rencana pembalasan Isani

934 Words
Part dua Hingga sore hari, cuaca sangat panas dan terik, tapi walau begitu tak menyurutkan semangat Isani dalam menyelesaikan segala masalahnya hari ini. Prinsip isani, lebih cepat lebih baik. Isani juga takut dia berubah pikiran dengan apa yang sudah hati dan mulutnya putuskan. Isani yang saat ini melangkah lebar memasuki sebuah cafe yang sangat lengang saat ini. Cafe yang selalu menjadi tempat pertemuannya dengan sang sahabat. Di saat sudah berada dalam cafe, di lantai 2. Isani mengedarkan pandangannya ke seluruh arah dan melihat temannya yang sedang melambai kearahnya di pojok kanan sana. "Hay. Aku di sini..."panggil suara itu riang, suara milik Inez, nama sahabat Isani. Isani cepat-cepat melangkah mendekati sang sahabat. Keduanya berpelukan singkat dan melakukan cipika cipiki. Isani tersenyum melihat wajah riang Sahabatnya. Dan Isani juga cepat-cepat menjelasan di saat sahabatnya Inez mencari sesuatu di samping dan belakangnya. "Aku dari kantor suamiku, dan Noah tidak ikut. Dia ada di rumah dan kata Bi Emi, Noah belum bangun, Nez."Isani menjelaskan dengan nada lembut di saat Isani menyebut nama anaknya. Anaknya yang akan jadi pelipur laranya. Dan ya, sebelum Isani melajukan mobilnya ke cafe ini, Isani terlebih dahulu menghubungi anaknya, dan anaknya masih tidur. Walau saat ini sudah jam mandi anaknya, Isani melarang Bi Emi, agar tidak menganggu tidur Noah untuk kali ini saja. Banyak hal yang ingin Isani lakukan, yaitu salah satunya bertemu Inez dan menceritakan segalanya dengan apa yng dia alami dan apa yang akan dia lakukan dalam waktu dekat. Mendengar penjelasan Isani, Inez seketika kecewa. "Padahal, aku sudah kangen banget sama keponakanku yang ganteng itu,"ungkapnya kecewa. Sungguh, Noah adalah anak balita yang sangat tampan dan menggemaskan. Tapi, tunggu dulu, Inez mengernyitkan keningnya di saat dia ingat satu hal, sial. Dia melupakan segalanya, fokusnya berada sepunuhnya pada anak ganteng Isani. Ya, Isani menghubunginya di jam dia masih kerja. Bahkan menyuruhnya untuk ijin pada atasannya. Agar mereka bisa bertemu. Inez menatap dalam-dalam pada wajah Isani, dan tubuh Inez menegang melihat wajah Isani yang sudah berubah sendu dalam waktu seperkian detik. Kedua tangan Inez dalam sekejap mengepal di saat satu pikiran, menyapa kepalanya. "Apa jalang itu berulah lagi?"tanya Inez geram. Dan Inez reflek bangun dari dudukkannya di saat Inez melihat Isani yang sedang tersenyum getir saat ini. Artinya, jawaban dari pertanyaannya, ya! Dasar jalang jelek. Maki hati Inez yang tahu segalanya tentang permasalahan yang ada dalam rumah tangga harmonis Isani. Vania. Vania. Vania. Vania yang jadi puncak masalah, keributan dalam rumah tangga Isani. Isani yang masih diam, seakan tengah mengumpulkan... keberanian untuk menceritakan segala hal yang sudah terjadi padanya, membuat Inez iba melihatnya. Inez mengedarkan pandangan ke setiap sudut cafe. Tidak ada orang lain. Hanya ada dia dan Isani. "Nangis saja, nggak ada orang...." "Nggak. Tidak akan ada air mata untuk dua orang b******n itu lagi.!"tolak Isani tegas ucapan Inez. Inez yang sudah memberi jempol pada Isani saat ini. "Bagus. Kita harus kuat dan tegar, Isani..." "Harus pintar cari solusi, dan mengambil keputusan yang tepat dalam waktu singkat juga."sela Isani ucapan Inez dengan senyum penuh arti. Lagi, Inez memberi jempol untuk Isani. Wajahnya mengangguk riang. Melihat senyum penuh arti Isani, Inez yakin, Isani pasti memiliki rencana hebat dalam kepalanya. "Iya. Harus itu. Seperti aku. Di saat calon suamiku menyuruhku untuk menggugurkan anak kami, takut usahanya yang baru di rintis hancur, katanya, di saat akan memiliki anak, anak itu antara membawa sial dan keberuntungan, dan dia takut calon anak kami membawa sial. Aku tak takut membuangnya, Isani." "Aku lebih memilih anakku." "Dan kamu, apa yang kamu pilih dan apa yang sedang kamu rencanakan saat ini?"tanya Inez sangat penasaran, pernafasan Inez bahkan tersengal-sengal saat ini. Sungguh, Inez sangat geram pada suami sahabatnya, pada jalang bernama Vania. Puncak kebencian Inez pada Teza yaitu 1 tahun yang lalu. Teza memaksa Isani agar meminta maaf pada Vania di depan para tamu pesta yang hadir. Padahal, Isani tidak bersalah, tapi dengan bajingannya, Teza memaksa agar Isani meminta maaf dan Isani dengan bodoh malah menuruti perintah suaminya. Dan andai Inez berada pada posisi Isani 1 tahun yang lalu, sosok suami seperti Teza sudah Isani muntahkan dan buang di tempat sampah pada saat itu juga. "Aku sudah memasukan surat gugatan perceraiannku dengan Mas Teza ke pengadilan lewat bantuan pengacara saingan perusahaan Mas Teza...."beritahu Isani dengan senyum senang. Tapi, percayalah, hanya bibir dan raut wajahnya yang menyunggingkan senyum. Sedangkan hatinya di dalam sana berdarah-darah, menjerit-jerit kata sakit dan sesak. Isani tak percaya. Secepat... secepat ini, hubungan dan ikatannya dengan suaminya akan berakhir. Prok prok prok Inez bertepuk tangan girang, mendengar ucapan Isani. Ini yang dia tunggu sedari dulu. "Bagus. Jangan mau di bodohkan dan di duakan dengan sahabat masa kecil suamimu yang jalang itu. Apa yang bisa ku bantu?" Isani meneguk ludahnya kasar. Sebelum menjawab pertanyaan tulus Inez, Isani menoleh kearah samping kanan, kiri, dan belakangnya. Suasana masih lengang, hanya dia dan inez saja. Jadi, aman... dan dia bisa mengatakan apa yang ingin dia lakukan selanjutnya pada Inez. Inez yang terlihat sabar menunggu sekaligus sangat penasaran. Takut pengunjung lain keburu datang, Isani cepat-cepat berdiri, mendekatkan mulutnya dengan telinga Isani. "Tolong kamu cari obat kb untuk laki-laki yang bisa bertahan sangat lama. Sampai 10 atau 20 tahun, Nez. Aku rasanya berat dan nggak sanggup anakku, Noah mendapat saudara beda ibu dari ayahnya. Apa kamu mau menolongku?" Nggak apa-apakan, isani membuat suaminya tak bisa memiliki anak dengan siapapun istrinya nanti? ah, tak apa-apa Isani. Ini untuk kebaikan anak kalian Noah. Jawab batin sisi Iblis Isani. Isani yang tersenyum lebar, melihat anggukan semangat dan mau dari sahabatnya. Noah... baik dari ayah atau mama. Kami tidak akan memberimu saudara tiri, nak. Jadi kamu tenang aja. Walau kami berpisah. Kamu akan tetap jadi pusat dunia kami anakku, Noah. tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD