Empat Mata

1046 Words
Stella menundukan kepala dengan harapan laki-laki tampan yang sedang berada di depan sana tidak melihat keberadaan dirinya di dalam ruangan ini. Stella benar-benar tidak ingin menunjukan wajah kepada laki-laki tampan itu. Stella berdoa di dalam hati semoga apa yang diinginkan oelh dirinya dapat terwujud saat ini. Namun harapan tinggalah harapan saat laki-laki tampan itu menatap ke arah Stella dengan tatapan penuh tanda tanya. ‘Siapa wanita itu? Perasaan aku pernah melihat wanita itu? Kenapa wanita itu tidak asing buat aku?’ batin Derren sembari berusaha mengingat siapa sosok wanita yang sedang ada di hadapan dirinya. Derren menatap dengan lekat ke arah wanita cantik yang sedang menundukan kepala saat ini. Walaupun wanita cantik itu tidak menunjukan wajah dengan jelas kepada dirinya. Namun Derren masih dapat melihat dengan jelas raut wajah wanita yang tidak asing bagi indera penglihatannya. Derren masih terus memaksa pikirannya untuk mengingat siapa wanita cantik itu karena dirinya benar-benar tidak dapat mengingat tentang wanita itu hingga detik ini. Tak lama kemudian, acara rapat itu selesai dengan beberapa kesepakatan di antara pihak sekolah dan Derren selaku penyumbang dana terbesar di sekolah itu. Stella beranjak dari tempat duduknya hendak melangkahkan kaki bersama Alma yang telah berdiri di samping dirinya. Namun langkah kaki Stella terhenti saat suara bariton yang masih terdengar sedikit asing masuk ke dalam indera pendengarannya. “Apa saya bisa bicara dengan kamu sebentar?” ucap Derren dengan nada pelan melontarkan pertanyaan kepada Stella. Stella dial seribu bahasa lalu mengalihkan perhatian ke arah Alma yang masih berada di samping dirinya. Stella yang merasa bingung dengan semua hal itu memutuskan untuk meminta pendapat kepada sahabatan baiknya itu. Alma yang dapat mengerti tentang arti tatapan Diandra lantas menganggukan kepala yang menandakan jika wanita berparas manis itu meminta kepada Stella untuk memberikan kesempatan kepada laki-laki tampan itu hari ini. Stella mengulas senyuman manis nan hangat ke arah Alma yang telah menjawab isyarat dari dirinya. Stella mengalihkan perhatian ke arah laki-laki tampan yang sedang menatap ke arah dirinya. “Baik Pak. Saya bersedia bicara dengan Pak Derren,” balas Diandra dengan nada dan sikap sopannya. “Apa ibu Stella merasa keberatan jika saya ingin berbicara di sebuah café yang berada tidak jauh dari sekolah ini?” tanya Derren lagi. Stella diam seribu bahasa setelah mendengar apa yang ditanyakan oleh laki-laki tampan itu. Diandra yang merasa yakin berbicara dengan Derren seketika merasa ragu dengan keyakinannya itu. Alma yang tahu jika sahabat baiknya itu sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja lantas menganggukan kepala lagi memberikan dukungan kepada wanita cantik yang sedang berbadan dia itu saat ini. Stella menghela nafas berat untuk menenangkan dan meyakinkan diri sebelum menjawab apa yang diucapkan oleh Derren. Stella menatap dengan lekat ke arah manik mata laki-laki tampan itu untuk menambah keyakinan yang ada di dalam dirinya saat ini. Stella menganggukan kepala ke arah Derren setelah dapat meyakinkan diri dengan jawaban yang akan diberikan oleh dirinya kepada laki-laki yang merupakan ayah kandung dari anak yang sedang berada di dalam rahimnya itu saat ini. “Baik Pak Derren. Tapi tidak lama kan Pak Derren? Saya masih memiliki pekerjaan hari ini. Saya tidak enak kalau meninggalkan pekerjaan terlalu lama,” jawab Stella. “Tidak akan lama. Saya hanya ingin berbicara sebentar. Insha Allah tidak akan mengganggu pekerjaan kamu. Pekerjaan kamu akan aman hari ini. Jika ada yang berani kepada kamu. Kamu tinggal lapor saja kepada saya nanti. Saya akan membantu kamu,” sambung Derren dengan nada tegas tanpa ada rasa ragu sama sekali di dalam hatinya. “Baik Pak Derren,” tukas Stella. Stella dan Derren melangkahkan kaki pergi meninggalkanmu Alma setelah mereka berdua berpamitan kepada wanita manis itu. Ya. Stella yang tidak ingin membuang waktu terlalu lama memutuskan untuk mengikuti apa yang diminta oleh laki-laki tampan itu setelah dirinya sempat berpikir dengan kepala jernih beberapa saat yang lalu. Dukungan dari sahabat baiknya itu juga semakin membuat Stella merasa yakin jika apa yang dilakukan oleh dirinya benar dan tidak salah saat ini. *** “Apa kamu masih ingat dengan saya?” tanya Derren saat mereka berdua telah duduk dan memesan makanan di cafe. Stella menautkan kedua alis saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Derren. Ya. Stella tahu ke mana arah pembicaraan laki-laki tampan itu. Namun Stella dengan sengaja memasang muka polos di hadapan Derren saat ini. “Apa maksud Pak Derren?” tanya Stella balik tanpa menjawab apa yang diucapkan oleh Derren. Senyuman penuh arti saat mendengar apa yang ditanyakan oleh Stella. Tatapan lekat diberikan oleh Derren ke pendar netra berwarna hitam itu untuk mencari tahu sesuatu di dalam sana. “Kamu tidak usah membohongi diri sendiri. Kamu juga tidak usah membohongi saya. Saya tahu kamu sedang berbohong kan? Kamu masih ingat sama saya. Kamu juga masih ingat dengan peristiwa satu malam yang telah terjadi di antara kita berdua beberapa waktu lalu,” jawab Derren berusaha memancing Stella untuk bicara dengan jujur kepada dirinya. Stella diam seribu bahasa saat mendengar jawaban yang diberikan oleh Derren. Stella benar-benar merasa tertohok dengan ucapan laki-laki tampan itu. Tidak ada yang salah dengan semua ucapan Derren. Hal itu membuat Stella merasa terpojok dan tidak dapat mengelak sedikit pun karena Stella bukan seorang ahli untuk berbohong. Stella akan merasa gugup dan grogi jika dirinya sedang berbohong seperti selama ini. Pendar netra wanita cantik itu juga tidak dapat menyimpan kebohongan sama sekali. “Kamu tidak usah merasa kaget karena saya masih dapat mengingat dengan jelas peristiwa yang terjadi di antara kita berdua malam itu. Aku tidak dapat melupakan sedikit pun semua hal itu. Aku berusaha mencari kamu selama ini. Tapi aku tidak menemukan kamu. Aku tidak berhasil menemukan informasi tentang kamu. Aku sudah berusaha meminta tolong kepada anak buah aku untuk mencari kamu. Tapi mereka tidak dapat memberikan informasi apa pun itu tentang kamu. Aku tidak menyerah untuk mencari kamu. Aku juga masih menyimpan anting kamu yang tertinggal di atas kasur hotel waktu itu. Jadi kamu tidak dapat mengelak lagi dengan semua hal itu,” ucap Derren lagi dengan penjelasan panjang dan lebar. Stella membelalakan kedua bola mata dengan sempurna saat mendengar laki-laki itu membahas tentang anting milik dirinya yang sempat dicari dan tidak ketemu beberapa saat yang lalu. Sungguh.. Stella merasa tidak percaya dengan semua yang baru saja didengar oleh dirinya dari laki-laki tampan itu. Semua hal itu selama seperti mimpi bagi dirinya. "Kenapa Pak Derren mencari saya? Bukannya kata Pak Derren saya itu w************n?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD