Hari Kedua PT. Baeda

1077 Words
Rhea memasuki kantor departemen arsitek di lantai tiga, PT. Baeda. Saat sudah masuk, suasana di ruangan yang lebar itu nampak kosong dan sunyi sekali. Nicko pun juga belum datang. Rhea langsung menuju ke meja kerjanya. Ia segera duduk dan meletakkan tasnya, lalu menyalakan komputer. Sedari menunggu komputer menyala, Rhea membuka kembali data yang ia pelajari kemarin. Ini adalah hari kedua ia bekerja di PT. Baeda. Hari pertama kemarin, tampak sangat lancar. Semua dokumen yang diberikan Nicko kemarin, sudah hampir selesai ia pelajari. Setelah ini, ia sangat menanti akan terjun ke lapang. Rhea memperhatikan ruangan tempat kerjanya yang sekarang. Di dalam kantor ini, memang cukup luas dibandingkan tempat kerjanya di PT. Xena. Apa, Nicko hanya bekerja sendirian di kantor seluas ini? Pikirnya? Tiba-tiba, suara beberapa langkah nampak berjalan menuju kantor. Rhea menengok ke arah pintu. Di sana, Rhea melihat Nicko dan seorang perempuan masuk ke dalam kantornya. Membuat Rhea terus menatapnya. "Kamu datang pagi lagi hari ini, Rhe?" sapa Nicko sembari terus berjalan memasuki kantor. Butuh waktu agak lama untuk Rhea menjawabnya. Jujur saja, fokus Rhea teralihkan oleh perempuan yang bersama Nicko tadi. Sama halnya dengan perempuan tadi, menatap ke arah Rhea. "Iya, Pak. Saya memang terbiasa berangkat pagi," jawab Rhea akhirnya. "Hm ...." Nicko mengangguk-anggukkan kepala beberapa kali. "Kamu tunggu di sini sebentar ya. Aku akan ke ruangan pak Krisna dulu," kata Nicko pada perempuan yang baru masuk bersamanya tadi. "Iya, Pak," jawab perempuan itu duduk di salah satu kursi di dalam kantor besar itu. Nicko kemudian berjalan menuju mejanya. Ia mengambil beberapa lembar kertas yang ada di atas meja. Memilah dan memilih sebentar. Setelah sekian detik, ia berjalan menjauhi mejanya dan kembali keluar dari kantor. Di dalam ruangan itu, kini hanya ada Rhea dan perempuan yang bersama Nicko tadi. Entah kenapa mendadak suasana menjadi sangat canggung. Rhea memilih untuk fokus bekerja. Perempuan yang baru datang itu, memperhatikan Rhea. "Apa, kamu juga arsitek yang diperkerjakan di PT. Baeda untuk sementara?" tanya perempuan itu pada Rhea. Rhea segera menengok ke arahnya. "Iya," jawab Rhea. Barulah Rhea mengerti, jika ternyata perempuan ini juga sama dengan dirinya. "Apa kamu juga?" Rhea bertanya untuk memastikan dan menyambung komunikasi. "Betul," jawab perempuan itu. Membuat Rhea tersenyum ke arahnya. "Kenalkan. Aku Rhea, dari PT. Xena," kata Rhea lagi. "Aku Diana dari PT. Megan," balas perempuan tadi. "PT. Megan?" ulang Rhea dengan mencoba berpikir. "Itu adalah perusahaan internasional yang sedang berkembang pesat kan?" tanya Rhea. Diana hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum menjawab Rhea. "Ngomong-ngomong, kamu alumni S3 dari mana?" tanya Diana pada Rhea. "Oh! Aku masih baru menyelesaikan S2 ku," jawab Rhea. "Oh ...." Diana mengkerucutkan bibirnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Membuat Rhea ingin bertanya lagi. "Apa, kamu sudah menyelesaikan program S3?" tanya Rhea. "Ya. Orang tuaku menyuruhku untuk sekalian menyelesaikan S3. Dan, kebetulan aku ikut program akselerasi. Jadi, aku masih bisa bekerja lebih awal untuk pengalaman," jelas Diana. Rhea mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia merasa terkesan melihat Diana yang sedang berbicara dengannya. Secara ilmu, Diana jelas lebih tinggi darinya. Ia juga bekerja di perusahaan yang bergengsi jika dibanding dirinya. Tidak lama setelah itu, Nicko kembali masuk. Membuat obrolan Rhea dan Diana terhenti. Mereka berdua melihat ke arah Nicko yang berjalan ke meja kerjanya. "Rhe? Apa kamu sudah selesai mempelajari data proyek yang aku berikan kemarin?" tanya Nicko pada Rhea yang masih berjalan menuju ke mejanya. "Hampir selesai, Pak," jawab Rhea. "Bagus. Selesaikan hari ini. Akan ada tugas untukmu. Aku akan menyiapkan tugasnya," kata Nicko. Mendengar itu, Rhea menjadi semangat. Apa, ia akan memulai pekerjaan lapangnya hari ini? "Diana?" panggil Nicko pada Diana. "Iya, Pak Nicko," jawab Diana. "Hari ini, aku akan mengawasi jalannya proyek di gedung tiga. Kamu ikut denganku untuk melihat kondisi di sana," kata Nicko. "Baik, Pak," jawab Diana dengan wajah sumringah. Mendengar itu, Rhea menjadi heran. Ia menoleh ke arah Nicko yang masih mengutak-atik atas mejanya dengan beberapa lembar kertas. Berharap Nicko mengajaknya juga untuk mengawasi proyek di sana. Rhea masih menunggu Nicko dengan was-was. "Rhe?" panggil Nicko akhirnya. "Iya, Pak?" jawab Rhea antusias. Nicko berdiri dari mejanya dan membawa beberapa lembar kertas. Ia kemudian berjalan ke arah meja Rhea. Nicko lalu memberikan lembaran kertas itu pada Rhea. "Kalau sudah selesai mempelajari data proyek ini, kamu bisa mempelajari data proyek yang satu lagi, ya," kata Nicko meletakkan lembar kertas itu pada Rhea. Membuat Rhea menautkan kedua alisnya dengan heran dan merasa aneh. Nicko lalu berjalan kembali ke mejanya. Rhea bingung dengan situasi yang dialaminya ini. Apa artinya, ia tidak diajak untuk melakukan pengawasan juga? "Oh iya, Rhe?" panggil Nicko lagi. "Iya, Pak?" jawab Rhea kedua kali dengan antusias dan harapan yang sama dengan sebelumnya. "Ke sini sebentar!" pinta Nicko. "Baik, Pak!" jawab Rhea dengan kembali bersemangat. Semoga saja, kali ini ia memiliki kesempatan untuk terjun ke lapang. "Tolong kamu buka laci di sana!" kata Nicko menunjuk almari laci yang tidak jauh dari tempat duduknya. "Baik, Pak," jawab Rhea. Ia berjalan menuju almari itu. "Di sana, ada satu buku. Ambillah," pinta Nicko. "Iya, Pak. Saya sudah mengambilnya," jawab Rhea yang mengambil buku lumayan tebal dari laci itu. "Sekalian, kamu pelajari juga itu semua. Kalau sudah, kamu bisa membuat ringkasannya dan kirim ke emailku. Semakin cepat semakin baik," kata Nicko lagi, dengan tidak melihat ke arah Rhea. Rhea terdiam kaku mendengar perintah Nicko. Ia mengerjapkan kedua mata beberapa kali. Jujur saja, ia kehabisan kata-kata. Harapannya, sirna sudah, untuk melakukan pengawasan di proyek kali ini. "Baiklah kalau begitu!" Nicko akhirnya berdiri dari tempat duduknya. "Aku tinggal ke proyek sebentar," lanjutnya dengan berjalan memutari mejanya. Diana pun juga ikut berdiri begitu Nicko berdiri. "Di. Kita berangkat sekarang!" ajak Nicko pada Diana. "Baik, Pak," balas Diana dengan wajah sumringah. Nicko dan Diana sudah berjalan keluar kantor. Meninggalkan Rhea yang masih di tempat dengan memegang buku tebal dari laci lemari tadi. Diana menoleh ke arah Rhea sebentar, ia menahan senyumannya dan merasa bangga, serta senang akan suatu hal. Nicko dan Diana yang keluar, sudah tidak terlihat lagi. Sekian detik, suasana kantor kembali sepi. Sama seperti ketika Rhea datang tadi pagi. Rhea melihat ke arah buku tebal yang dibawanya. Kalau membaca dan mempelajari buku tebal seperti ini, pasti membutuhkan waktu lebih dari sehari. Apa lagi, harus meringkasnya. Rhea lalu menghela nafas beratnya. Ia tidak habis pikir dengan situasi yang dialaminya. Ia kira, ia akan mendapat banyak pengalaman di sini. Tapi, dari awal saja, Nicko sudah memberikan tugas kantor yang sangat banyak. Rhea kembali melihat ke arah pintu keluar. Jalanan yang baru saja dilewati Nicko dan Diana. Rhea jadi menebak, apa yang sebenarnya ingin dilakukan Nicko padanya? Jangan-jangan Nicko sengaja mengerjainya?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD