bc

Daddy Bumi, I Love You

book_age16+
4.1K
FOLLOW
35.6K
READ
possessive
family
love after marriage
goodgirl
CEO
boss
drama
bxg
city
office lady
like
intro-logo
Blurb

Aku Alisha, mantan Tenaga Kerja Wanita yang begitu beruntung menemukan seseorang yang begitu baik, perhatian dan penyayang keluarga. Seorang lelaki berstatus duda beranak satu, yang usianya hampir dua kali lipat dari usiaku.

Aku sendiri yang saat ini baru berusia dua puluh satu tahun, sementara Daddy Bumi, begitu aku memanggilnya, saat ini usianya sudah menginjak empat puluh lima tahun. Lebih dari dua kali lipat usiaku. Bahkan anak pertama Daddy Bumi dari pernikahannya yang dulu hanya terpaut satu tahun di bawahku. Danuarta, pemuda tampan berusia dua puluh tahun yang berstatus sebagai anak tiriku.

Baiklah, mari kita mulai cerita hidupku.

Daddy Bumi, I Love You.

chap-preview
Free preview
1. Aku Alisha
Namaku Alisha Saliha. Anak pertama dari dua bersaudara yang berasal dari sebuah desa di pulau Jawa. Hanya seorang gadis berusia delapan belas tahun, tamatan SMK. Lebih tepatnya baru satu bulan yang lalu aku mengantongi ijazah dari sebuah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di kotaku. Lulus sekolah tak langsung mendapatkan pekerjaan, membuatku sedikit berpikir untuk pergi ke kota saja mencari pekerjaan di sana. Akan tetapi, izin belum aku kantong dari Bapak dan Ibu. Mereka masih enggan melepaskanku begitu saja meninggalkan keluarga. Mungkin karena aku adalah anak perempuan satu-satunya juga karena usiaku yang masih sangat remaja. Oleh sebab itulah Bapak tidak akan tega membiarkanku pergi mencari kerja di Ibu kota. Selama satu bulan ini, yang aku lakukan hanyalah membantu Ibu menjadi buruh cuci di tempat tetangga. Sementara Bapak, karena kondisi kesehatannya sehingga tidak memungkinkan beliau untuk bekerja mencari nafkah bagi keluarga. Iya, lebih tepatnya sejak dua tahun lalu Bapak mengalami keluhan. Pernah tiga kali di operasi dan satu tahun terakhir ini kondisinya sudah lebih baik lagi. Hanya saja, terkadang beliau banyak berpikir dan stres. Karena bisa dibilang keluarga kami terlilit hutang. Bukan salah siapa-siapa karena Bapak dan Ibu terpaksa berhutang demi kelancaran operasi yang Bapak jalani beberapa tahun yang lalu. Berhutang pada seorang renternir yang sudah cukup terkenal di desaku. Beberapa kali terpaksa berhutang, menyebabkan hutang Bapak semakin menumpuk. Belum lagi bunganya yang semakin mencekik leher. Sungguh tragis memang. Tapi sudah tak ada pilihan lain untuk menyelamatkan Bapak yang merupakan kepala keluarga. Dan sekarang genap tahun kedua semenjak operasi Bapak. Dua tahun pula hutang Bapak pada Pak Asep yang merupakan renternir di mana Bapak berhutang. Tak terhitung lagi berapa bunga dan pokok pinjaman yang kini mencapai ratusan juta. Malam ini seperti biasa, Bapak dengan wajah lesu karena baru saja di datangi kembali oleh Pak Asep. Apalagi jika bukan menagih hutang. Dan yang membuat Bapak tercengang ketika Pak Asep memberikan sebuah penawaran kepada beliau. Asal aku mau dinikahi olehnya, maka semua hutang Bapak dianggap lunas. Alasan klise yang mirip sekali dengan jalan cerita sebuah sinetron di televisi. Tapi memang itulah kenyataannya. Aku mengalaminya sendiri. Tak pernah terbayang di benakku jika aku akan dinikahi seorang lelaki yang sudah memiliki banyak istri. Bahkan jika aku menerima penawarannya maka aku akan menjadi istri ke lima. Yang benar saja. Aku yang masih belia bahkan pacaran saja tidak pernah harus menjadi istri kelima. Jangan sampai hal itu terjadi. "Pak, kita masih ada jalan lain, kan, selain menerima tawaran Pak Asep?" tanyaku penuh harap pada Bapak. "Aku tidak mau menjadi istri kelima Pak Asep, Pak!" lanjutku. Bapak dengan raut wajah sendu menatapku. "Bapak juga tidak punya pikiran seperti itu. Mana Bapak tega menyerahkanmu pada Pak Asep. Tapi, Bapak juga tidak tahu dengan cara apalagi agar bisa membayar hutang pada Pak Asep." Entah kenapa aku jadi mempunyai keinginan kuat untuk bekerja. "Pak, izinkan aku bekerja?" "Kamu mau bekerja di mana? Di kota?" tanya Bapak. "Iya, Pak. Di kota atau mungkin di luar negeri saja seperti Mbak Nanik. Bagaimana, apakah Bapak setuju dan mengizinkan?" Mbak Nanik adalah tetanggaku yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita di luar negeri. Tidak hanya Mbak Nanik saja sebenarnya, tapi banyak para gadis desa atau bahkan wanita bersuami pun memilih meninggalkan keluarga mereka untuk mengais rejeki di negara tetangga. Gaji yang besar menjadi pertimbangan mereka sehingga nekat bekerja di negara orang. Diantara mereka memang tampak kesuksesannya. Dan aku juga punya keinginan seperti mereka. "Tapi, Sha. Di luar negeri itu jauh. Di luar kota saja Bapak susah melepaskanmu apalagi di luar negeri." "Tapi kondisi kita seperti ini, Pak. Lantas apa Bapak lebih senang jika aku menikah dengan Pak Asep?" Bapak menggeleng. "Tidak ada pilihan lain kecuali Bapak mengizinkan aku untuk bekerja." Bapak menghela napas lalu mengangguk. "Baiklah, Sha. Jika memang itu jalan yang terbaik untuk keluarga kita, Bapak akan mengizinkanmu. Bapak hanya bisa berdoa semoga di manapun nantinya kamu berada, Tuhan selalu melindungimu." Tampak wajah Bapak yang berkaca-kaca. Aku sendiri pun sebenarnya juga tidak yakin untuk bekerja di luar negeri. Akan tetapi tidak ada lagi pilihan lain. Pekerjaan apapun akan aku kerjakan asalkan halal dan dapat membantu meringankan beban Bapak. Tak masalah jika harus capek dan sengsara. Asalkan Bapak dan Ibu bahagia. *** Keesokan harinya, aku benar-benar nekat. Tujuan utamaku adalah mencari pekerjaan di kota dan jika tak ada kesempatan maka bekerja di luar negeri pun tak apa. Aku bertanya pada keluarga Mbak Nanik, ke mana aku harus mencari tahu jika aku ingin bekerja di luar negeri. Berbekal sebuah nomor telepon sebuah agency penyalur Tenaga Kerja Indonesia, aku membetanikan diri meneleponnya. Hingga aku mendapatkan informasi seputar persyaratan apa saja yang di butuhkan. Kubicarakan mengenai hal ini pada Bapak. Dan Bapak hanya bisa memberikan izinnya. "Tak perlu mengeluarkan biaya, Pak. Karena semua sudah di tanggung pihak agency. Nanti mereka akan memotong gajiku selama enam bulan lamanya." Aku menjelaskan pada Bapak dan Ibu mengenai keputusanku yang sudah yakin dan memilih bekerja menjadi seorang Tenaga Kerja Wanita. "Apa kau sudah yakin bekerja di negara tetangga?" tanya Bapak dan aku mengangguk mantap. "Bapak doakan saja semoga aku lolos kualifikasi sebagai calon TKI. Sekarang aku sedang menyiapkan berkas-berkasnya." Bapak mengangguk dan kutinggalkan beliau. Rencananya besok aku akan mendatangi kantor agency untuk menyerahkan berkas dan segala persyaratan yang dibutuhkan. Semoga semua diberikan kelancaran dan tanpa hambatan. Entah kenapa kali ini perasaanku sangat yakin sekali untuk segera dapat pekerjaan. Aku takut Pak Asep akan datang lagi dan menagih jawaban apa yang pernah beliau tawarkan. Menikah bukanlah keputusan yang snahaat mudah. Usiaku masih terlalu muda dan masa depanku masih sangat panjang. Andai aku banyak uang, maka hutang Bapak yang jumlahnya mencapai ratusan juta itu pastilah sudah aku bayarkan. Tapi kenyataannya aku ini adalah gadis kampung yang bahkan memiliki uang lima ribu rupiah saja sudah sangat beruntung untuk pegangan. Ya Tuhan! Seperti inilah kesulitan yang tengah aku hadapi. Tak henti aku memanjatkan doa agar semua urusanku besok berjalan lancar tanpa kendala. Setelah menyimpan berkas-berkas di atas meja, aku segera merebahkan diriku di atas ranjang. Lokasi di mana kantor agency berada sebenarnya tak seberapa jauh. Aku hanya butuh menaiki sebuah angkot agar bisa sampai di lokasi. Kupejamkan mataku tidak sabar menanti hari esok. Semoga hari esok lebih indah dari hari sekarang.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

The Ensnared by Love

read
105.5K
bc

Om Duda Nikah Lagi

read
77.0K
bc

My Husband is My Boss

read
128.7K
bc

Rujuk

read
926.8K
bc

Dear Doctor, I LOVE YOU!

read
1.2M
bc

BROKEN PRINCESS

read
22.0K
bc

CEO Dingin Itu Suamiku

read
152.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook