gedung itu dengan cepat. Ketika telah keluar dari pintu, Robi menghampiri Pamela dengan wajah khawatir. Daniel pun menatap Robi dengan dingin. "Dia kembali bersamaku," ucap Daniel. Lalu setelah itu Daniel segera menarik tangan Pamela dan mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil yang terletak di belakang mobil yang tadi ia kendarai bersama Robi. Daniel membukakan pintu dan kemudian Pamela masuk ke mobil dengan cepat. Lelaki itu menutup pintu mobil sebelah Pamela dan langsung memutari mobil untuk masuk mobil bagian kemudi. Robi hanya bisa menatap kepergian mobil itu dengan perasaan kalut dan merasa bersalah. -------- Sepanjang perjalanan, Daniel hanya diam saja seraya terus menyetir. Pamela pun menatap lelaki itu dan mulai bicara. "Kapan kau tiba?" tanya Pamela. Ia merasa terkejut melihat Daniel yang sudah berada di pulau ini. Padahal ia tahu dengan baik bahwa sebelumnya Daniel tidak ada di pulau. Melihatnya secara tiba-tiba begini tentu saja membuat Pamela merasa terkejut. "Baru saja. Beberapa detik saat kau masuk mobil bersama Robi." Pamela pun terdiam. "Itu artinya kau melihat saat aku berangkat." "Aku sudah memperingatkan untuk tidak masuk ke dalam hutan. Aku juga sudah mengatakan hal yang sama pada setiap pelayan." "Tempat disini sangat bagus. Aku tidak paham mengapa kau melarangku masuk kesana." Daniel pun berdecak sebal. "Yang baru saja terjadi padamu adalah risiko bila kau masuk kesana." "Aku tidak tahu mengapa dia menganggapku jalang. Padahal aku hanya datang untuk melihat-lihat." "Menyusup," ucap Daniel tegas bermaksud untuk mengoreksi kata terakhir yang diucapkan Pamela. Pamela pun memilih untuk tidak berkomentar. Mobil melaju dengan sangat cepat. Setelah itu tidak ada lagi perbincangan di antara keduanya. Hingga mobil pun telah tiba di depan villa.  "Setiap perempuan yang masuk kesana hanya terdiri dari dua jenis. Pelayan dan jalang. Hampir setiap pelayan disana sudah dikenal dengan baik oleh para pekerja. Selain itu ada beberapa jalang yang disiapkan untuk menghibur para pekerja. Kau tidak dikenal sebagai pelayan itu sebabnya kau dianggap jalang oleh setiap pekerja yang melihatmu. Itu sebabnya aku melarang kau masuk. Para pekerja tidak akan mempercayai ucapan pelayan lainnya yang mengatakan kau bukan jalang. Terkadang ada pelayan yang akan dijadikan sebagai jalang oleh beberapa pekerja sesuai selera mereka. Ini bukan tentang perdagangan manusia atau apapun. Akan tetapi itu adalah hal yang sudah sering terjadi disini. Semua yang bekerja disini sudah tahu apa konsekuensi yang akan mereka dapatkan. Jadi tidak ada yang merasa keberatan dengan hal itu. Lain kali datanglah kesana lagi. Bila kau tidak keberatan menjadi santapan para pekerja yang haus kebutuhan biologis." Lalu setelah itu Daniel melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil dengan membanting pintu. Pamela pun hanya diam saja seraya menatap lelaki itu yang memasuki villa. Dirinya kemudian turun dan juga memasuki villa. Ketika tiba di ruang tamu, Pamela terkejut mendapati Max dan Pet. "Waw. Apa yang terjadi?" tanya Pet terlihat penasaran. "Kau memakai jaket Daniel?" tanya Max penuh selidik. "Bukan apa-apa," sahut Pamela cepat. Ia pun memilih untuk segera melangkah ke dalam kamar. Mengabaikan tatapan bingung nan penasaran dari Max dan Pet. "Menurutmu apa yang terjadi?" tanya Max. Pet pun hanya mengangkat bahunya acuh. ---------- Pamela memasuki kamarnya dan melepaskan jaket milik Daniel. Ia kemudian melangkah ke cermin dan menatap pantulan dirinya disana. Ketika menemukan bercak kemerahan pada d**a dan lehernya, Pamela menghela napasnya. "Menyebalkan sekali," gumamnya seraya menutup dadanya. Suara pintu yang terbuka secara tiba-tiba membuat Pamela langsung menunduk begitu saja karena terkejut. Pasalnya bajunya yang robek menunjukan semua bagian dadanya. Sangat membahayakan bila itu dilihat oleh siapa pun yang tadi membuka pintunya dengan begitu lancang. "Siapa?" panggil Pamela karena ia langsung tengkurap di atas lantai. "Maaf, Nona. Saya datang untuk membereskan tempat tidur." Pamela menghela napasnya. "Nanti saja ya. Aku sedang ingin beristirahat di kamar saat ini." "Baiklah kalau begitu, Nona." "Iya. Tolong keluarlah sekarang. Aku perlu segera sendiri," ujar Pamela. "Baik, Nona. Saya permisi." Pamela menghela napasnya ketika mendengar suara pintu yang tertutup. Ia benar-benar lupa tadi untuk mengunci pintu kamarnya itu. Untung saja yang masuk adalah seorang perempuan. Ia tidak tahu akan bagaimana nasibnya bila yang membuka pintu secara tiba-tiba adalah seorang lelaki. Selain itu dirinya juga baru saja selamat dari kejadian hampir diperkosa. Sangat tidak lucu apabila dirinya jadi diperkosa disini. ------------ Robi membungkuk hormat setelah tiba di dekat kolam berenang. Begitu tiba di villa, ia langsung mendapatkan kabar bahwa Daniel menungunnya di kolam berenang. Terkait dengan apa yang terjadi pada Pamela di tengah hutan tadi, Robi tentu sudah paham bahwa dirinya telah membuat Daniel marah kali ini. Itu sebabnya ia sudah menyiapkan diri bila dirinya nanti dipecat oleh Daniel karena kesalahan itu. Atau mungkin ia akan dipukul habis-habisan mengingat tatapan mata daniel tadi terasa sangat dingin dan menusuk. Daniel pun kini menatap Robi masih dengan tatapan yang sama. Lelaki itu kemudian bangkit dan memberikan pukulan pada rahang Robi hingga lelaki itu terjatuh di lantai. Robi menyentuh sudut bibirnya yang terasa sakit. Ketika melihat jarinya yang berisi darah, Robi yakin sudut bibirnya itu pasti robek sekarang.  "Aku sudah mengatakan kepada semuanya untuk tidak membawa Pamela masuk ke dalam hutan. Aku sudah melarang semuanya. Mengapa kau melakukan itu? Apa kau tidak dengar apa yang aku ucapkan?" Robi pun meludah agar darah yang mulai masuk ke dalam mulutnya keluar. "Maaf, Tuan. Tapi Nona Pamela-" "Kau seharusnya jangan menuruti keinginan dia. Meskipun aku meminta agar semua pelayan disini memberikan apa yang dia butuhkan. Apa saja asal bukan masuk ke gerbang itu." "Maafkan saya, Tuan." Daniel kemudian menghela napasnya. Ia berusaha menenangkan diri. "Sudah berapa kali Pamela kau ajak kesana?" tanya Daniel. "Tadi baru yang pertama kali, Tuan." "Jangan lakukan hal bodoh itu lagi! Dan awasi siapa pun yang berteman dengan Pamela sekarang. Jangan sampai menuruti keinginannya untuk masuk kesana lagi." "Baik, Tuan." "Silahkan kembali bekerja dan meminta maaflah kepada Pamela." "Baik, Tuan. Terima kasih, Tuan. Saya permisi." Robi baru saja menyiapkan diri bila ia dipecat. Akan tetapi ternyata Daniel hanya memberikan satu buah pukulan atas kesalahan yang diperbuatnya. ------------- Ketika makan malam tiba maka kegiatan makan malam bersama pun tetap diadakan. Max, Pet, dan Daniel telah berada di meja makan. "Ada apa dengan wajahmu? Seperti sedang diterpa masalah besar saja." Max tidak pernah melihat Daniel dengan wajah terkesan marah seperti itu. Bahkan bagaimana pun Daniel merasa lelah ketika menjalani pekerjaan. Daniel adalah orang yang sangat jarang marah. Daniel jarang menunjukkan ekspresi wajah seperti yang sekarang ia tunjukkan itu. Hal itu membuat Max jadi merasa heran dan merasakan keanehan. "Sepertinya beberapa pertarungan terjadi hari ini," gumam Pet. Max langsung menoleh ke arah Pet. "Daniel, kau baku hantam?" tanya Max. "Aku mendengarnya dari para pelayan yang bergosip. Daniel menyelamatkan gadisnya yang hampir diperkosa oleh pekerja dalam hutan. Selain itu, Daniel juga memukul seorang pelayan yang mengantar Pamela kesana." Max pun terkesima mendengar informasi dari Pet. "Sejak kapan kau handal dalam urusan menguping?" tanya Max penasaran. "Kau pasti belum mendengar istilah bahwa tembok pun dapat mendengar." "Baiklah." Max kemudian menatap ke arah Daniel. "Berekspresilah seperti biasa. Kau terlihat seperti lelaki yang cemburu." Daniel pun memanggil pelayan. "Iya, Tuan." "Tolong bawakan makan malam ke kamarku," ujar Daniel. Hal itu membuat Max dan Pet merasa terkejut. "Kau makan sendiri di kamar tanpa kami?" tanya Max tidak menyangka. "Ya. Nikmati saja sesuka kalian," ujar Daniel. Lalu lelaki itu melangkah begitu saja memasuki kamar. Max pun menjadi khawatir dengan lelaki itu. "Apa dia baik-baik saja?" tanya Pet. "Entahlah. Aku sudah merasa khawatir seharian ini." Tidak lama kemudian Pamela datang ke meja makan. Ia mengernyitkan kening melihat Max dan Pet tanpa Daniel. "Daniel belum kemari?" tanya Pamela seraya duduk di kursi. "Sudah. Tapi dia sudah kembali di kamar. Daniel makan malam di kamarnya," ujar Pet. "Kenapa begitu?" tanya Pamela. "Kondisi hatinya sedang buruk," sahut Max. Pamela pun terdiam karena hal itu. "Ibunya meninggal," ujar Pet kemudian. "Apa?" tanya Pamela. Max pun langsung memberikan pelototan mata kepada Pet yang sudah mengatakan hal itu begitu saja. "Ibu Daniel?" Pamela sejak awal tidak mencari tahu apapun mengenai Daniel. Ia hanya tahu sekilas mengenai lelaki itu.  Pamela hanya tahu bahwa ayah Daniel memikiliki bisnis besar dan merupakan orang yang sangat kaya. Selain itu, dirinya tidak tahu apapun mengenai keluarga Daniel. Max kemudian menghela napasnya. Karena Pamela sudah terlanjur mengetahui mengenai hal tersebut, Max memilih untuk memberitahukannya kepada Pamela. "Ya. Ibunya meninggal dua hari lalu. Itu sebabnya Daniel minta datang kemari untuk menenangkan diri. Seharusnya kami datang kemari dalam waktu seminggu. Itu sebabnya kedatangan kami benar-benar terasa sangat mendadak." Pamela menganggukkan kepalanya. Benar apa yang dikatakan oleh Max. Biasanya bila Daniel akan datang kemari, para pelayan akan bersiap dan mempersiapkan banyak hal. Bibi Margareth pun mengatakan bahwa bila pelayan mulai terlihat ramai di villa atau terlihat sangat sibuk, maka pasti Daniel akan datang. Bibi Margareth juga biasanya memberikan pengumuman itu dan akan langsung memberitahu Pamela bila Daniel mengabarkan akan datang. Bukan Pamela yang memintanya, melainkan bibi Margareth yang bersemangat untuk memberitahu Pamela. Tadi saat pagi hari, tidak ada berita apapun mengenai kedatangan Daniel. Pantas saja bila Pamela merasa terkejut saat Daniel tiba-tiba datang menghajar pria yang ingin memperkosanya. Max menghela napasnya. "Daniel menjadi sangat pendiam akhir-akhir ini. Aku jadi merasa khawatir. Dia sangat menyayangi ibunya." Pantas saja sejak tadi Daniel terkesan sangat dingin padanya. Pamela kira lelaki itu benar-benar sangat marah karena Pamela telah melanggar larangan yang ditetapkan oleh lelak itu. Sepertinya karena kondisi Daniel benar-benar buruk. Jadi itulah alasan dibalik tatapan dingin Daniel. "Apa Daniel benar-benar makan dan tidur dengan baik beberapa hari ini?" tanya Pamela. "Kurasa tidak," sahut Pet. "Dia sering terlihat merenung. Dia juga makan lebih sedikit dari biasanya." "Apa dia menangis?" tanya Pamela penasaran. "Tidak juga." Pamela kemudian melirik piringnya dan pandangannya beralih pada kamar Daniel. Dirinya bangkit dan melangkah kesana. Max dan Pet memperhatikannya. "Apa yang mau dilakukan gadis itu?" tanya Max pada dirinya sendiri. "Mungkin dia akan menghibur Daniel," tebak Pet. "Apa dia bisa?" tanya Max ragu. Pet kemudian menatap Max dan menghela napasnya. "Apa kau tidak menyadari betapa Daniel tertarik pada gadis itu?" tanya Pet. Max mengernyitkan keningnya. "Aku hanya sadar bahwa Daniel pasti ingin tidur dengan gadis itu." Pet kemudian menghela napasnya dengan malas. "Tidak ada gunanya sepertinya memiliki teman sepertimu. Setelah bertahun-tahun bersamanya, apa kau tidak bisa bedakan saat dimana dia hanya ingin tidur dengan gadis atau benar-benar tertarik terhadap gadis?" Max pun menggelengkan kepalanya dengan polos. "Pasti Daniel tertarik karena Pamela sangat cantik. Tubuh gadis itu juga bagus. Percis seperti tipe kesukaan Daniel." Pet pun mengangkat bahunya acuh. "Tapi, Pamela cukup tidak sopan juga. Dia langsung masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu," gumam Max. -------------- Pamela menatap bingung ke dalam kamar Daniel ketika dirinya tidak menemukan lelaki itu dimana pun. Hal itu membuat Pamela melangkah masuk. Ketika melihat jendela besar terbuka, Pamela sepertinya dapat mengambil kesimpulan bahwa Daniel tengah berada di balkon saat ini. Dirinya pun melangkah menuju balkon dan dirinya menemukan Daniel tengah berdiri di balkon seraya menatap ke arah pantai dengan kedua tangan yang memasuki saku celana. Kedatangan Pamela dapat dirasakan oleh Daniel. Lelaki itu memilih untuk tetap diam saja. Melihat Daniel yang terdiam seperti itu, Pamela pun merasa bingung harus bagaimana. "Aku.." Pamela pun mulai ragu untuk melanjutkan ucapannya. Ia sendiri tidak tahu mengapa dirinya justru melangkah kemari dengan nekad begitu saja. "Aku ingin mengucapkan terima kasih karena tadi kau telah menyelamatkanku yang hampir diperkosa oleh lelaki itu." Daniel pun menganggukkan kepalanya. Pamela kemudian menghela napasnya. "Kau menyebalkan sekali bila diam seperti ini," ucap Pamela kemudian. Ia tidak tahu harus mengatakan apalagi kepada Daniel. Lelaki itu sepertinya sedang tidak ingin diajak berbicara. Sehingga Pamela memilih untuk keluar saja.  Di luar dugaan, ketika Pamela berbalik hendak melangkah meninggalkan balkon tangannya ditarik oleh Daniel. Ketika tubuh Pamela telah berbalik hingga mengarah kepada Daniel, lelaki itu langsung memeluk dirinya. Pamela pun membulatkan matanya karena merasa begitu terkejut atas sikap Daniel yang terkesan tiba-tiba. Terlebih ketika Daniel mengeratkan pelukannya terhadap Pamela.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD