Chapter 2. Fitnah

1050 Words
Happy Reading. Rachel sejak tadi benar-benar merasa gelisah, dia tidak bisa tenang karena Arsen tidak mengangkat telepon darinya. "Kenapa jadi seperti ini, padahal jelas-jelas aku sudah memberikan obat itu di gelas milik Keyla, kenapa bisa Arsen yang meminumnya?" Ya, Rachel tahu setelah Arsen keluar dari dalam kamar Keyla pagi tadi dan mengatakan pada Rachel jika dia di beri obat perangsang oleh Keyla. Tentu hal itu membuat Rachel terkejut. "Jadi Arsen sudah begituan sama si cupu itu! Aarggkk, aku nggak terima!" "Kamu kenapa berteriak, sih?" "Gimana aku nggak kesal, Ma! Arsen sama si cupu udah begituan, padahal aku maunya akulah yang pertama untuk Arsen," jawab Rachel dengan wajah yang frustasi. Ada rasa marah dan cemburu dihatinya. "Ya salah siapa coba, kenapa sampai Arsen yang minum obat itu?" "Mana aku tahu, Ma. Jelas-jelas gelas itu milik Keyla dan aku nggak tau kalau Arsen yang minum." Rachel ingat betul jika sudah memberikan obat pada gelas Keyla di atas meja yang kursinya di duduki oleh Keyla karena hanya ada dua kursi di sana. Mereka tidak tahu jika Arsen mengambil gelas yang salah ketika Arsen meletakkan gelasnya di meja yang sama dengan Keyla dan gelas mereka bersisian. "Sore ini ayah pulang, kita buat cerita palsu agar Keyla diusir dari rumah ini, jangan sampai ayah meminta Arsenio untuk bertanggung jawab," ujar Fitria dengan wajah yang serius. Kali ini dia harus berhasil menyingkirkan Keyla dengan cerita palsunya. *** Keyla merasakan perasaan yang campur aduk. Antara malu luar biasa, sedih, marah, dan kecewa ketika kakak tiri dan ibu tirinya menceritakan tentang semuanya kepada sang ayah dengan cara yang melebih-lebihkan. Mereka mengatakan jika Keyla sengaja memberikan obat pada Arsenio agar pria itu menyentuhnya. Bahkan dengan tega mereka memfitnah jika Keyla ingin merebut Arsenio dari Rachel. "Nggak Yah, sumpah! Aku sama sekali tidak memberikan obat itu, aku adalah korban di sini, kenapa kalian tidak percaya padaku?" "Ya jelas kami tidak percaya, karena selama bertahun-tahun ini aku tahu kalau kamu suka dan terobsesi dengan Arsen, padahal jelas-jelas Arsen adalah kekasihku," seru Rachel dengan wajah terlihat sedih dan kecewa. Keyla menggeleng tegas, dia bukan orang seperti itu. Dia sama sekali tidak memiliki keinginan untuk merebut Arsenio. Mereka sudah bersahabat sejak SMP, dulu Arsen dan Keyla sangat dekat, tetapi semakin ke sini entah kenapa sikap Arsen menjadi semakin membencinya. "Key, Ayah tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Ayah sangat kecewa jika benar apa yang kamu lakukan itu. Ayah merasa malu dengan keluarga Saputra, kamu tahu sendiri kan, Ayah dan pak Nico sudah menjalin kerjasama lama sekali, kalau sampai keluarganya tahu ada kejadian seperti ini, mau ditaruh di mana muka Ayah," pak Darman mengusap wajahnya kasar. Keluarga Darmansyah dan Saputra memang sudah menjalin kerjasama di bidang bisnis. Bahkan bisa dikatakan jika Nico dan Darman sudah berteman sejak bertahun-tahun yang lalu. Jika sampai ada masalah seperti ini bukankah itu akan sangat memalukan. "Terserah kalian mau percaya atau tidak, aku sama sekali tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa, aku harap kalian tidak menyesal karena telah menuduhku," ujar Keyla dengan wajah yang kali ini terlihat begitu datar. "Dan Rachel, kamu tenang saja aku nggak akan minta pertanggung jawaban sama Arsen, dia tetap akan menjadi milikmu dan anggap saja kejadian malam ini tidak pernah ada sama sekali, kalau kalian bisa tutup mulut pasti tidak akan pernah ada yang tahu," lanjut Keyla menatap wajah sang kakak tiri tanpa ada kelembutan sama sekali. Entah kenapa firasatnya mengatakan jika kejadian ini ada andil kakak tirinya itu. Sekarang terlihat sudah topeng Rachel saat tadi pagi menjambak rambutnya tanpa perasaan. Kakak yang selama ini sangat dia sayangi ternyata begitu tega menuduhnya dan tidak percaya terhadapnya, bahkan melakukan kekerasan fisik secara nyata. Dari situlah kenapa Keyla merasa ada yang janggal dari sikap Rachel padanya. Apakah selama ini wajah manis Rachel hanya kepalsuan saja? "Kalau memang seperti ini tetap sama saja, Keyla harus diungsikan keluar negeri agar Arsenio bisa melupakan kejadian itu, nanti Rachel akan meminta Arsen untuk tidak bercerita dengan siapapun tentang masalah ini jadi semuanya akan berjalan seperti biasa," ucap Fitria. Keyla menatap ibu tirinya itu dengan tatapan yang sulit diartikan, kenapa semua jadi seperti ini. Bukankah itu artinya sama saja mereka mengusirnya. Tidak, Keyla tidak mau dipermalukan dan diusir dengan cara seperti ini, dia harus melakukan sesuatu agar harga dirinya tidak di injak-injak. "Aku tidak mau pergi, aku juga tidak akan meminta Arsen tanggung jawab, jadi anggap saja semuanya selesai, Ayah aku ke kamar dulu," ujar Keyla yang langsung berjalan dengan sedikit berlari menyusuri tangga untuk sampai ke lantai atas. Wanita itu menutup pintu dan segera menguncinya. Dia menatap ke arah ranjangnya yang sudah rapi dan di ganti dengan sprei yang baru. Tiba-tiba air matanya luruh begitu saja, dia benar-benar tidak menyangka jika hidupnya akan seperti ini. Tubuh Keyla luruh terjatuh ke lantai, dia menangis sejadi-jadinya, semalam dia masih ingat dengan jelas jika Arsen yang memaksanya, bahkan pria tidak berhenti meskipun Keyla memohon padanya dengan perlawanan yang kuat. Rasa sakit itu semakin nyata ketika telah sadar Arsen malah memakinya dengan sebutan wanita kotor dan mengatakan jika dia yang telah menjebak pria itu. Sakit sekali rasanya, perih dan sesak membuat Keyla menangis sesenggukan. Dia benar-benar membenci orang-orang yang telah membuat hidupnya seperti ini. *** Sebulan kemudian. Keyla merasakan mual-mual di pagi hari selama beberapa hari ini. Dia sudah tidak masuk kuliah karena memang Keyla malas bertemu dengan semua orang. Padahal dia sekarang sudah berada di semester terakhir dan segera menghadapi sidang skripsi. Namun, karena kejadian sebulan yang lalu membuat wanita itu trauma dan tidak bisa bersosialisasi lagi dengan orang lain. Keyla hanya akan keluar kamar kalau makan saja, itu pun dia tidak mau makan bersama keluarganya. "Hoek!" Keyla berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya yang hanya keluar cairan bening saja. Selama beberapa hari ini dia sama sekali tidak nafsu makan dan akan muntah jika mencium aroma masakan yang berkuah. Keyla membasuh wajahnya dan menatap pantulan di cermin. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang janggal. Wanita itu mengangkat tangan dan mengelus perutnya. "Ini tidak mungkin 'kan?" gumam Keyla dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya dia memutuskan untuk membeli alat tes kehamilan dan akan mencoba alat itu besok pagi. Keyla berharap jika dia tidak hamil, kalau sampai hal itu terjadi, tentu ayahnya akan sangat marah dan dia akan menjadi anak yang memalukan. Terlebih Arsenio pasti tidak akan mau bertanggung jawab dan bisa jadi kemungkinan Arsen akan menyuruh Keyla untuk menggugurkan kandungan itu. Bersambung
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD