"Saya tidak tahu dari mana Anda mengenal adik saya. Padahal dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Apa Anda adalah temannya? Tapi seingat saya, Romza sama sekali tak pernah punya teman," jelas lelaki bernama Arras itu.
"Saya bisa menjelaskan sedetail - detailnya tentang bagaimana saya bisa mengenal Romza. Tapi saya harap Bapak mau bekerja sama," jawab Abimanyu.
Arras senantiasa menatap Abimanyu dengan tajam. "Saya mau bekerja sama atau tidak, itu tergantung pada apa yang Anda katakan setelah ini. Sulit bagi saya merelakan kepergian Romza. Beberapa kali saya menerima informasi simpang siur yang tidak masuk akal. Saya tidak mau mendengar hal semacam itu lagi."
Muncul kerutan pada dahi Abimanyu. Informasi simpang siur macam apa yang dikatakan oleh Arras? Entah mengapa pikiran Abimanyu menganggap bahwa hal itu ada hubungannya tentang sosok Romza saat ini — Romza yang tinggal di alam mereka.
Sepertinya akan sulit menjelaskan tentang Romza pada Arras saat ini. Lelaki itu sudah terlanjur jengah tentang cerita - cerita berunsur klenik. Abimanyu ingin meyakinkan Arras bahwa apa yang akan ia katakan berbeda dengan cerita simpang siur yang pernah ia dengar.
Namun Abimanyu sadar, jika ia bersikeras memberitahu pada Arras bahwa apa yang akan ia katakan adalah hal berbeda, bisa jadi Arras akan segera menolak, bahkan sebelum Abimanyu sempat menjelaskan. Dari sisi psikologis, wajar jika Arras emosi dan tidak bisa diajak bicara dengan baik tentang Romza.
Wajar jika ia sepertinya enggan sekali membicarakan Romza. Dari apa yang dikatakan oleh Arras tadi, ternyata ia adalah kakak dari Romza. Mana ada orang yang rela jika anggota keluarganya yang sudah meninggal, terus menerus dibicarakan. Sementara apa yang dibicarakan, benar - benar tidak masuk akal. Terkesan terlalu dibuat - buat dan menyakiti hati.
Abimanyu sedang memikirkan bagaimana ia akan memberitahu Arras dengan cara yang bisa diterima. "Jadi Anda adalah kakaknya Romza?" tanya Abimanyu meskipun ia sudah tahu.
"Dari pertanyaan kamu, bisa disimpulkan bahwa kamu bukan temannya. Ya, saya kakaknya. Lalu?"
"Jadi benar bahwa dulu Romza tinggal di rumah ini?"
"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja!"
Abimanyu mengangguk mengerti. Setidaknya ia sudah mengantongi dua informasi dari Romza, yang bisa ia gunakan sebagai materi dalam majelis. Ia membutuhkan lebih banyak info lagi sebenarnya. Tapi Arras ....
"Katakan apa maksud kedatangan Anda yang sebenarnya! Jangan bertele - tele!"
Abimanyu benar - benar masih berpikir keras. Ia ingin menjelaskan, namun belum menemukan cara yang tepat. Ia takut segera diusir setelah hanya mengucap beberapa kata. Di mana hal itu akan menyulitkannya untuk datang ke sini lagi nantinya. "S - saya ... saya membutuhkan beberapa informasi tentang Romza."
"Informasi tentang apa? Dan untuk apa? Tolong lah, adik saya sudah meninggal. Jangan terus menerus melakukan hal seperti ini. Atau dia tidak akan tenang di sana. Susah payah saya ... kami sekeluarga -- berusaha ikhlas melepas kepergian Romza. Bahkan sampai sekarang pun hati saya masih sakit jika Mengingat kenyataan bahwa adik saya sudah pergi untuk selama - lamanya. Jangan anda datang seenaknya untuk mengingatkan kami, membuka luka kami kembali."
Seketika Abimanyu seperti mendapatkan pusaka sakti di tengah kegentingan yang menerpa. "J - justru itu, Pak Arras. Justru itu. di sini saya ingin membantu Romza supaya ia tenang di alamnya. Buk - ...."
"Sudah bisa saya tebak. Ternyata memang benar, Anda tak ada bedanya dengan mereka yang datang sebelum - sebelumnya. Sekarang, saya mohon pada Anda untuk pergi! Saya nggak mau membicarakan hal seperti ini lagi. Tenang di alamnya? Apa maksud kamu? Justru kalau terus dibahas dan dilibatkan dalam urusan duniawi, dia akan terusik di sana. Apa anda nggak pernah belajar agama?"
"Tapi, Pak ...."
"Nggak ada tapi - tapian. Kamu mau menjelaskan apa lagi? Sudah cukup semuanya. Lebih baik sekarang kalian pergi. Dan jangan pernah kembali lagi."
"Ini demi Romza sendiri. Kasihan dia, Pak. Karena bisa jadi, dia belum mendapatkan tempat yang tenang saat ini. Saya bisa membuktikan pada Pak Arras jika Romza memang sedang terlunta - lunta saat ini."
"Mereka semua juga mengatakan demikian. Tentu saja dia belum tenang, karena manusia - manusia seperti Anda selalu mengusiknya, tak membiarkan dia tenang! Apa salah adikku? Apa yang membuatnya menarik hingga kalian niat sekali membuat kehidupan setelah matinya terusik? Sudah lah ... sudah .... Jika kamu mau uang, akan saya beri. Berapa yang kamu minta, katakan saja. Tapi tolong sudahi masalah ini sekarang juga. Saya benar - benar minta tolong."
Abimanyu menggeleng. "Bukan seperti itu, Pak ...." Kata - kata Abimanyu terhenti sudah.
Arras baru saja berlalu meninggalkannya. Lelaki itu berjalan cepat menaiki tangga. Tak sudi lagi mendengar kata - kata Abimanyu.
Satpam rumah ini -- Pak Raharja -- yang sedari tadi senantiasa berada di sini, mematap Abimanyu iba. Ia bisa mengerti kemarahan majikannya. Namun ia juga tak bisa mengabaikan Abimanyu begitu saja. Kesan yang diberikan oleh Abimanyu, sungguh berbeda dengan orang - orang yang sudah datang sebelumnya.
Mereka yang pernah datang, rata - rata mengatakan bahwa Romza saat ini terjebak di alam Genderuwo. Romza harus ditolong, atau selamanya -- sampai kiamat -- Romza akan berada di sana. Bersama para setan, menjadi penghuni neraka.
Pak Raharja yakin, kisah yang akan diutarakan oleh Abimanyu akan berbeda. Bukan bersifat klenik, dan tanpa penjelasan secara logis seperti biasanya. Pembawaan Abimanyu yang tenang, dan juga sisi religiusnya, benar - benar membawa pengaruh besar. Membawa aura yang positif pada lawan bicaranya.
"Nak, mungkin saya bukan siapa - siapa. Saya hanya seorang satpam. Tapi sejauh ini Pak Arras banyak mendengar pendapat - pendapat saya. Sejak kecil Pak Arras dan Mas Romza sudah mengenal saya. Makanya mereka sering mendengarkan saya. Mungkin karena itu. Jadi, nggak ada salahnya kamu cerita ke saya tentang apa yang ingin saya sampaikan. Sejujurnya saya banyak memikirkan tentang Mas Romza sejauh ini. Barang kali kedatangan kamu adalah jawaban dari pertanyaan - pertanyaan saya. Nanti saat emosi Pak Arras sudah reda, akan saya sampaikan ke beliau juga."
Abimanyu tak dapat mengungkapkan betapa lega dan bersyukurnya ia saat ini. Syukur lah, syukur lah ada Pak Raharja. Mungkin tak sekarang Arras akan tahu, mungkin tak sekarang Arras akan setuju. Namun penawaran Pak Raharja adalah sebuah jalan keluar yang benar - benar melebihi ekspektasi.
Bayang - bayang kesulitan pasti ada. Tapi sekali lagi, Abimanyu tidak akan setengah - setengah dalam menjalankan niatnya. Ia sudah berniat semakin awal, maka akan ia selesaikan sampai akhir.
***