Dimitri memarkikan mobilnya jauh dari tempat kerja Nasha, ia harus berbohong dengan alasan kerja untuk melihat Nasha, wanita yang sejak dulu hingga sekarang menjadi ratu dihatinya. Ia berjalan menuju kafe yang letaknya berhadapan dengan tempat kerja Nasha. Sambil memesan makanan yang di pesannya Dimitri berjalan menuju rooftop tempat favoritenya, karena dari sinilah ia bisa melihat dengan leluasa wanitanya.
Letak ruangan Nasha berada di lantai atas menghadap kearah kafe tempat dirinya berada, karena rooftop tersebut dikelilingi oleh kaca-kaca hitam sehingga Dimitri begitu leluasa bisa memandangi wajah Nasha. Wanita yang di pandanginya itu terlihat sibuk, mengecek beberapa kain yang menurut wanita itu cocok untuk di jadikan bahan pakaian, tanpa tahu seseorang tengah mengawasinya. Nasha begitu lelah. Bukan dengan pekerjaanya tapi dengan hatinya, setelah mengecek beberapa kain baru, ia kemudian terdiam memandang ke arah komputer dengan pandangan kosong. Dimitri hanya tersenyum tipis begitu pelayan mengantarkan pesanannya, pria itu terus menerus memandang Nasha dengan perasaan rindu.
Nasha yang sibuk melamun tidak menyadari bahwa jarum jam sudah menunjukan pukul satu siang, ternyata dirinya melamun sedari tadi menghabiskan waktu dua jam lamanya. Tiba-tiba pintu ruangan Nasha di buka menampilkan seorang gadis muda, yang di perkirakaan usianya di bawah tiga tahun dengan Nasha.
"Kak Nasha, ayo makan siang dulu." Nasha mengangkat wajahnya mendapati Lia, salah satu karyawannya. Nasha hanya tersenyum manis sambil menggeleng.
"Emm, kamu duluan saja aku sedang tidak lapar." Lia tersenyum sendu menatap Nasha, atasan yang sudah ia anggap seperti Kakaknya sendiri. Ia sudah tahu tentang pernikahan Lani kakak kedua Nasha, ia begitu kaget ketika mengetahui siapa calon suami dari Lani.
"Kamu harus makan Kak, lihat tubuhmu kurus sekali."
"Ck, kamu ini. Aku sedang diet tahu. Udah sana pergi makan siang, pacarmu pasti akan marah kalau kamu terlambat."
Lia yang mendengar jawaban Nasha, langsung saja berhambur memeluk Nasha itu dengan perasaan sedih, jika dirinya di posisi Nasha. Lia tidak bisa membayangkan bagaimana rasa sakitnya, mungkin dirinya memilih pergi saja dari kota ini. Tapi lihatlah Nasha, wanita yang sudah dia anggap kakaknya itu. Wanita itu begitu kuat, bahkan dirinya bekerja seperti biasa.
"Mbak Nasha cewek kuat, Mbak yang sabar ya." ucapnya lalu melepaskan pelukannya.
Nasha hanya tersenyum mendengar ucapan Lia.
Dari sebrang sana tanpa diketahui oleh mereka berdua. Dimitri melihat interaksi kedua wanita itu dengan pandangan sedih. Dirinya memang b******k mencintai Nashaa tapi malah menikahi Lani, dirinya benar-benar menyesal selalu menyakiti Nasha membuat wanita itu menangis karena ulahnya. Tapi mau bagaimana lagi, pernikahan ini pun yang di inginkan Nasha, dirinya tidak bisa menolak permintaan wanitanya.
Nasha terlihat kurus beberapa hari ini dengan wajah pucat, di bawah matanya terlihat ada lingkaran hitam. Sebenarnya ia enggan untuk masuk kerja, hanya saja dirinya lebih tidak menyukai harus satu rumah dengan pasangan baru itu. Ia lebih memilih berdiam diri disini, berkutat dengan beberapa pola gaun yang baru saja ia buat. Dimitri memanggil salah satu pelayan kafe yang berada dekat dengannya.
"Mbak, boleh saya minta tolong?" gadis muda yang dipanggil Dimitri itu hanya tersenyum bodoh. Ia tidak menyangka pria yang sedari tadi diperhatikannya itu memanggilnya, ia tersadar dengan aksi bodohnya saat suara pria tampan itu menegurnya lagi.
"Tolong bungkuskan pesanan yang saya minta, lalu antarkan pada wanita yang bekerja di butik depan sana yang bernama Nasha. Dan tolong jangan katakan bahwa saya yang memberinya, kamu bisa berkata bahwa ini salah satu hadiah karena sering membeli makanan ke kafe-mu. Kamu tenang saja nanti saya akan kasih tips."
Gadis dengan ikat ekor kuda itu mengangguk lalu tersenyum, sesungguhnya ia tidak apa, jika pria dihadapannya itu tidak memberinya tip. Dirinya akan tetap membantu pria tampan tersebut, tapi sepertinya dirinya sedang mendapat keberuntungan. Gadis dengan pakaian batik maroon itu mengangguk kemudian pergi, setelah Dimitri menyebutkan makanan yang dimintanya serta memberinya sejumlah uang beserta dengan tip tentunya.
Dimitri mengambil ponsel di dalam saku celana panjangnya dengan malas, ia melirik nama yang mengiriminya sebuah pesan.
Lani
Mas Dimitri, apa Mas akan makan siang di rumah?
Dimitri kemudian membalasnya.
Tidak.
Setelah membalas pesannya, Dimitri kemudian kembali menaruh ponselnya ke dalam saku celananya. Dimitri tetap duduk memperhatikan Nasha yang bingung dengan kehadiran seseorang yang membawa makanan dari kafe di depan butik-nya. Dengan pandangan bingung, Nasha menerima saja boks makanan tersebut. Setelah gadis dari kafe depan tersebut pergi Nasha membukanya, ada yang aneh pikirnya.
Makanan tersebut berupa iga bakar saus pedas dengan nasi merah, hanya satu orang yang mengetahui makanan favoritenya. Mendadak perasaanya berubah menjadi sensitif, tidak mungkin pria itu yang memberinya makanan tersebut. Karena gadis tersebut sudah memberitahunya, bahwa makanan ini hadiah karena dirinya selalu membeli makanan ke kafe gadis itu bekerja.
Iga bakar di depan matanya seharusnya membuat Nasha bernafsu untuk makan, tapi wanita itu malah menangis mengingat terakhir kalinya ia dan pria itu memakan makanan tersebut. Hatinya begitu sesak jika mengingat hal-hal apa saja yang berkaitan dengan pria itu, ia tidak kuat jika harus menanggung beban seperti ini. Dirinya harus mengikhlaskan Lani dengan pria yang sialnya dicintai olehnya, dirinya harus melupakan rasa cintanya kepada Dimitri. Karena bagaimana pun juga sekarang Dimitri sudah menjadi kakak iparnya, yah kakak ipar.
***
Nasha baru saja akan berganti pakaian begitu dilihatnya Lani yang masuk kedalam kamarnya.
"Apa kamu hari ini bertemu dengan Dimitri?"
"Tidak."
"Kamu yakin?" Tanyanya menyelidik, Nasha hanya mengembuskan napasnya berat sambil membelakangi Lani. Ia tidak membalas perkataan Lani, ia lebih memilih membereskan baju-bajunya yang berada di atas tempat tidur.
"Baiklah kalau begitu," ujar Lani pada akhirnya, melihat Nasha yang sepertinya benar tidak bertemu dengan suaminya. Lani kemudian pergi menutup pintu kamar Nasha meninggalkan sang empunya kamar sendirian dikamarnya. Tak berapa lama pintu kembali di buka, Nasha yang sedari tadi berdiri membelakangi pintu mendengus dengan sebal.
"Aku kan sudah bilang Mbak, aku tidak bertemu dengannya!" Seru Nasha jengkel. Wanita cantik berambut cokelat itu seketika membalikan badanya, tubuhnya mendadak kaku. Dimitri menyilangkan tangannya di d**a, menatap lurus Nasha dengan tubuh yang bersandar di pintu. Wajah Nasha berubah pucat tatkala melihat Dimitri yang mengunci pintu kamarnya, perlahan pria itu menghampirinya dengan pandangan mata yang terus menatapnya membuat Nasha begitu terintimidasi oleh tatapan tajamnya.
"Apa yang mau, Mas lakukan? Istrimu baru saja kemari, dia sedang mencarimu."
Dimitri seketika menghentikan langkahnya dengan alis yang terangkat tinggi.
"Mas? Kau memanggilku Mas?" Suara bariton itu terlihat tersinggung mendengar ucapan Nasha, Nasha mengalihkan tatapannya kearah lain selain pria yang terus berjalan menuju kearahnya. Kini mereka berhadapan Dimitri dengan leluasa menatap mata coklat bening milik Nasha, wanita itu menundukkan wajahnya jantungnya berdetak tidak karuan. Selalu seperti ini bila berdekatan dengan prianya, Nasha mencoba melangkah menghindari Dimitri. Tapi belum sempat menghindar Dimitri mencekal kedua lengannya, memeluk Nasha posesif dengan kedua tangan Nasha yang berada ditengah-tengah.
"Lepas! Aku tidak ingin Mbak Lani salah paham."
Nasha mencoba berontak, namun pria itu semakin mempererat pelukannya.
"Aku tidak peduli." Mata hitam Dimitri semakin menatap tajam Nasha, sorot mata itu memperlihatkan kerinduan, serta kekecewaan.
"Aku mohon," lirih Nasha dengan tatapan memohon.
"Kenapa kau memanggilku, Mas?"
"Karena kau kakak iparku!" Rahang Dimitri seketika mengeras mendengar perkataan Nasha. Mata hitamnya semakin menajam menatap wanita yang di peluknya.
Tiba-tiba saja pintu kamarnya di ketuk, membuat tubuh Nasha menegang seketika. Sedangkan Dimitri, pria itu benar-benar tidak peduli jika seseorang melihatnya seperti ini.
"Sha, kamu di dalam? Ayo turun. Makan malamnya sudah siap." Lani berteriak dari luar sambil mengetuk pintu kamarnya. Wajah Nasha berubah pucat, ketika mendengar suara kakaknya. Ia mencoba meronta agar di lepaskan pelukannya, namun sayangnya Dimitri malah semakin mempererat dekapannya.
"Apa kau masih mencintaiku?" Tanya Dimitri yang semakin memepererat pelukannya.
"Sha! Kamu sedang apa? Cepat keluar!" Seru Lani lagi, yang tidak mendapat jawaban dari pemilik kamar tersebut.
"Aku mohon lepaskan aku." Lirih Nasha dengan wajah yang terlihat ketakutan. Ia benar-benar takut jika kakak perempuanya itu masuk ke dalam kamarnya.
"Jawab pertanyaanku, apa kau masih mencintaiku?" kejar Dimitri lagi, pria itu butuh kepastian sekarang.
"T-tidak," jawab Nasha dengan terbara-bata.
Wanita itu seketika mengalihkan tatapannya. Ucapan ragu Nasha membuat Dimitri terdiam, ia tidak percaya dengan yang di ucapkan wanita itu.
"Aku tidak mendengarnya." Bisiknya sarat akan kekecewaan, demi Tuhan jika yang di ucapkan Nasha benar ingin rasanya ia menjadi tuli.
"Tidak kamu sudah mendengarnya, aku tidak mencintaimu lagi. Kau puas! Sekarang lebih baik kau keluar temui istrimu, anggap masa lalu kita tidak pernah ada, aku tidak ingin melukai hati kakak-ku!" Jawabnya dengan nada bergetar, kata-kata yang dilontarkan Nasha begitu menusuk hati Dimitri.
Apakah benar wanita dihadapannya ini benar-benar sudah tidak mencintainya lagi? Lalu untuk apa pengorbanannya selama ini. Dimitri mulai melepaskan pelukannya ditatapnya wajah Nasha dengan pandangan kecewa, ia benar-benar tidak percaya Nasha-nya bisa berkata seperti itu.
"Ck, yah kau tidak ingin melukai hati kakak-mu, tapi kau malah melukai hatiku."
Ujar Dimitri sarat akan kekecewaan, setelah mengatakan hal itu Dimitri melangkah keluar meninggalkan Nasha dengan rasa sesal. Seketika Nasha terduduk dilantai menutup bibirnya yang mulai bergetar. Perlahan air matanya turun dengan deras membasahi pipi putih tirusnya.
"Maafkan aku, maafkan aku." Ucap Nasha sarat akan penyesalan.
Yang di ucapkan Dimitri memang benar, Nasha yang meminta mantan kekasihnya itu untuk menikahi kakaknya. Bukan tanpa sebab, ada alasan kuat yang membuatnya harus merelakan Dimitri untuk Lani. Dia pikir, dia sudah merelakannya tapi nyatanya dia tidak bisa. Dia malah melukai Dimitri juga, pria yang paling dicintainya selama ini.
Tangisan Nasha terdengar pelan ditelinganya, Dimitri hanya bisa diam dengan kedua tangannya yang terkepal erat. Tak ingin terus menerus mendengar tangisan Nasha, Dimitri memilih untuk turun menuju ruang makan. Sebelum dirinya bertindak gila untuk membawa Nasha pergi dari sini.
***