Semua serba mendapat kemudahan, saat ini aku sudah berada di agency pengirim Tenaga Kerja Wanita. Sebenarnya harap-harap cemas kurasakan karena bagaimana pun ini adalah pengalaman pertama bekerja dan langsung akan ke luar negeri. Dalam negeri saja baru beberapa kota yang pernah aku kunjungi apalagi ini di luar negeri yang jelas jauh dari keluarga dan saudara.
Tapi tekad kuat mengalahkan segalanya. Hanya bisa berdoa agar semua dipermudah jalannya. Terlebih Bapak dan juga ibu yang sebenarnya enggan melepaskanku. Aku berusaha membujuk mereka dan meminta doa restu pada keduanya. Karena doa restu dari kedua orang tua adalah jalan menuju sebuah kesuksesan. Aku percaya itu.
Dua minggu menjalani bebera kali tes termasuk di dalamnya adalah adalah tes kesehatan dan pengetahuan. Aku dinyatakan lolos dan seminggu setelah ini aku diharuskan ikut karantina di tempat penampungan. Biarlah semua akan kujalani dengan ikhlas.
Pagi ini aku hanya dengan membawa barang seadanya seperti baju, buku dan barang pribadi milikku lainnya. Pamit kepada Bapak dan Ibu untuk berangkat. Mobil jemputan sudah menunggu. Namun seolah enggan ibu mencegahku.
"Sha, Ibu sangat berat melepaskanmu."
"Bu, bukankah aku pernah mengatakan pada Ibu. Jika Ibu harus banyak mendoakan agar semua lancar. Jangan terlalu mengkhawatirkanku. Aku sudah dewasa, Bu."
Ibu mengusap kepalaku lalu mencium kedua pipiku. Sementara Bapak, tak ada yang bisa beliau lakukan lagi selain melepaskanku pergi.
Memasuki mobil jemputan yang ternyata di dalamnya sudah ada dua orang. Sama-sama akan menuju tempat penampungan. Kedua gadis yang usianya di atasku ini berasal dari kampung sebelah.
Sebenarnya hati ini sudah gugup luar biasa menjalani semua sesi demi sesi tapi aku dengan sebaik-baiknya berusaha menyembunyikan segala kegelisahan hati terutama kepada keluargaku.
Baiklah Alisha. Aku pasti akan bisa melalui semua ini. Jika aku tidak bertekad dan tidak ada niat maka selamanya aku hanya akan menjadi gadis kampung yang bahkan membantu kedua orang tua pun tak akan pernah bisa kulakukan.
Di sebuah penampungan yang lumayan besar, aku berkumpul dengan banyak orang dimana semua adalah para calon Tenaga Kerja Wanita. Kami semua diberikan arahan serta apa saja yang harus kami kerjakan saat nantinya lolos dan bisa bekerja di luar negeri. Membayangkan saja rasanya aku seperti tidak sanggup lagi.
Ada beberapa pilihan pekerjaan seperti pembantu rumah tangga, menjadi perawat lansia atau menjadi perawat bayi. Lebih banyak pekerjaan itu yang membutuhkan orang. Sementara jika di pabrik seperti garmen, pabrik makanan atau perkebunan lebih sulit memasukinya. Selain membutuhkan kemampuan juga membuhtuhkan biaya yang cukup besar.
Aku hanya ada tiga kemungkinan. Menjadi pembantu rumah tangga, babysitter atau perawat lansia. Kriteria yang cocok untuk aku tempati. Tidak ada pekerjaan yang tidak capek. Aku berusaha mensugesti diri bahwa semua akan baik-baik saja dan aku pasti bisa menjalani pekerjaan yang nantinya di bebankan kepadaku.
***
Tidak terasa semua proses telah berhasil aku jalani. Selama masa karantina banyak yang aku lakukan. Seperti masuk kelas dan mendapat bimbingan serta pengarahan dari mentor. Disertai dengan ujian materi, ujian bahasa serta ujian praktek sebagai contohnya adalah memasak.
Ya, keahlian memasak harus dimiliki oleh calon tenaga kerja yang akan bekerja di luar negeri. Karena bagaiamana pun juga jenis makanan yang di konsumsi orang Indonesia dengan orang luar negeri pasti ada perbedaan. Kita yang nantinya akan bekerja di sana setidaknya mengenali jenis makanan apa saja yang biasa mereka konsumsi. Tiap negara juga berbeda jenis serta cara memasaknya.
Sekilipun hanya sebagai pembantu rumah tangga juga harus kita kuasai. Harus bisa membersihkan rumah, mencuci baju, menyetrika dan aneka pekerjaan rumah tangga lainnya. Cara menyetrika baju juga tidak boleh sembarangan. Ada tehnik sendiri yang harus kita pelajari. Bahkan hal kecil seperti memasang sprei saja juga diberikan arahan oleh mentor. Aku cukup puas dengan pengalaman yang aku dapat selama masa karantina ini.
Beruntungnya aku memiliki teman yang semua adalah orang baik. Ada sekitar dua puluh orang yang berada dari berbagai darah yaang berbeda. Juga berasal dari berbagai macam usia yang berbeda. Aku termasuk paling muda diantara mereka. Tapi karena aku ini termasuk tipe gadis penurut dan pendiam maka aku tak pernah mendapat masalah dengan mereka semua. Justru mereka seolah banyak membantu dan melindungiku.
"Sha, kau itu masih muda. Kenapa mau-mau saja pergi ke luar negeri menjadi tenaga kerja wanita. Apakah orang tuamu yang menyuruhnya?" Tanya salah seorang teman di saat aku membantunya memasak di dapur umum yang terdapat di dalam penampungan.
Memang untuk makan sehari-hari kami memasak sendiri. Bahan makanya sudah disiapkan oleh pihak agency. Dan kami yang berada di sini mendapat giliran masak juga bersih-bersih. Ada jadwal piket yang sudah di atur sedemikian rupa.
"Aku hanya ingin meringankan beban mereka saja, Mbak. Orang tuaku memiliki banyak hutang karena dulu pernah mengalami sakit dan harus di operasi. Sekarang si penagih hutang terus saja mengancam jika akan memberikan bunga tinggi jika kami tidak bisa melunasi." Aku bercerita apa adanya.
"Duh, segitu beratnya hidupmu. Yang sabar, ya, semoga kita segera lulus dari sini dan bisa diberangkatkan ke luar negeri. "
Aku tersenyum mendapat dorongan semangat seperti ini menjadikanku lebih giat dalam belajar. Karena jika belum dinyatakan lolos maka kita tidak akan diberangkatkan sampai kita benar-benar memiliki keahlian yang mumpuni.
Terus banyak belajar dan rajin adalah salah satu kuncinya. Di ujian terakhir setelah hampir dua bulan lamanya aku mendekam di dalam penampungan, salah satu mentor mengatakan bahwa hasil ujian akhir akan segera di informasikan.
Dan dalam masa orientasi itu mereka tim agency sudah langsung mengetahui passion apa yang pantas dan cocok untuk kita. Tak sabar rasanya aku ingin mengetahui hasilnya.
Sebenarnya di tempatkan di pekerjaan apa saja tak ada masalah buatku. Meski harus menjadi seorang pembantu rumah tangga yang notabene pasti akan sangat capek pun tak masalah. Tak ada yang namanya bekerja tanpa resiko. Pekerjaan apapun itu pasti ada plus dan minusnya. Tergantung kita bagaimana cara menjalaninya. Jika kita ikhlas, ulet dan rajin aku yakin apapun pekerjaannya akan terasa mudah dijalani.
****
Lega rasanya setelah aku dinyatakan lolos ujian akhir dan lolos kualifikasi. Semua berkas-berkas seperti di dalamanya tiket pesawat serta paspor sudah di urus oleh pihak agency. Dan jika tidak ada halangan satu minggu lagi aku akan berangkat. Mendapat tempat di sebuah negara yang jauh dari Indonesia dan belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Hongkong. Tempat di mana untuk dua tahun ke depan akan aku singgahi untuk mencari nafkah. Sekali lagi aku terharu dan bersyukur karena menurut informasi dari pihak agency aku akan di tempatkan sebagai seorang babysitter. Nantinya mungkin aku juga akan membantu pekerjaan rumah tangga juga. Tidak masalah asalkan aku masih bisa bekerja. Selama menunggu info keberangkatan pihak agency memberikan kesempatan untuk aku pulang. Rindu akan keluargaku yaitu Bapak, Ibu dan Adikku. Meluahkan perasaan yang membuncah aku peluk satu per satu anggota keluargaku kala aku menginjakkan kaki di rumah kembali.
"Alisha, akhirnya kau pulang juga. Ibu sangat merindukanmu."
"Akupun sama Bu, sangat merindukan kalian. Doakan aku, Bu. Semoga semua urusanku lancar."
"Ibu pasti akan senantiasa mendoakanmu, Sha."
Tidak sampai satu minggu aku berada di rumah ketika pihak agency menelponku dna mmeintaku kembali. Mereka mengatakan jika tiga hari lagi aku akan diberangkatkan. Andai kalian tahu bagaimana perasaanku saat ini antara sedih, senang dan takut bercampur menjadi satu. Berharap semua lancar dan aku mendapatkan majikan yang baik hati dan tidak menyiksaku seperti banyaknya informasi yang sering aku dengar mengenai TKW yang disiksa majikannya. Duh, rasanya ingin sekali aku mengurungkan niatku jika teringat akan hal itu. Tapi mana bisa. Aku tak dapat mundur lagi dan semua konsekuensi harus aku terima nanti.
Hari itu pun tiba di mana aku kembali ke agency mendapat pelukan dari Bapak dan Ibu berharap anak pertamanya ini tak jadi berangkat. Berusaha membesarkan hati kedua orangtuaku dan mengatakan jika dua tahun itu waktu yang singkat dan aku pasti akan kembali dengan selamat. Semua demi bisa melunasi hutang-hutang Bapak pada Pak Asep. Sampai kapanpun lelaki bernama Asep itu terus akan mengincarku andai uang yang di pinjam Bapak tak segera dikembalikan. Ratusan juta dari mana keluargaku bisa mengembalikannya jika aku tidak nekat seperti ini.
***
Hongkong. Rasanya seperti mimpi saat kaki ini menginjakkan kaki di negara sejuta pesona. Gedung pencakar langit menjulang tinggi. Perwakilan dari agency mengantarkan aku setelah sehari kemarin aku baru saja datang dari Indonesia. Tak ada yang namanya bisa leha-leha sebentar. Karena keberadaanku di negara ini bukan untuk berwisata melainkan untuk mencari nafkah. Meski aku masih letih dan jetlag begitu mereka menyebutnya, karena ini adalah pengalaman pertama menaiki pesawat. Mabuk kendaraan sudah pasti disertai dengan pusing kepala. Akan tetapi aku tak ada waktu untuk sekedar mengistirahatkan tubuh lebih lama lagi. Iya, hanya satu hari mereka memberikanku waktu untuk menyesuaikan diri. Selanjutnya aku sudah di bawa ke sebuah rumah yang dinamakan apartmen atau mereka menyebutnya kondominium.
Tau sendiri bagaimana suasana hati ini. Gugup dan gelisah berharap ada majikan baik hati yang akan menampungku kali ini. Pintu apartemen terbuka, setelah seseorang dari agency yang kini bersamaku menekan bel-nya. Seorang perempuan cantik berambut panjang melewati bahu membuka pintu lalu melemparkan senyuman ramah kepada kami berdua.
"Sudah datang rupanya? Ayo silahkan masuk."
Aku terkejut. Tertegun di tempat. Jadi, majikanku ini bisa berbahasa Indonesia.
Kuikuti langkah kaki orang agency sambil aku menyeret koper berisi barang-barang bawanku.
Aku hanya mendengar dengan seksama apa yang disampaikan oleh pihak agency. Intinya adalah beliau menjelaskan tentang siapa aku. Bebysitter yang berasal dari Indonesia dan nantinya akan bekerja di rumah ini selama dua tahun lamanya sesuai kontrak yang telah di sepakati.
"Baiklah Ibu Cindy, jika begitu saya permisi dulu. Semoga Alisha dapat membantu anda dan jika ada apa-apa silahkan anda menghubungi kantor agency."
"Terima kasih. Saya rasa Alisha ini sesuai dengan kriteria saya," jawab wanita yang resmi menjadi majikanku mulai hari ini. Wanita yang mengenalkan dirinya bernama Cindy Claudia.
Baiklah, mulai dari sinilah perjalanan baru hidupku akan dimulai.