14. Kata Maaf

1222 Words
Alis Rayden mengernyit tajam menatap pria yang tidak ia kenal di mana pria itu telah berdiri di hadapannya sekarang. “Ruby … Ruby, apa yang kau sukai dari pria ini? Di luar sana, masih ada banyak pria tampan yang tergila-gila padamu tapi kau justru tergila-gila pada pria yang tidak tahu terima kasih.” Rayden melotot. Ia bahkan hampir saja melayangkan pukulan pada pria tersebut yang tak lain adah Jade. “Ini bukan urusanmu, Kak. Sebaiknya kakak pergi,” ucap Ruby. Ia tidak ingin kakaknya ikut campur. “Kakak?” batin Rayden seraya menoleh sekilas pada Ruby. Ia tidak begitu tahu mengenai keluarga Ruby. Saat mereka menikah, pikirannya benar-benar kacau. Ia bahkan sudah lupa seperti apa wajah kedua orang tua Ruby. Jade berdecak dan mengacak rambut belakangnya. “Ck, dasar,” gumamnya kemudian perhatiannya kembali tertuju pada Rayden. “kutebak, kau tidak mengenalku, benar? Wajahmu menunjukkan semuanya,” ucapnya dan tak mendapat jawaban apapun dari Rayden. Rayden hanya diam. “ish, meski kau tidak mencintai Ruby, kurasa sangat tidak sopan jika kau bahkan tak mengenal kakak dari istrimu sendiri.” Rayden tetap diam tak membuka suara sampai tiba-tiba ia teringat foto semalam dan berpikir mungkin saja pria yang berjalan dengan Ruby kemarin adalah pria di hadapanya. “Sudah lah, Kak. Jangan banyak bicara. Pergi ke dapur, aku sudah membuat sarapan.” Ruby menarik paksa tangan Jade dan menyeretnya ke dapur. Bisa-bisa semua semakin panjang jika ia membiarkan kakaknya ikut campur. Rasanya ia menyesal sudah membiarkan kakaknya ikut pulang dengannya. “kakak sudah janji untuk pura-pura tidak, tahu kan? Jadi jangan ikut campur dengan masalahku,” peringatnya saat mendorong Jade untuk duduk di kursi meja makan. “Mana mungkin kakak tidak ikut campur? Dia membuat lebah maduku yang paling imut sakit hati. Apa perlu aku memecahkan kepalanya? Buat dia hilang ingatan dan katakan padanya kalian itu pasangan yang saling mencintai sebelumnya.” Ruby memasang wajah masam. “Jangan asal bicara. Memecahkan kepalanya, sama saja kakak membunuhnya,” ucapnya kemudian membalikkan badan dan melangkah kembali menyusul Rayden. Jade tetap duduk di tempat tanpa mengalihkan pandangan dari Ruby hingga tak terlihat. Ia berdecak, dalam otak tengah mencari cara untuk menyadarkan Ruby atau mungkin membantu Ruby membuat Rayden mencintainya. “Maaf, aku tidak memberitahumu jika kakak ikut dan akan menginap selama beberapa hari. Jika kau keberatan, aku akan menyuruhnya menyewa hotel,” ucap Ruby setelah berdiri di hadapan Rayden. Rayden hanya diam kemudian mengambil langkah untuk kembali ke kamarnya. Melihat itu membuat Ruby kesal. Padahal harusnya ia yang marah mengingat ucapan Rayden sebelumnya, tapi kenapa justru pria itu yang marah? Seakan-akan dirinya telah melakukan kesalahan yang fatal. Setibanya di kamar, Rayden duduk di tepi ranjang kemudian tangannya terangkat menyentuh pipinya yang masih terasa panas. Ia juga merasa pipinya sedikit bengkak. Tiba-tiba rasa ngilu menyentuh ulu hatinya teringat saat Ruby menunjukkan kemarahannya. Baru kali ini ia melihat Ruby seperti itu hingga berani menamparnya. Mungkin, karena dirinya sudah sangat keterlaluan. Tapi, bukankah sejak awal dirinya memang keterlaluan? Tiba-tiba perhatian Rayden mengarah pada pintu kamarnya yang terbuka dan muncul Ruby yang berjalan ke arahnya dengan membawa baskom dan handuk kecil di tangan. Ruby berjalan ke arah Rayden tanpa mengatakan sepatah kata, meletakkan baskom berisi air hangat yang dibawanya ke atas nakas, lalu mencelupkan handuk kecil dan meremasnya. Ia kemudian duduk di tepi ranjang di samping Rayden berniat mengompres pipi suaminya itu. Namun, belum sempat handuk basahnya menyentuh pipi Rayden, tangan Rayden menghalanginya. “Apa yang kau lakukan,” kata Rayden bernada dingin. Ruby menghela napas kemudian menyingkirkan tangan Rayden dengan tangan kirinya lalu tangan kanannya yang memegang handuk mengompres pipi Rayden bekas tamparannya. “Mengompres pipi suamiku yang bengkak karena aku baru saja menamparnya.” Dalam sepersekian detik Rayden terpaku sesaat. Ia bahkan tidak peduli setelah menampar Ruby waktu itu, tapi apa yang Ruby lakukan sekarang? Tanpa sadar perhatian Rayden mengarah pada jejak biru keunguan di pipi Ruby dekat telinga. Jika sekilas, ruam itu tak begitu tampak, tapi jika diperhatikan dengan seksama, jejak itu terlihat samar-samar. Seketika rasa ngilu merasuki, seakan menusuk ulu hati Rayden. Padahal sudah beberapa hari tapi tamparannya ke pipi Ruby masih meninggalkan bekas. “Cukup.” Rayden menggenggam tangan Ruby dan menurunkannya, menghentikan kegiatan Ruby yang mengompres pipinya. Perhatian Ruby jatuh pada tangan Rayden yang menggenggam tangannya sampai akhirnya perlahan terlepas. Ia kemudian mengangkat kepala menatap Rayden yang membuang muka darinya. Jantung Ruby bergemuruh, entah kenapa. Ia merasa Rayden tengah memikirkan sesuatu tentang dirinya. “Maaf.” Mata Ruby melebar. Apa ia tak salah dengar? Rayden masih setengah tertunduk menghadap ke depan, mengabaikan reaksi Ruby setelah ia mengucapkan kata maaf. Entah apa yang merasuki pikirannya sampai-sampai merendahkan harga diri dengan mengatakan satu kata sakral itu. Ia merasa seperti pecundang, dengan menampar wanita. Selain itu, dirinya juga sudah salah sangka hingga menyebut Ruby jalang. Ruby menjatuhkan handuk basahnya saat kedua tangannya menutupi mulut. Matanya berkaca-kaca, masih menatap Rayden dengan tatapan tak percaya. Rayden melirik Ruby sekilas, dan melihat reaksi istrinya itu, ia justru menyesal. Menurutnya reaksi Ruby sangat berlebihan. Namun, ia tak mengira, Ruby bisa lebih berlebihan lagi. Secara tiba-tiba Ruby menghambur memeluk Rayden. Rayden yang tak siap pun jatuh ke belakang. “Apa ini mimpi?” Ruby memeluk Rayden sangat erat, kedua tangannya memeluk leher Rayden begitu kuat seakan tak mau melepaskannya. Ia tak peduli seperti apa posisinya dan Rayden saat ini, yang ia pedulikan, ucapan maaf dari sang suami. Ia bahkan sampai menangis. Rayden berusaha melepas pelukan Ruby. Kedua tangannya memegang pinggang Ruby dan mendorongnya, tapi Ruby memeluknya seperti kaki seekor tokek yang telah menggigit, tak mudah dilepaskan begitu saja. Merasa sia-sia karena Ruby justru semakin mengeratkan pelukan, dengan cepat Rayden memutar tubuhnya membuat posisi Ruby menjadi di bawahnya. Ruby yang terkejut pun reflek mengendurkan kalungan tangannya di leher Rayden mebuat Rayden bisa mengangkat tubuhnya dengan kedua tangan menekan ranjang. Rayden terpaku sesaat saat melihat jejak air mata di mata Ruby. Apakah sesenang itu Ruby sampai dia menangis terharu? Padahal ia hanya mengatakan kata maaf. Sementara, Ruby tenggelam pada jelaga sekelam malam milik suaminya yang juga menatapnya. Ia masih tenggelam dalam perasaan suka cita. Apakah terlalu berlebihan jika ia harap Rayden mulai memikirkannya? “Ehm.” Suara deheman terdengar, membuat Rayden maupun Ruby tersentak. Tubuh Rayden bahkan menegang sesaat. Di sana, di ambang pintu kamar Rayden, berdiri Jade yang bersandar kusen pintu, mengarah pandangan pada Rayden dan Ruby yang dalam posisi intim. “Kuharap kalian tidak mau buat anak. Masih ada aku di rumah ini dan juga, kau punya tamu, Ruby.” Rayden beranjak dari atas tubuh Ruby saat tangan Ruby yang masih mengalung di lehernya terlepas. Ia turun dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi tanpa mengatakan apapun. Sementara, Ruby masih berada dalam posisi, terbaring di ranjang dengan kedua kaki menggantung di tepi. Pandangannya lurus ke atas pada langit-langit kamar Rayden seakan terdapat wajah Rayden di sana. Wajah Rayden beberapa saat yang lalu saat berada tepat di atasnya dan menatapnya dengan cara berbeda. Meski tak dapat membaca isi kepala Rayden, ia sudah cukup merasa puas dengan apa yang terjadi. Rayden mengunci pintu kamar mandi kemudian berbalik dan mengambil langkah hingga akhirnya berhenti di bawah shower. Satu tangannya menekan dinding dan satu tangannya tiba-tiba menutupi mulut. Ia tak percaya, bisa-bisanya ia terpaku menatap Ruby di bawahnya. Tiba-tiba Rayden menoleh ke belakang, menatap pintu kamar mandi yang sudah ia kunci. Ia baru tersadar dan teringat bahwa kakak iparnya menyebut Ruby punya tamu. Kira-kira, siapa tamu itu?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD