Bagian Ketigabelas

1108 Words
Seannu mungkin tidak sepenuhnya bisa melindungi Chloe setiap saat. Jadi Chloe harus bisa melindungi dirinya sendiri tentu saja. Rekan tim yang lainnya berjalan santai sore ini dan tampak menikmati hal - hal kecil seperti pepohonan menjulang, berbatuan kecil yang bahkan di kotanya pun masih ada di sembarang jalan. Tetap saja keadaan dan suasana kali ini berbeda. Sama seperti Chloe yang menikmatinya. Sangat amat menikmatinya.    Rekan tim yang lain masih bersemangat sampai di satu titik dimana Gibran menghentikan langkah. Semua orang menatap Gibran dengan tatapan aneh, khususnya tim medis.    “Ada apa, Gibran?” tanya seorang perawat di belakang Chloe    Gibran tidak menjawabnya dengan cepat. Tapi prajurit di belakang menjawab dengan pelan.    “Hewan buas?”    Chloe meralat. Bukan menjawab. Lebih ke nada bertanya.    Chloe diam. Dia sudah tidak bisa melangkah lagi ketika suara geraman itu terdengar. Benar - benar seperti berjalan mendekati mereka.    “Semua diam di tempat. Seakan membeku tanpa bergerak. Jika terjadi sesuatu, kita harus tetap bersama. Usahakan. Tetap. Bersama.” Seru Gibran  dengan penuh penekanan.   Chloe menelan air ludahnya sendiri dengan susah payah, mendadak tenggorokkannya menjadi sangat kering. Rasanya, Chloe tidak bisa hidup yang seperti ini. Ini benar - benar menegangkan.    “Wah, makan besar kita malam ini.”    Semua orang menatap siapa yang sedang berbicara. Chloe semakin menegang ketika melihat Seannu yang sedang tersenyum menatap teman di sebelahnya. Sam. Orang dengan perawakan tegap dan tidak pandai menangkap situasi adalah orang yang berbicara ringan tadi.    “Apa?” katanya santai melirik kepada siapa saja yang kini sedang menatapnya.    Dasar prajurit tidak tahu keadaan. Chloe memaki dalam hati.    “Benar juga. Ini akan menjadi makan malam mewah.” Gibran menyahut    “Iya, kalau kita semua selamat,” Seannu berbicara. “Bukan hanya ada kita di sini Gibs.”    Seannu tampaknya mengingatkan Gibran jika mereka semua bukan prajurit lama yang bisa menghadapi situasi seperti ini. Dan bahkan ada orang - orang yang bahkan tidak terbiasa bertahan hidup seperti dirinya dan Seannu.   Gibran tampak mendesah jengah, “benar juga.”    Suara geraman itu semakin mendekat. Rasanya, Chloe bisa merasakan ada yang akan menerkamnya. Chloe menatap sekelilingnya. Dia bahkan tidak tahu asal suaranya dari mana. Dan tentu saja Chloe harus tetap waspada. Chloe tidak percaya semua pria dengan seragam prajurit ini akan bisa menyelamatkan dirinya.     Chloe tampaknya menyadari sesuatu. Geraman itu ada di hutan di samping kirinya. Oleh karena itu, Chloe menatap terus pada pepohonan sebelah kiri dengan keadaan cukup gelap, Chloe masih mampu merasakan akan kehadiran sesuatu disana.    Geraman itu semakin mendekat dan digantikan oleh gerangan kesakitan bersamaan dengan suara senapan yang sedang di todongkan ke arah yang sama dengan tatapan Chloe. Chloe melihat siapa yang menembakkan peluru ke arah yang sedang Chloe lihat, ternyata Seannu yang sedang memegang senapan laras panjang itu.    “Aku rasa kau memiliki feeling yang bagus, Chloe.” Seannu menatap Chloe dengan senyumannya sesaat setelah menurunkan senjatanya tersebut.    Chloe menelan ludahnya lagi, “Sean, bisakah kau menembaknya sekali lagi?”    “Kenapa?”    Tidak siap, semua orang terkesiap ketika harimau hutan itu melangkah ah tidak, berlari cepat mendekati mereka yang seakan mengancam untuk dijadikan makanan.    Mereka semua panik dan lari kesembarang arah. Seannu kembali memasangkan senapannya untuk jarak sedekat itu, pada akhirnya, Chloe yang hanya diam berdiri itu mengeluarkan senjata api yang Seannu berikan. Dan menembaknya di kepala, sebelum sempat menerkam Kia yang ada di depan harimau itu.    Kia sedari tadi memang tidak bisa bergerak. Kakinya serasa terapaku ke dalam tanah. Dia shock. Semua orang yang sempat lari untuk kabur kini berhamburan menatap apa yang terjadi. Menatap bingung bagaimana bisa seorang Chloe langsung mengendalikan senjata yang bahkan baru saja ia terima pagi tadi. Terkejut tentu saja.    Seannu menatap Chloe. Yang di tatap hanya diam, tangannya gemetar lalu tanpa sengaja menjatuhkan pistol yang sudah ia gunakan tadi. Lutut Chloe menjadi lemas. Chloe terduduk di dekat harimau yang menargetkan orang - orang yang mengelilinginya sekarang menjadi makan malamnya.    “Chloe, kau okay?”    Chloe todak menjawab. Dia sekali lagi hanya menatap harimau itu.   “Dia sudah mati, Chloe. Dan kau menyelamatkanku. Lagi.” Sahut Kia yang kini ikut terduduk karena lemas.    “Bukankah aku sudah bilang akan makan besar nan mewah dimalam pertama ini?” kata Sam    ------------------------- Setelah kejadian itu, Chloe dan rekan yang lain memutuskan untuk beristirahat dan membangun beberapa tempat tidur untuk malam ini. Meskipun belum larut malam, Gibran memutuskan untuk mengambil tempat ini untuk bermalam. Melihat kondisi Chloe yang masih saja diam sejak kejadian tadi, Gibran berinisiatif untuk memasang perangkap di sekitar tempat mereka akan tidur nanti malam. Tentu saja dibantu teman - teman prajuritnya.    “Kau sudah baikkan?”    Chloe menerima gelas berisi air putih dan mengangguk kecil menjawab pertanyaan dari Kia.    “Apa aku melakukan kesalahan?” tanya Chloe pelan    “Kenapa?”     “Apakah aku sekarang seorang pembunuh?”     Kia tertawa, “tentu saja tidak. Kau memberikan kami makan besar. Kau tidak perlu menyalahkan dirimu untuk hal ini, Chloe.”    “Kia benar, kau menyelamatkan kita semua. Bisakah kau ajarkan kami menggunakan senjata seperti tadi?” seru seorang perawat.    Chloe menghela nafas, “aku tidak pernah belajar menggunakannya, aku hanya menggunakan instingku.”     “Bagaimana bisa?”    Chloe menaikkan bahunya, dia juga sebenarnya tidak tahu bagaimana bisa. Dia hanya merasa otaknya mengambil alih semuanya waktu itu.    Saat ini pun, Chloe masih saja tidak percaya akan kemampuannya seperti itu. “Bagaimana keadaanmu?” Chloe melihat Seannu yang sedang tersenyum kearahnya. Chloe mengangguk, dia sudah tidak bisa menemukan keberadaan Kia dan yang lainnya. Hanya ada Seannu sekarang di sampingnya. “Aku lupa, ada titipan dari temanmu.” Chloe mengerutkan keningnya. Titipan? Dari temannya? Siapa? Bahkan Chloe sepertinya tidak punya seorang teman “Siapa?” tanya Chloe saat Seannu memberikan sebuah barang kecil dengan layar di depannya “Aku hanya bisa menyalakannya, tidak tahu ini apa dan bagaimana memakainya.” Sahut Seannu kemudian menekan satu bagian di paling atas benda tersebut Layarnya menyala, tampilan putih menyambut mata Chloe. “Kau baik?” Chloe kaget sekaligus senang melihat wajah Orva di layar yang menggantikan warna putih tadi. Chloe menatap Seannu yang kemudian ikut tersenyum juga. Chloe mengangguk menjawab pertanyaan Orva, “bagaimana keadaan gedung?” “Sejauh ini masih terkendali. Masih belum bisa dikatakan kita kalah.” Chloe mengangguk lagi, “apa serangan masih berlangsung?” kali ini Seannu yang bertanya “Ya. Dan tidak separah saat kau pergi. Hampir malam dan kau harus menghemat tenaga dari benda ini. Aku yakin, tidak ada aliran listrik di sekitarmu.” Seannu melihat sekeliling, sudah mulai gelap dan yang lain tengah mengelilingi api unggun yang dibuatnya tadi. Mereka benar - benar makan besar malam ini walaupun harimau tadi tidak terlalu besar namun bisa menjadi makanan mewah. Chloe juga melihat apa yang Seannu lihat. Dia juga mencari jaringan listrik tapi tidak menemukannya. Iya. Tidak akan ada, ini hutan. Apa yang harus diharapkan saat berada di dalam hutan? “Benda ini bisa sampai seminggu untuk dihidupkan, tentu saja jika kau berhemat.” “Kau akan kami hubungi saat keadaan genting dan memberi informasi apapun yang kami dapat dari sini. Kau juga harus melaporkan jika terjadi apa - apa di dalam gedung.” Kata Seannu tegas Chloe dan Seannu melihat Orva mengangguk. Dan kemudian layarnya menjadi hitam. “Makan dan istirahatlah, Chloe. Besok kita akan berjalan lagi.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD