6. p*****r?

1180 Words
Menghela napas lelah, sudah lama rasanya ia mencari keberadaan wanita itu. Ia ingin sekali memperbaiki kesalahan yang pernah dibuatnya meski mustahil mereka akan memaafkan dan menerimanya kembali di kehidupan. bahkan sebuah masalalu kelam belum tentu dapat diterima dimasa depan atau pun saat mengalami reinkarnasi. Lima tahun mendekam di jeruji besi, membuat Erick kehilangan segalanya. Tentu saja bukan hanya karena mendekam di jeruji besi dan lantai dingin itu, melainkan keserahkannya juga rasa malu yang benar-benar hilang. Erick masih ingat betul saat ia memiliki segalanya, dimana ia menganggap semuanya mudah dan dapat diatasi dengan uang. tetapi ternyata itu salah, kini sebab uanglah dunia dan kehidupan Erick hancur. Pria itu bahkan rela mengkhianati sanak saudaranya, bahkan istri sendiri sebab uang dan nafsu dan membabi buta. Erick tak pernah berpikir bahwa semua bisa diambil oleh Tuhan kapanpun itu, dan kini ketamakan tersebut Tuhan balas dengan hina. Barulah sembilan belas tahun lamanya, pria yang bekerja di pabrik roti sebagai buruh ini baru bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk ke Bali, sisanya pun ia mengutang di tetangga kontrakan di Jakarta. Sebenarnya, jika saja ia tak dapat informasi dari siska--mantan karyawannya dulu mungkin saja Erick tak akan pergi ke daerah yang penuh dengan tempat wisata ini. kemungkinan Erick masih bekerja di pabrik dan mengabdikan dirinya disana. namun, semua itu memang karena ia ingin merubah dan menyesali kesalahannya dengan menebus dan menggantikannya rasa sayang kepada putra-putranya. Tujuannya ke Bali hanya untuk mencari keberadaan Rio dan Gio, pun jika Resya-- putrinya dengan Sarah ada disini ia ingin merawat ketiganya. memberikan kasih sayang yang pernah ia tinggalkan. Senelangsa itu sekarang hidupnya, dulu bergelimang harta hingga Erick mudah menghambur-hamburkan uangnya untuk orang yang tak sepantasnya. Bahkan Erick melupakan kewajibannya sebagai seorang suami dan Ayah, kini penyesalan itu tak terelakkan. "Bagaimana kabar mu Reyea?" jujur saja Erick lelah mencari keberadaan mantan istrinya itu, ia bahkan sudah berkeliling Bali dengan berbekal alamat yang diberikan Siska. tentu saja, ia mempercayai wanita tersebut karena hingga detik ini hanya wanita itu yang masih baik dengannya. Tapi terhitung sejak hari itu, ia sudah dua hari di Bali dan lontang-lantung tak tahu harus kemana. Di taman ini pun, hanya ada dua anak remaja yang sedang berkencan, Erick sudah mencoba mencari dan bertanya kepada mereka tetapi jawabannya selalu membuat pria itu ingin putus asa. Menatap cerahnya langit biru, tapi abu-abu harapannya. Mata biru itu berkaca-kaca, menyesali penyesalan yang mungkin akan terulang. Tidak ada yang pantas diberikan kepada mereka yang tak pernah menghargai waktu, kehidupan dan segala yang Tuhan berikan. Biarkan rasa bersalah itu terus menyakiti relung hati, menusuk-nusuk setiap mata yang terpejam. Erick harus menghubungi Siska, meminta wanita itu untuk membantunya di sini yang tak punya siapa-siapa. "Hallo Siska?" langsung saja, ketika panggilan itu terjawab. "Ya, kenapa? Apa kamu sudah menemukan penyesalan mu?" "Belum, aku bahkan tak tahu harus kemana selama dua hari ini. Tolong bantu aku." benar-benar menderita orang ini, berbekal uang beberapa juta nekat untuk memperbaiki segalanya, dan kini jika tak seorang pun ingin membantunya, Erick akan bersiap menjadi gelandangan. "Ya sudah, kamu boleh menginap di rumah ku. Tapi setelah kamu menemukan Reyea, kamu harus pergi dari rumah itu karena aku gak mau kamu merusaknya." terang Siska yang bahkan tak peduli bagaimana perasaan Erick. Tapi kendati demikian, ia harus berterimakasih kepada Siska, Bagaimanapun juga dulu ia hampir ingin membunuh wanita itu tapi. Memang hanya Erick yang jahat disini dan mereka dengan kelapangan hati bisa menerimanya kembali. "Oke, tolong berikan alamatnya." "Nanti aku akan memberikan alamatnya, dan mintalah kunci ke tetangga sebelah karena aku selalu memintanya untuk merawat rumah itu." "Terima kasih." putus Erick, bibirnya tersenyum senang. Setidaknya masih ada satu orang yang mempercayai perubahannya, itu membuatnya sedikit lega. Tak lama ponsel jadul itu berdering, ada pesan masuk dari siska. Erick dengan segera mencari alamat itu, karena ia ingin beristirahat dan menyegarkan tubuhnya. Di tempat lain, Reyea memaksa putranya untuk ikut berlibur dirumah Anggun. Karena ia tak ingin melihat Rio menjadi anak yang hanya berdiam diri dirumah. Bagaimana pun juga, ia ingin membantu putranya agar ingin bersosialisasi seperti Gio, tidak mendekam diri dalam kamar, tidak menghindari kerumunan, dan tidak bersikap datar. Sungguh, itu membuatnya tersiksa seperti ada sesuatu yang membuat anak remaja itu berperilaku demikian, tapi apa? Apakah Rio tahu kisah masalalu orang tuanya? "Nak, Mama hanya ingin kamu tahu, kalau Mama sayang denganmu." Rio masih saja tak bergeming, tatapanya terus pada layar ponsel. Entah apa yang tengah dikerjakan anak remaja itu, sehingga dengan tega mengabaikan reyea "Nak, besok kita kerumah Tante Anggun ya?" sontak saja, Rio menatap Mamanya dengan tatapan tajam, seolah memiliki dendam. "Ma, Aku gak suka pergi-pergi, hal itu hanya akan membuatku merindukan seseorang." terang Rio pada akhirnya, Reyea tak tahu rindu yang dimaksud oleh putranya? Apakah Rio merindukan Gio? Atau kakek dan neneknya? Entahlah. "Rindu dengan siapa nak?" "Mama tidak pernah berpikir kan' kalau aku butuh kasih sayang Papa." Deg.. Kalimat itu seolah meruntuhkan dinding pertahanan Reyea selama belasan tahun. Baru kali ini, Rio benar-benar mengatakan apa yang menjadi polemik dalam pikirannya. Ternyata, sikap diam Rio adalah bentuk kesedihan dan protesnya selama ini. "Bahkan sampai detik ini aku gak tahu dimana Papa berada. Saat semua orang-orang memamerkan keluarga lengkapnya." terang Rio, Reyea meneteskan air matanya. Memang cukup sedih, mengatakan yang sebenarnya dan Reyea sengaja menutupi itu. Sudah wajar jika putranya itu bertanya akan hal itu, tapi apakah Reyea harus menceritakan semuanya? Yang akan membuat Rio dan Gio membenci Erick? Sungguh, meski disakiti Reyea tidak ingin melakukan itu pada Erick. "Nak, tenanglah papamu ada di.." "Di surga? apa Mama pikir aku bodoh? Aku ini sudah bisa berpikir dengan luas bahkan tahu jika Mama menyembunyikan segalanya. Papa masih ada di dunia ini, tapi entah apa yang membuat Mama menutupi segalanya." Ya, tak bisa dielakkan bahwa putra-putranya adalah anak yang cerdas, pastilah semakin bertambahnya usia mereka mencari keberadaan Papa mereka dan membutuhkan keluarga yang lengkap. Belum lagi, di usia mereka yang memiliki pemikiran yang labil. Reyea hanya bisa meneteskan air matanya, ia bingung harus bersikap apa. Ia takut jika menceritakan semuanya kedua putranya akan menaruh benci kepada Erick. Karena dengan alasan apapun, seorang anak tetap harus berbakti dengan orang tua dan itulah yang ingin Reyea ajarkan kepada mereka. "Nak, suatu saat Mama pasti akan menjelaskan semuanya. Saat ini belum waktu yang tepat, lebih baik kamu tidak perlu memikirkan hal itu." "Jadi begitu? Lebih baik aku mengatakan kepada teman-teman ku kalau aku ini anak yatim? Atau jangan-jangan, Mama mengandungku dengan Gio tanpa seorang pria?" "Rio! Jaga ucapanmu!" bentak Reyea seketika, ia tak menyangka dengan apa yang putranya ucapkan. Setega itukah Rio mengatakan bahwa Reyea ini p*****r? Tidak tahukah putranya itu? Bahwa Papanya pergi karena p*****r? Ya Tuhan, air mata Reyea benar-benar tak bisa terbendung. Ia menggelengkan kepala menatap putranya dengan tatapan tak percaya. "Atas dasar apa kamu mengatakan hal seperti itu? Aku ini Mamamu, yang merawatmu seorang diri. Kamu tidak tahu apa-apa Rio! Mama tidak pernah mengajarkanmu berperilaku seperti itu!" terangnya lalu pergi meninggalkan Rio yang terdiam merasa bersalah. Sikap Rio, pada dasarnya adalah karena iri dengan teman-teman sekelasnya yang menceritakan memiliki keluarga yang lengkap. Berbeda dengan dirinya, bahkan seolah-olah Mamanya itu menyembunyikan sesuatu. Rio hanya takut jika sebenarnya ia lahir dari hubungan terlarang. Rio tidak ingin itu terjadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD