Lady Qin dengan bahagia bersiap di kamarnya. Dia mengenakan baju rajutan berwarna safron dan celana jeans biru. Melengkapi penampilannya, Lady Qin menggendong tas mungil di punggung. Dia menatap diri di cermin sambil berpose genit.
"Lady Qin memang yang paling cantik," gumamnya sambil mengedipkan mata.
"A Qin, kau ke kampus, tidak! cepatlah, atau aku akan meninggalkanmu!" terdengar teriakan Lady Lin dari ruang tamu.
"Pergilah, aku akan naik taksi saja untuk hari ini!" balas Lady Qin, lalu kembali berpose di depan cermin dengan ukuran hampir setinggi dirinya tersebut.
"Ya sudah, aku pergi!"
Lady Lin akhirnya pergi. Lady Qin tak menggubrisnya karena sibuk memperbaiki penampilan, "Baiklah, A Qin sudah siap berangkat ke kampus," ucap Lady Qin sambil memeriksa jam tangannya, "Hm, ini waktunya memanggil Yang Mulia, Ze Shaosen, Ze Shaosen, Ze Shaosen," Lady Qin memanggil. Tak berapa lama, Ze Shaosen muncul di belakangnya. Melihat penampilan Ze Shaosen dari cermin, Lady Qin takjub dan langsung berbalik menatap laki-laki tersebut. Nobsoul bangsawan itu mengenakan sweater longgar berwarna hitam, celana jeans longgar dan membawa sebuah buku di tangannya.
"Waa, Zeze. Lihatlah penampilanmu, hahahha," Lady Qin terkekeh. Agak lucu melihat Ze Shaosen yang biasanya mengenakan jas ala bangsawan tiba-tiba berubah menjadi pemuda aneh.
"K-Kenapa kau tertawa? apa ini buruk?" Ze Shaosen memeriksa penampilannya.
"Hahaha, sebenarnya ini aneh sekali. Dan apa-apaan buku itu? kenapa kau harus membawa buku segala?"
"Ah, Ferdinand. Dia memberiku ide tentang bagaimana berpenampilan ke kampus dan buku ini, ide darinya."
"Hahaha, Ze Shaosen. Gaya ini sudah ketinggalan jaman. Namun, jika anak-anak kampus lain mengenakannya, itu akan baik-baik saja. Hanya saja, aku selalu melihatmu dengan jas dan juga kemeja putih yang menjadi ciri khasmu, melihatmu begini ... gak sedikit aneh. Hmm, wajahmu menyelamatkan segalanya. Karen kau tampan, gayamu termaafkan."
"Sialan, Ferdinand. Sudah kukatakan ini tidak perlu," Ze Shaosen mengomel dengan lucu. Membuat Lady Qin semakin tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah, cukup. Kita harus ke kampus sekarang, atau kita akan terlambat." Lady Qin tersenyum lalu beranjak dari kamarnya diikuti Ze Shaosen.
Sekitar hampir tiga puluh menit perjalanan. Lady Qin akhirnya tiba di kampus. Dia berjalan sambil menaikka. dagu dengan rasa bangga. Berusaha menyamakan langkahnya dengan Ze Shaosen agar tak tertinggal di belakang. Ze Shaosen si kaki panjang itu terlalu cepat berjalan.
"Lihat, ini yang namanya kampus. Suasananya bagus, kan?" ucap Lady Qin sambil tersenyum sumringah.
"Bagus darimana, terlalu banyak manusia." Ze Shaosen melihat ke sekitar. Tentu saja ada banyak manusia, karena para mahasiswa sedang berkumpul untuk kuliah.
"Hei, ini kampus. Tempat manusia belajar, tentu saja ada banyak manusia. Lagipula kau jangan lupa, ini adalah bumi kami, bukan malia malia tempatmu berasal,"
"Cloudmalia!"
"Iya pokoknya begitu. Sekarang, ayo kita cari kesayanganku. Yuhuu, sayang, kau dimana," Lady Qin berlari kegirangan.
"A Qin!" Lady Lin yang melihat adiknya dari jauh berlari kecil menghampiri, "Kau sudah tiba? kau benar-benar menghabiskan uang untuk taksi? tunggu dulu, kenapa dia ada disini?" tanya Lady Lin tatkala melihat Ze Shaosen.
"A Lin, yang aku habiskan itu jatah uangku dari Ma, bukan uang belanja kita. Lalu, Ze Shaosen menemaniku hari ini, bagaimana, keren kan?"
"Wah, curang sekali. Kenapa hanya bawa dia? harusnya saudaranya sekalian dibawa,"
"Ferdinand bukan saudaraku," celetuk Ze Shaosen dengan wajah datar.
"Tapi kan kalian satu rumah," Lady Lin cemberut.
"Aduh A Lin. Aku tak bisa bawa keduanya, yang satu ini saja sudah membuatku lelah, tenggorokanku sakit karena selalu memanggilnya," ucap Lady Qin sambil menggosok lehernya.
"Ze Shaosen, setidaknya bawa Ferdinand, agar kampus ini lebih berwarna. Kau punya nomernya? ponselku rusak dan semua nomer hilang," Lady Lin mengambik ponselnya berniat untuk meminta nomer Ferdinand.
"Kau bukan jiwa murni Ferdinand. Mana mungkin memanggilnya kemari, lagipula dia ada urusan darurat apa disini?" tanya Ze Shaosen yang membuat Lady Lin terdiam kebingungan.
"A Lin, sudahlah. Bukannya kau ada kelas! aku harus ke fakultasku bersama Zeze, sana pergi," Lady Qin mendorong-dorong Lady Lin agar segera pergi.
"Iya, aku pergi. Dasar, heh Ze Shaosen. Ini nomerku," Lady Lin memberikan kertas yang baru saja dia tulis kepada Ze Shaosen, "Katakan padanya untuk menghubungiku. Kau paham, kan?" setelah memberikan secarik kertas tersebut Lady Lin langsung berlari untuk menghadiri kuliahnya.
"A Lin, benar-benar menyebalkan. Hah, mengesalkn sekali. Zeze, ayo kita lanjut jalan,"
"Hei, kau lebih menyebalkan. Panggil namaku dengan benar, Ze Shaosen. namaku, Ze Shaosen!"
"Iya, iya, Yang Mulia Ze Shaosen," ucap Lady Qin dengan imut, sambil mendekat ke arah Ze Shaosen.
"Aih, jangan dekati aku," Ze Shaosen menjauh. Namun, Lady Qin mendekatinya lagi, Ze Shaosen menjauh beberapa langkah lagi, tpai percuma saja, Lady Qin tetap mendekatinya.
"Ze Shaosen, jangan kaget melihat ketampanan pacarku ya, ah, maksudnya mantan pacarku," ucap Lady Qin sambil cengengesan.
"Kenapa aku harus kaget, tak ada manusia yang bisa lebih tampan dariku. Bahkan menyamai saja tidak."
"Gege!" Ze Shaosen akhirnya kaget, mendengar Lady Qin yang berteriak memanggil seseorang. Gadis itu kemudian berlari menuju orang tersebut. Ze Shaosen menatapnya dari jauh dan terkekeh.
"Itu mantan pacarnya? pantas saja ditinggalkan. Sepertinya hanya dia yang menyukai laki-laki itu," Ze Shaosen berjalan perlahan ke arah Lady Qin, untuk melihat laki-laki yang disebut mantan pacar Lady Qin itu.
"Gege, selamat pagi," ucap Lady Qin dengan imut.
"Hah," Laki-laki itu hanya menoleh sesaat, dia kemudian membuang muka dan tampak menghindari Lady Qin.
"Gege, bisa bicara sebentar? dari jadwalmu, kau tak punya kelas pagi, kan?"
"Kau sekarang mengecek jadwalku?"
"M-Maksudku, aku mengetahuinya karena untuk mencocokkan jadwal kita,,"
"Kau mau bicara apa? kota sudah putus, tak ada yang perlu dibicarakan lagi,"
"Tapi kan, kota masih bisa balikan. Gege belum kasih alasan kenapa kita harus putus, jika diberi alasan dan diminta memperbaiki, A Qin akan berusaha dengan keras memperbaiki kesalahan A Qin,"
"Kau menyebalkan sekali. Kalau sudah putus ya putus saja. Aku sudah tak menyukaimu, dan sudah dapat pacar baru. Sebaiknya jangan bicara senganku lagi, atau orang akan salah paham. Sekarang minggir, aku ada urusan," Laki-laki tersebut mendorong Lady Qin lalu beranjak meninggalkan gadis itu begitu saja.
"Gege, Gege, setidaknya beri alasan dulu, Gege!" Lady Qin berteriak dengan percuma karena sama sekali tak digubris oleh mantan pacarnya tersebut.
"Ah, jadi dia orangnya? yang seperti itu kau bilang baik? wajahnya lumayan, tapi tetap saja aku lebih tampan," Ze Shaosen menyeringai, sambil mengusap rambutnya.