Lawang, 31 Juli 2000

909 Words
"Biru! Berangkat yuk!" Terdengar suara yang menggelegar. Biru menggeliat dan merapatkan selimut. Dia masih mengantuk. Semalaman dia bergadang main game dan baru tidur jam dua pagi, sehingga sekarang matanya sangat sulit untuk terbuka. Seperti ada lem yang menempel pada kelopaknya. "Ru, bangun, Ru!" Tiba-tiba saja Biru merasakan kepalanya digetok. Rupanya jendela kamarnya terbuka. Erwin si raksasa itu muncul dari sana dengan cengiran lebar. Ah, dasar, makhluk ini memang tidak bisa membiarkan hidup Biru tenang walau hanya sebentar saja. "Ayo berangkat!" ujar bocah itu penuh semangat. Biru melirik beker di atas nakas. "Masih jam setengah enam, Win! Ngapain pagi-pagi ke sekolah kamu nyapu di sana?" keluhnya lelah. "Kalau kamu nunggu kamu siap-siap sejam lagi kita sudah hampir telat tahu! Sana bangun!" tegas Erwin. Biru menghela napas. Pemuda itu terpaksa bangkit. Dia keluar dari kamar dan menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka dan sosok kakaknya muncul dari sana dengan rambut yang basah. Mahasiswa tingkat pertama itu tersenyum lalu mengacak-acak rambut adiknya. Biru menepis tangan kakaknya itu dengan kesal. Dia sudah enam belas tahun, tapi Juna tak pernah berhenti memperlakukannya seperti bocah lima tahun. "Tumben udah bangun?" tegur Juna. "Diganggu Erwin," jawab Biru kesal. Anak itu lalu melangkah masuk ke kamar mandi. Juna terkekeh lalu membuka pintu di samping toilet yang mengarah ke halaman belakang. Erwin, sahabat adiknya sejak kecil, berdiri di sana sembari melamun. "Masuk, Win! Sarapan dulu," ujar Juna. "Iya, Kak, makasih," seru Erwin. Bocah yang lebih tinggi lima sentimeter dari Juna itu melangkah masuk. Bersama-sama mereka menuju ruang makan. Ayah dan ibu Biru ada di sana. Ibu Biru tersenyum ramah saat melihat kehadiran Erwin. "Eh, Erwin, makasih ya sudah bangunin Biru. Anak itu susah bangun kalau Tante yang bangunkan," kekeh Ibu Biru. Wanita itu merasa senang karena kewajibannya telah diambil alih oleh anak tetangga tersebut. "Nggak masalah, Tante," ucap Erwin. "Ayo makan dulu, kamu pasti belum sarapan, kan?" tebak wanita itu. Erwin hanya menjawab dengan cengiran. Di rumahnya memang tak pernah ada makanan di pagi hari. Ibunya baru akan masak setelah pulang dari sawah jam sembilan pagi. Anak berbadan bongsor itu duduk bersama anggota keluarga Biru yang lain di ruang makan. Sudah menjadi kebiasaan baginya untuk ikut sarapan bersama keluarga ini sejak dia masih kelas lima SD. Dulu dia malu-malu. Kini cowok itu sudah tak sungkan lagi. "Hari Minggu ini ada arisan keluarga di Sidoarjo, kamu ikut nggak, Jun?" tanya ayah Biru pada putranya. "Nggak, Yah, aku sudah ada janji sama Ani," tolak cowok itu. "Ani? Siapa lagi tuh?" tanya Ibu karena mendengar nama yang asing. "Pacarkulah," aku Juna. "Bukannya pacarmu namanya, Meri?" "Udah putus, ini yang baru," ucap Juna santai. Ibu geleng-geleng kepala melihat Casanova satu ini. "Baru seminggu udah ganti lagi. Jangan main-main terus, Jun. Awas saja kalau IP-mu semester ini turun!" ancam sang mama. Dalam hatinya, Erwin juga geleng-geleng. Kakak Birunya itu memang playboy sejati. Ganti pacar lebih sering daripada ganti celana dalamnya sendiri. Namun dalam hatinya, Erwin iri juga dengan rekor yang telah dicapai Juna.  "Kamu ikut nggak, Ru?" Sang ayah mengalihkan pandangan pada Biru yang baru keluar dari kamar mandi. "Nggak ah! Arisan keluarga itu kan pertemuan orang tua," tolak bocah itu. "Kamu mandinya cepet bener sih? Jangan-jangan cuci muka doang!" tegur sang Ibu. "Mandi buat apa lama-lama, Bu. Aku kan sudah ganteng," elak Biru sembari membentuk tanda pistol dengan tangan kanannya dan menempelkannya di dagu. Erwin tersenyum saja. Dia yakin seratus persen Biru hanya cuci muka dan menyemprotkan minyak wangi banyak-banyak. Anak itu emang jarang mandi, ironi dengan namanya, Samudra Biru. "Kalau aku terlalu sering mandi, nanti ilmuku diobong ora teles luntur." Itulah alasan yang sering diutarakan Biru. Sebenarnya dia cuman males aja. Tapi benar apa kata Biru, dasarnya dia memang sudah ganteng, nggak mandi pun dia tetap ganteng.  Setelah selesai menikmati sarapan, Biru dan Erwin berpamitan. Mereka berangkat dengan menggunakan sepeda pancal milik Biru. Bocah itu duduk nyaman di boncengan sementara Erwin yang mengayuh sepedah. Berat badan Erwin sembilan puluh lima kilogram. Biru sudah pernah berusaha membonceng sahabatnya itu tapi sepeda mereka tak bergerak satu sentimeter pun. Maka sekarang dia menyerahkan sepenuhnya tugas itu pada Erwin. "Syukurlah kita sekelas," kata Erwin. "Aku sudah kepikiran apa aku bisa dapat temen kalau nggak." Biru berdecak-decak. Erwin tampaknya masih merasakan trauma akibat perlakuan teman-temannya ketika SD. Ya, Erwin dulu sering dibully hanya karena dia anak dari seorang petani yang miskin. "Siapa sih yang berani ngerjain kamu sekarang? Badanmu sebesar itu. Kamu tinggal merengut aja. Mereka pasti sudah kabur semua!" ucap Biru sembari menepuk punggung sahabatnya. Hanya sepuluh menit, mereka sudah sampai di sekolah. Setelah memarkir sepedah pancal, mereka menuju kelas. Biru tersenyum ketika mendapati seorang gadis berambut ikal duduk di bangku nomor tuga dari depan. Itu, Rosa, temen sebangku waktu kelas dua SMP. "Duduk sini, Ru." Erwin menunjuk serong kiri belakang bangku Rosa. Biru menurut saja dan duduk di situ. Dia melirik Rosa yang sedang mengobrol dengan seorang cewek berkepang dua. Culun amat sih gaya rambutnya itu? "Ros, Rosa!" panggil Biru, tetapi gadis itu sengaja mengabaikannya. "Rosalinda!" Biru kembali memanggil dengan nama telenovela yang sedang ngetren. Biru tak kehilangan akal. Dia menyobek selembar kertas dari bukunya lalu melemparkannya. Sayangnya benda itu meleset dari kepala Rosa dan malah masuk ke dalam kerah baju cewek berkepang yang duduk di sebelahnya. Biru terkejut. Dia langsung menyembunyikan wajahnya pada meja dan tertawa terpingkal-pingkal. Kok bisa pas gitu sih? Si cewek berkepang itu berlari ke luar kelas entah ke mana sementara seluruh kelas menertawakannya. "Ada apaan sih?" tanya Erwin yang ketinggalan berita. Biru hanya terkekeh lalu berkata, "Gol!" ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD