Bagian Keenam

1005 Words
-The New World- "Jadi ini kamarku." Seannu tersenyum melihat Chloe menyisir habis ruang pribadinya Chloe sampai di pintu masuk kamar seorang laki -laki prajurit tanpa teman. Rapi dan tentu saja ini barak laki-laki. Tidak banyak barang. Hanya ada satu kasur, lemari pakaian dan juga kursi panjang. "Apa kau membereskannya dulu sebelum bertemu denganku?" "Tidak." Kata Seannu ringan Chloe menatap Seannu dalam. Memperhatikan jika Seannu berbohong atau tidak. "Aku membereskannya saat di gedung satu ribut." Chloe diam. Tidak mengerti. Dia berjalan ke arah sofa. Lalu meminta penjelasan dari Seannu. Ribut? Gedung satu? Bukankah itu gedung yang Chloe tempati? "Ribut karena ada ahli medis baru." "Siapa?" "Kau tidak kenal dengannya?" Apa yang Seannu bicarakan adalah guru sekolah Chloe? Kia? Seannu berjalan mengikuti Chloe duduk di sofa. "Padahal dia sangat terkenal. Kabarnya bahkan sampai ke gedung ini." Seannu tertawa kecil melihat Chloe tidak paham akan ucapannya, "kau akan mengenalnya besok." "Baiklah." Sahut Chloe pelan "Tidurlah." Ucap Seannu pada Chloe. "Kau. Minggir sana." Chloe mendorong Seannu dengan kakinya.  "Apa?" Seannu tidak paham. "Aku tidur di sini bukan?" Chloe menunjuk sofa di kamar Seannu dengan polos Seannu berdiri lalu melihat Chloe yang sudah berniat untuk merebahkan diri di atas sofa. Dengan cepat Seannu menahan tubuh Chloe. Tangannya dia apitkan di leher Chloe satu dan tangan satu lainnya di belakang lutut. Mengangkatnya dan memindahkannya di kasur. "Bukankah aku sudah bilang akan menempatkanmu di tempat yang lebih baik?" Chloe yang tadi ingin memarahi Seannu bungkam. "Ini adalah tempat baiknya. Kau harusnya beruntung. Hanya aku yang tidur di kasur itu selama setahun ini." Chloe memosisikan tubuhnya, "setahun?" Seannu mengangguk pelan. "Setahun sebelum kesini aku tidur di lantai yang sama denganmu tadi." Seannu menarik nafas. "Gedung ini belum sempurna saat aku datang. Dan masih dalam tahap pembangunan. Untuk itu, aku tidur di sana. Dan rasanya tidak nyaman saat bangun tidur." Chloe mengangguk. "Aku tidak mau kau merasakan yang aku rasakan dulu. Jadi aku menempatkanmu di tempat yang lebih baik." ☘️☘️☘️ Chloe bangun dari tidurnya setelah semalaman berbagi cerita dengan Seannu. Sepertinya Seannu tahu semua kegiatan yang dilakukan Chloe. Sepertinya Seannu selalu tahu apa yang terjadi di rumahnya. Seakan- akan Seannu selalu saja ada di sampingnya. Saat Chloe bertanya bagaimana Seannu tahu, Seannu selalu berkata, nanti kau akan tahu.  Chloe bangun dan terduduk di kasur milik Seannu. Mungkin untuk sekarang, warga kotanya akan tinggal di sini sementara. Selagi menunggu waktu yang ditentukan. Hanya saja Chloe tidak mau membayangkan bagaimana jika nanti gedung ini di serang. Ke mana lagi Chloe dan warga lainnya akan berlari. Mungkin Chloe berharap dia mati saja. Chloe menggelengkan kepalanya kuat- kuat agar pikiran seperti itu tidak hinggap lagi di kepalanya.  Chloe menginjakkan kakinya di lantai kamar milik Seannu. Dingin dan tampak seperti sudah di pel. Tampak bersih dan mengkilat. Chloe bingung, bagaimana bisa kamar laki- laki serapi ini. Chloe kemudian menimang- nimang dia membuka jendela atau tidak.  Di kamar Seannu ada satu jendela yang tertutup gorden dan juga satu pintu untuk kamar mandi.  Chloe biasanya membuka jendela lalu pergi ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.  Apa Chloe boleh membuka jendela? Takutnya, Chloe tidak diperbolehkan membuka jendela karena akan melihat musuh di bawah sana. Chloe mengintip sedikit di balik gorden. Tidak ada siapa- siapa. Hanya ada satu teropong yang sepertinya sudah di setting menunjuk ke suatu titik. Karena Chloe tidak bisa diam saja. Pada akhirnya, Chloe melihat apa yang selalu Seannu lihat.  Dan betapa terkejutnya Chloe, saat Chloe mengintip dengan sebelah mata tertutup pada lensa di dekat matanya, Chloe melihat halaman belakang di rumahnya. Bagaimana bisa? Apakah Seannu selalu seperti ini? "Aku tahu kau akan melakukan seperti biasanya." Chloe terperanjat saat mendengar suara itu. Seannu terkekeh. Lalu membuka gorden lebih lebar. "Selalu membuka jendela setelah bangun tidur." Seannu melanjutkan perkataannya  "Kau melihatnya dari sini?" Seannu mengangguk. "Wah alat ini hebat. Jarak rumahku dan gedung ini sangat jauh." Seannu lagi -lagi mengangguk. "Setelah membuka jendela. Kau akan menyapa penjual roti keliling. Apa aku benar?" Chloe berdecak. Lidahnya berkali- kali berdecak. Kemudian menggeleng- gelengkan kepala. "Jika saja ada peraturan tentang membuntuti orang lain, kau akan dihukum." Seannu tertawa , "sayangnya peraturan itu tidak ada. Jadi aku bisa sepuasnya mengikuti dan membuntutimu." Chloe cemberut. Tidak adil menurutnya. Seannu terlalu egois. Karena bisa- bisanya, Seannu tahu kabarnya tapi Chloe tidak tahu kabar Seannu. "Bukankah kau berjaga di perbatasan? Apa kau melakukan ini setiap hari?" Chloe menunjuk teropong itu. Yang Chloe maksud 'ini' adalah menguntitnya. Seannu menggeleng, "hanya seminggu sekali. Dan itu cukup banyak untukku." Chloe mendengus. "Tidak adil." Ucapnya sambil mendengus pelan "Kenapa?" "Kau tahu keadaanku, tapi aku tidak bisa mengetahui keadaanmu." Chloe berujar sedih. Tentu saja. Chloe sangat merindukan Seannu ketika sendiri. Bahkan hampir tiap hari dia mendoakan agar Seannu tetap panjang umur dan sehat selalu. "Kemarilah." Kata Seannu merangkul Chloe.  Lalu meraih tubuh kecil Chloe ke dalam pelukannya. Chloe sedikit terisak.  "Tenanglah. Aku disini. Tidak akan membiarkanmu sendiri lagi." Kata Seannu menepuk-nepuk pelan punggung Chloe. Chloe seakan tersadar akan sesuatu, dia langsung melepaskan pelukan Seannu. "Kenapa?" Seannu seperti salah tingkah Chloe bingung tapi tetap menjawab karena takut akan terjadi masalah. "Mm.. aku.. aku belum mandi dari kemarin." Chloe menggaruk tekuknya yang sama sekali tidak gatal. Seannu yang tadinya kebingungan kini tertawa ringan. Lalu kembali menarik Chloe ke dalam pelukannya. "Biarkan saja. Aku juga sudah terbiasa tidak mandi lebih dari dua hari." "Jorok." Gumam Chloe di d**a Seannu. Lagi- lagi Seannu tertawa. "Hei. Bagaimana kau bisa berkata seperti itu ketika kau belum mandi." Chloe melepaskan lagi pelukannya. "Aku pinjam kamar mandimu."  Kemudian Chloe masuk ke kamar mandi. Seannu masih saja terkekeh melihat perilaku teman kecilnya itu. Menggemaskan. "Aku akan meninggalkanmu sendiri, turun ke gedung satu setelah kau mandi." "Iya." Sahut Chloe di dalam kamar mandi "Aku menyiapkan baju baru untukmu. Jangan pakai baju itu lagi." Chloe tidak menyahut. Tapi setelah mendengar pintu tertutup, barulah Chloe melakukan ritual mandinya. Chloe mengganti pakaiannya dengan pakaian yang sudah di sediakan Seannu di atas tempat tidur. Baju putih berlengan panjang, lalu celana abu-abu di hiasi kantong kecil-kecil. Untung saja Chloe sempat mengambil beberapa baju dalam sewaktu kabur dari rumahnya kemarin. Chloe turun menuju gedung satu di lantai dasar. Menemukan Seannu yang sedang berjaga. Kali ini Chloe mengikat rambut sebahunya menjadi seperti ekor kuda. Seannu mendekati Chloe saat dia melihatnya. "Kau akan bertemu dengan anggota medis lainnya." "Kenapa?" Tanya Chloe pelan saat beberapa orang berjalan mendekati Seannu dan Chloe. "Selamat siang, Seannu." Seannu mengangguk kecil, "ini gadis yang semalam kau ingin tahu." Ucap Seannu menunjukkan Chloe yang ada di sampingnya "Senang bertemu denganmu, Chloe."  Chloe membalas uluran tangan itu. "Aku Brian. Kepala untuk tenaga medis di sini." Ucapnya lagi, "Kia sudah banyak berbicara tentangmu." Chloe melirik Seannu lalu beralih pada Kia yang tersenyum di belakang Brian. "Jadi, maukah kau bergabung dengan tim medis?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD