"Ini minumannya." Bahkan dengan perhatian Icy membuka tutup botol air mineral tersebut sebelum memberikannya pada kakek tua yang gayanya tak menampakkan umurnya tersebut.
"Terimakasih." Icy mengangguk dan duduk disebelah pria tua yang ia tak tahu namanya ini.
"Apakah ada yang terluka? Saya bisa mengambilkan obat jika begitu."
"Tidak perlu tidak perlu, aku memakai jaket kulit juga perlengkapan bermotor yang lengkap. Mungkin aku hanya patah tulang sedikit karena terjatuh seperti itu, tulangku sudah begitu tua hingga tidak bisa menopang motor yang miring sedikit."
Icy menghela nafasnya dan menggeleng pelan, "Jika Anda tahu bahwa tulang Anda sudah tidak sekuat dulu mengapa Anda memaksakan diri membawa motor besar itu?" Tapi tanggapan yang diberikan pria tua itu adalah tertawa yang sungguh tidak diduga oleh Icy.
"Maaf maaf aku tidak bisa mengontrol rasa bahagia ku." Pria itu mencoba meredakan tawanya, "Hah.. sungguh sudah sangat lama rasanya aku tidak diberi perhatian seperti itu, kau sungguh gadis yang baik."
Icy mengerutkan keningnya tak paham apa sebenarnya maksud dari pria tua ini. "Aku pikir saat aku terjatuh tak akan ada yang menolongku, tetapi aku cukup tersentuh saat kau datang menghampiriku dengan wajah khawatir yang sudah lama tak pernah kulihat dari keluargaku."
Jantungnya Icy seakan berhenti berdetak saat pria tua itu mengatakan sesuatu yang menyedihkan seperti itu apalagi tatapan matanya yang seolah melayang jauh. Icy jadi teringat ayah ibunya, apakah disaat tua mereka akan kesepian seperti pria tua didepannya ini?
"Jika aku boleh tahu siapa namamu nak?" Icy tergagap sebentar bangkit dari lamunan sebelum menolehkan wajah sedikit ke arah pria tua itu.
"Namaku Liciana, panggil saja aku Icy." Dengan senyum sopan Icy memperkenalkan dirinya.
"Nama yang cantik, perkenalkan namaku adalah Aston. Kau bisa memanggilku Granpa kalau kau mau." Icy cukup terkejut saat pria itu tanpa sungkan meminta dirinya untuk memanggil pria tua itu sebagai kakek. Sebegitu kesepiannya kah pria ini?
Ingin rasanya menolak karena mereka hanyalah orang asing yang kebetulan bertemu karena insiden tadi, tapi entah karena merasa simpati atau teringat orangtuanya Icy menerima permintaan pria tua yang bernama Aston ini. "Baik Granpa."
Senyum jenaka itu kembali hadir diwajah Aston, menurut Icy sepertinya pria ini bukanlah pria jahat. Ia pasti adalah pria tua yang ramah dan humoris. "Terimakasih, kalau begitu mulai sekarang aku akan menganggapmu sebagai cucuku."
Icy tersenyum kecil dan mengangguk saja. "Apa kau pekerja baru disini?" Icy jadi kikuk tetapi ia juga mengangguk.
"Aku baru mulai bekerja hari ini." Aston tersenyum kecil.
"Sepertinya aku menganggu pekerjaanmu ya?" Icy menggeleng pelan, "Saat ini cafe sedang tidak ramai, sebenarnya aku belum ambil waktu istirahat ku."
"Kalau begitu bisa temani aku makan siang? Yah walaupun hari sudah sore tapi-" "baiklah, apa Anda tidak masalah makan disini?" Aston tersenyum dan menggeleng pelan.
"Aku kemari memang berniat untuk makan."
Icy masuk kedalam cafe diikuti Aston yang mendapat tatapan terkejut dari pegawai yang lain. "Bagaimana dengan meja disana?" Tunjuk Icy pada sebuah meja yang langsung menghadap jalan dibatasi kaca.
"Itu tempat favorit ku." Mereka berjalan kesana dan duduk saling berhadapan. "Sebagai ucapan terimakasih aku akan mentraktirmu, hari ini kau resmi sebagai cucuku dan itu harus dirayakan bagaimana?"
Icy terkekeh kecil, pria tua ini sungguh akan membuat siapapun nyaman bersamanya. "Aku tidak akan menolak hal yang gratis."
Aston ikut tertawa merasa ini lucu, "aku juga suka yang gratisan."
"Jadi Anda ingin pesan apa? Biar aku yang memesankannya langsung."
"Aku ingin pesan Spaghetti dan jus jeruk. Jangan lupakan dessertnya puding mangga kesukaanku." Icy mengangguk paham dan bangkit dari kursinya. "Oh ya, jangan sampai kau lupa pesan makananmu juga."
"Tentu."
Icy berjalan menuju dapur tempat biasa ia memberi tahu pesanan. "Kak Alice tolong buatkan dua porsi Spaghetti, satu jus mangga dan satu jus jeruk. Dessertnya puding mangga dan Ice Cream Strawberry. Tolong antar ke meja sepuluh."
"Ku siapkan segera." Icy keluar dari dapur dan ingin berjalan menuju tempat duduknya dan Aston yang masih menunggu. Tetapi belum juga hal itu terjadi, Aley sudah menarik tangannya dan membawanya ke ruang loker.
"Aley ada apa ini?" Tanya Icy bingung.
"Kau kenal dengan Mr. Miller?" Icy menatap Aley tak paham.
"Mr. Miller siapa? Aku tak mengenalnya."
Hasley menepuk dahinya pelan dan menatap Icy penuh pengertian. "Pria tua yang bersamamu Icy, kau tidak tahu itu Mr. Miller? Sejak kapan kau kenal dengannya?"
Kini Icy mulai paham dan tersenyum kecil menatap Aley sedikit kesal. "Wajar aku tak mengenal Mr. Miller, pria itu mengenalkan nama Aston padaku bukan Mr. Miller. Saat aku mengelap meja diteras depan, pria itu jatuh dari motornya dan aku menolongnya. Lalu ia ingin mentraktirku karena itu."
Hasley menghela nafasnya lega sekaligus takut. "Aku bersyukur kau tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Dengarkan aku cukup kali ini saja kau berurusan dengannya." Icy mengerutkan kening tak paham.
"Aley aku tak mengerti apa maksudmu, tolong jelaskan. Kau tidak bisa melarangku untuk berteman dengan orang lain tanpa penjelasan logis."
"Icy dengarkan aku, Aston yang kau katakan itu. Pria itu adalah Aston Miller pemilik perusahaan besar yang sukses di Amerika, perusahannya bergerak dibidang perhotelan, teknologi dan entertainment." Icy membelalakan matanya tak percaya atas penjelasan yang didapatinya. "Dia pria tua yang kaya raya dan tak kekurangan apapun. Dan perlu kau tahu bahwa cafe kecil ini adalah salah satu miliknya dari sekian banyak usaha yang dipunya."
"A-aku.. aku tidak tahu hal itu. Sungguh." Hasley mengangguk dan menggenggam bahu Icy yang panik bukan main.
"Tenanglah, biar aku yang menjelaskan pada Mr. Miller semoga ia mengerti." Icy menggelengkan kepalanya cemas menahan tangan Aley yang ingin pergi darinya.
"Tidak Aley, kau sudah lama bekerja disini dan aku tidak mau pekerjaanmu terancam. Aku sendiri yang akan menjelaskannya, jika memang ia akan memecatku itu tidak masalah. Aku baru disini dan bisa mencari pekerjaan yang lain. Jadi biarkan aku menjelaskannya sendiri, kau tetaplah disini." "Icy kau-" belum juga selesai bicara Icy sudah pergi meninggalkan Aley yang kini berbalik cemas.
Icy berjalan perlahan menuju meja sepuluh dimana Aston pria yang memintanya untuk dipanggil Granpa atau Mr. Miller seorang Billioner. Pria itu tampak tengah menunggu seseorang lebih tepatnya menunggu dirinya. "Kau sudah datang? Kenapa lama sekali? Makanan kita sudah sampai, duduklah."
Tetapi Icy tak menghiraukan ucapan tersebut, ia malah membungkukkan tubuh meminta maaf. "Mr. Miller maafkan saya, saya sungguh tidak tahu tentang Anda. Ini adalah pertemuan pertama kita jadi harap dimaklumi jika saya tak mengenali Anda, saya adalah warga baru disini."
Aston mendengus pelan dan menatap Icy dengan lembut. "Aku pikir kau belum tahu, ternyata secepat ini ya."
Vote and Comment please!!!