Ku kuras uang suami pengkhianatku

1281 Words
"Mama...."teriak seorang anak laki-laki sambil berlari kencang kearah wanita dewasa yang telah merentangkan kedua tangannya untuk menyambut bocah laki-laki yang ganteng nan menggemaskan dalam gendongannya. Anak laki-laki itu tertawa bahagia di saat tubuh sehatnya sudah di gendong mamanya, bahkan matanya yang agak sipit semakin sipit. Dan muach Sang mama memberi kecupan panjang pada pipinya dan bocah laki-laki yang kedua kakinya kotor oleh tanah basah itu tak mau kalah Muach Anak laki-laki itu juga mencium ganas pipi, hidung dan dagu mamanya sampai-sampai pipi sang mama lembab di buatnya. "Eh, maafkan Noah. Pipi mama jadi kotol sama liul, Noah mama..."anak yang menyebut namanya Noah itu, mengusap pipi basah mama dengan punggung tangannya. Kan ail ludah jolok, jangan sampai kena tubuh, nanti akan jadi luka, nasehat kakek padanya beberapa bulan lalu. Sang ibu yang tidak lain adalah Isani terkekeh, kepalanya menggeleng takjub melihat tingkah sang anak saat ini. Dan yang lebih membuat hati Isani lega. Ananya sudah nggak ngambek lagi padanya atau mungkin sudah melupakan kemarahannya siang tadi Tapi, walau begitu, Isani akan tetap minta maaf nanti. "Iya mama maafkan, Noah. Anak mama semakin pintar dan berat, artinya Noah udah besar ya? Cepat sekali besar anak mama? Pasti banyak makan dan rajin minum s**u?" "Wah? Benalkah aku sudah telihat semakin besal mama? Altinya sebental lagi, sudah bisa bawa sepeda yang loda 2? Tidak loda 3 lagi?"tanya Noah penuh harap. Mata bulatnya yang putih jernih, menatap takjub pada wajah cantik sang mama. Sungguh, anak itu sangat ngiler. Sejak 1 tahun lalu, dia minta sama mama, papa, nenek, kakek untuk membelikannya sepeda roda 2 seperti milik Bang Rangga anak tetangga. Tapi, semua orang menolak permintaannya, takut dia jatuh, dan terluka. Atau tunggu umurnya 6 atau 7 tahun. Noah cemberut mengingat alasan-alasan yang selalu orang-orang tersayangnya ucapkan di setiap dia merengek bahkan nangis sampai guling-guling di atas lantai agar apa yang dia mau di kabulkan. Tapi tetap tak di kabulkan. Nangisnya hanya mendapatkan rasa capek dan pusing. Membuat Noah kapok nangis parah, dan mengingat, pasti tidak akan dan belum mau dibelikan sepeda roda 2 untuknya. Isani diam. Tak langsung menjawab pertanyaan penuh harap anaknya barusan. Melihat keterdiaman sang mama, Noah mendesah kecewa. "Nggak boleh ya, mama?"Noah ingin turun dari gendongan mamanya. Tapi, dengan cepat, Isani menahan tubuh anaknya dan dengan senyum penuh arti, Isani mendekati telinga sang anak, lalu berbisik dengan nada merayu dan menggoda berharap anaknya setuju dengan syarat yang dia berikan. Mendengar bisikan mamanya, Noha mengangguk setuju dengan cepat dan semangat. "Mau. Mau mama. Noah mau." Kena kamu, Mas Teza. Bisik batin Isani dengan senyum puas dan penuh artinya. ***** Isani terus menatap kearah jam, sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan suaminya belum pulang-pulang. Walau sebelumnya, sang suami mengabarkan akan sedikit terlambat pulang, tapi sedikit yang di maksud sudah melebihi 2 jam. Berbagai pikiran buruk dan picik, memenuhi kepala kecil Isani. Pasti kedua orang itu masih merasa kelelahan setelah percintaan hebat yang mereka lakukan di dalam ruangan kerja yang sampai mati, Isani tak akan mau masuk ke dalam ruagan itu lagi. "Berbuatlah sesuka hati kalian, sungguh aku sudah tak peduli sesikitpun, Mas Teza, Vania.... "ucap Isani dengan sinar mata yang menyala-nyala, memancarkan sinar benci, jijik bahkan dendam. "Bukan kah kalian berdua cocok? Sama-sama pengkhaiant dan tak punya otak. Dan yang paling membuatku heran, Mas Teza terlihat mencintai Vania. Tetapi, kenapa dia malah memilihku menjadi istrinya?" "Apakah... apakah ada niat di balik semua ini? Mas Teza punya niat jahat terhadapku? Yang akan menguntungkan dia dan Vania? Tapi, apa harus memakan waktu selama 7 tahun?" Isani menelan ludahnya kasar. Ya, sudah 7 tahun dia mengenal dan hidup bersama dengan Mas Teza. Selama 2 tahun mereka berpacaran. Selama 5 tahun, mereka menjadi pasangan suami istri. Semuanya baik-baik saja, dia hidup sangat bahagia, berkecukupan bahkan lebih. Tapi, sejak kedatangan Vania 3 tahun lalu, hidup Isani rasanya bagai berada dalam nereka. Hatinya selalu terbakar hampir setiap hati , terus membatin, dimana kontak fisik yang Vania dan Teza lakukan terlihat intim. Teza lebih banyak mendengarkan ucapan Vania. Vania minta tolong ini itu... selalu di iyakan! Dan yang lebih menyakitkan. Mengingat hal ini, kedua tangan Isani mengepal erat. Hatinya sakit, dan terasa sangat perih dalam sekejap di dalam sana. Pada malam minggu, 2 tahun lalu. Isani sangat ingin sekali makan bakso yang di jual di depan terminal. Isani bisa saja memesan oline atau meminta asisten rumah tangga membelikan untuknya. Tapi, entah kenapa, Isani sangat ingin, suaminya lah yang pergi membelikan baso itu untuknya. Suaminya sudah mengiyakan akan membelikan. Tetapi, di saat mereka sudah berada di teras, Vania tiba-tiba datang dengan mobilnya. Tangan Isani semakin mengepal erat mengingat bagian ini. Vania dengan jalang, tak tau malu meminta tolong suaminya untuk pergi membeli makanan yang ingin di makan mamanya yang sedang sakit di dalam gang kecil. Banyak pria di sana. Vania tak berani. Vania meminta tolong suaminya dan bisa di tebak bukan? Suaminya menolong Vania. Lebih dulu membelikan makanan untuk mama Vania. Sedangkan baso yang dia pesan di lupakan. Tidak di beli dan sudah terlalu lama. Isani memutuskan akan pergi sendiri malam itu, Isani dengan air mata yang berderai hebat membasahi wajah bahkan baju di bagian perut dadanya, pergi menggunakan motor. Dengan pikiran, tidak menyangka, suaminya yang berbagi tempat tidur, bantal, ludah dengannya lebih memprioritas permintaan tolong orang lain di banding dirinya. Ini bukan kali pertama dia di begikan, tapi sudah berkali-kali, dengan harapan tololnya, semoga suaminya akan segera berubah dan celat sadar, agar dia tidak lebih memprioritaskan orang lain di banding keluarganya. Dan harapan tololnya, hingga detik ini belum terkabul. Kembali pada ingatan pahit 2 tahun lalu. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Suaminya tak sadar kalau dia keluar. Dia sedang mandi ulang dalam kamar mandi. Di saat tiba di tempat baso yang sangat dia inginkan. Isani kembali kecewa. Basonya sudah tutup. Isani semakin menangis hebat . Menjadi-jadi. Merasa sedih, sampai kepapanya agak sakit, pada saat mengendarai motor. Isani sambil memijat-mijat kepalanya. Isani tak melihat lobang, dan terjatuhlah dia di atas motor dengan posisi membanting b****g. Tak ada luka lecet, tapi Isani bingung melihat ada aliran darah yag membasahi celananya, dan usut punya usut. Ternyata Isani mengalami keguguran. Detik ini, kembali tangisan Isani pecah, tangannya dengan gemetar memeluk erat perutnya yang sempat mengandung adik Noah. Tapi, bayi itu tak sampai melihat dunia ini, karena ketolollannya. Ya, isani tidak tahu dirinya hamil. Isani terlalu lelah, sakit hati melihat tingkah suaminya dengan Vania. Di nasehati, akan kembali lagi setelah satu atau dua hari berlalu. "Maaf kan mama, mama nggak becus banget jadi orang tua. Mama nggak bisa jaga kamu. Maafkan mama. Apabila kamu bisa melihat mama di atas surga sana, kamu bisa lihatkan? Betapa tersiksa dan merasa bersalahnya mama setiap ingat kamu anak mama..."ucap Isani gemetar. Isani yang hingga detik ini, tidak sudi mengatakan dan memberitahu suaminya, siapapun, kalau... kalau dia sempat mengandung anak mereka yang kedua, dan harus meninggal di saat umur janin itu baru 2 bulan. Dan Isani yang sudah mematut wajahnya di depan cermin, sangat menyesal, harusnya sejak anaknya mati, dia langsung menggugat cerai Teza. Andai sejak itu dia sudah menceraikan teza. Pasti dia tidak akan kerepotan menjelaskan pada anaknya Noah yang sudah cukup besar saat ini kalau dia dan papanya tidak akan bisa hidup bersama lagi. Tapi, tidak. Tidak ada yang namanya terlambat. Andai dia menggungat cerai Teza 2 tahun yang lalu. Uang dan modal hidupnya belum lah sebanyak ini. 8 miliar tabungannya, cukupkan untuk hidup di kampung? "Ah, bahkan lebih dari cukup, Isani....."jawab Isani dengan senyum puas pertanyaannya sendiri. Ya. 6 miliar dalam waktu 2 tahun, dia sabar hidup dengan hati teraniya oleh suaminya, berhasil dia kumpulkan. Dan uang 8 M ini, akan Isani olah sebaik mungkin agar semakin banyak dan hidup dia dan anaknya akan tetap aman, bahagia, sejahtera walau tak ada sosok Teza b******n di samping mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD