Malam yang Tak Diharapkan
Stella mengerjapkan mata lalu membuka mata dengan perlahan menyesuaikan pandangannya dengan sinar lampu di dalam kamar. Stella menautkan kedua alis setelah menyadari jika dirinya kini berada di dalam sebuah kamar yang tampak asing. Stella menatap setiap sudut ruangan lalu tatapan mata Stella tanpa sengaja tertuju kepada sosok laki-laki yang kini sedang tidur dengan sangat tenang di samping dirinya. Stella membelalakan mata saat melihat laki-laki itu tidur hanya dengan bertelanjang d**a saat ini. Sontak Stella menatap ke arah dirinya sendiri setelah melihat laki-laki itu.
Duarrrr..
Stella tercengang setelah menyadari jika dirinya kini tidak mengenakan satu helai benang dalam dirinya. Stella berusaha mengingat peristiwa apa yang baru saja di alami oleh Stella malam tadi. Tampak raut wajah takut dan kecewa Stella menjadi satu setelah Stella dapat mengingat peristiwa yang terjadi kepada dirinya malam tadi.
Ya. Stella menghadiri acara perpisahan siswa kelas tiga di sebuah hotel dimana tempat acara itu diselenggarakan seperti tahun sebelumnya. Stella datang bersama dengan sahabat baiknya Alma malam tadi. Stella mengingat jika dalam acara itu Stella hanya meminum jus jeruk dan menikmati camilan kue. Stella tidak merasa makan makanan yang aneh malam itu. Namun Stella merasa pusing di kepalanya setelah meminum jus jeruk yang diberikan oleh Dita salah satu rekan kerjanya malam tadi. Stella tidak dapat mengingat apa-apa lagi setelah kepalanya merasa pusing dan tubuhnya ambruk malam tadi.
“Kamu sudah bangun?” ucap laki-laki yang tidur di samping Stella dengan suara serak khas orang bangun tidur.
Stella terkesiap saat mendengar suara bariton yang masih tampak asing di gendang telinganya saat ini. Sontak Stella menyadarkan diri dari lamunan dan menoleh ke arah samping dimana laki-laki itu kini sedang duduk sembari menatap ke arah Stella dengan tatapan dingin.
“Anda siapa?” tanya Stella dengan nada takut.
“Saya tidak suka berkenalan dengan orang asing. Tapi karena kamu telah memberikan service luar biasa kepada saya malam tadi. Saya akan memberi tahu siapa saya. Saya pasti akan membutuhkan service dari kamu lagi. Saya benar-benar merasa puas dengan pelayanan dari kamu. Saya tidak menyangka jika kamu masih virgin. Saya Derren. Derren Alexander William. Terima kasih telah menjadikan saya sebagai orang pertama untuk menikmati service kamu yang luar biasa malam tadi,” jawab laki-laki yang bernama Derren itu.
Plak..
Stella menampar dengan cukup keras wajah laki-laki yang bernama Derren itu. Sungguh.. Emosi Stella memuncak setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Derren kepada dirinya saat ini. Stella yang masih tidak mengerti dengan apa yang telah terjadi kepada dirinya malam tadi dapat mencerna apa yang diucapkan oleh laki-laki itu.
“Jaga ucapan Anda. Saya bukan wanita seperti apa yang ada dalam pikiran Anda!” hardik Stella.
Derren mengusap wajah yang ditampar dengan cukup keras oleh wanita yang kini berada di hadapan dirinya. Tamparan dari wanita itu tidak terasa apa-apa bagi Derren yang memiliki tubuh kekar dan berotot. Namun Derren merasa semakin tertantang dengan wanita yang kini masih berada di hadapan dirinya itu.
“Jangan pura-pura menjadi wanita suci Nona. Saya tahu kamu membutuhkan uang kan Nona. Kamu menawarkan tubuh kepada laki-laki seperti saya hanya demi uang kan Nona?” sambung Derren dengan nada dingin.
“Saya bukan wanita seperti apa yang ada dalam otak kotor Anda!” Stella hendak bangkit dari tempat tidur, namun Stella menghentikan gerakan tubuhnya saat merasakan rasa perih di tubuh bagian intinya saat ini.
Stella menggigit bibir bawahnya berusaha untuk menahan rasa perih di tubuh bagian intinya. Namun Stella tidak sanggup saat satu rintihan lolos dari bibir ranum Stella saat ini.
“Jika membutuhkan bantuan lebih baik bilang saja. Jangan pura-pura menjadi wanita kuat di hadapan saya. Jangan pernah menggigit bibir bawah kamu jika sedang berada di hadapan saya. Saya akan memakan kembali kamu jika kamu masih masih menggigit bibir bawah kamu di hadapan saya. Bibir kamu sangat manis. Saya sangat menyukai bibir kamu ini,” tukas Derren sembari menyentuh bibir Stella yang tampak sedikit membengkak akibat permainan panas yang dilakukan oleh Derren di bibir Stella malam tadi.
Plak!
Lagi dan lagi Stella memukul tangan Derren untuk menyingkirkan tangan Derren yang kini berada di atas bibirnya. Stella menatap dengan tatapan menghunus tajam ke arah Derren.
“Saya tidak butuh bantuan Anda! Saya bisa sendiri!” ucap Stella dengan nada naik satu oktaf.
Stella berusaha bangkit dari tempat duduknya dengan perlahan sembari menutup tubuhnya dengan melibatkan selimut. Stella berjalan dengan langkah kaki perlahan sembari menahan rasa sakit di tubuh bagian intinya itu.
Derren membiarkan wanita yang belum diketahui namanya itu berjalan menuju ke kamar mandi dengan langkah kaki tertatih saat ini. Derren menatap dengan tatapan yang sulit untuk diartikan kepada Stella yang kini telah berada di depan pintu kamar mandi hotel dimana Derren dan Stella menginap saat ini.
Stella mengguyur tubuhnya dengan air yang mengalir dari shower. Stella membersihkan tubuhnya dengan kasar setelah melihat banyak jejak merah yang ditinggalkan oleh Derren. Stella menangis di bawah guyuran air pagi ini. Stella merasa telah menjadi wanita paling kotor di dunia karena Stella kini tidak suci lagi. Stella telah kotor. Harta paling berharga yang selama ini dipertahankan oleh Stella telah direnggut oleh laki-laki yang belum di kenal oleh Stella. Bahkan Stella baru pertama kali bertemu dengan laki-laki itu. Stella mengabaikan rasa sakit di tubuh bagian intinya. Rasa sakit di hati lebih terasa daripada rasa sakit di tubuh bagian intinya saat ini.
Pikiran Stella berkecamuk pagi ini. Bagai Stella akan menjelaskan kepada kedua orang tuanya? Bagaimana jika Stella hamil? Stella mengusap wajah dengan kasar saat mengingat tanggal terakhir Stella datang bulan. Stella tampak frustasi data menyadari jika masa subur Stella tepat dimulai hari ini hingga lima hari ke depan.
‘Semoga aku tidak hamil Ya Allah.’ Stella berdoa dalam hati di tengah rasa takut yang melanda dalam dirinya.
Stella beranjak menuju ke dalam bath up yang besar dan luas setelah mengisi bath up dengan air hangat. Stella merendam tubuh agar terasa lebih tenang pagi ini. Sakit. Stella merasa sakit di tubuh dan hatinya saat ini. Namun Stella juga tidak dapat berbuat apa-apa saat ini. Semua sudah terjadi dan tidak mungkin kembali lagi. Penyesalan juga tidak akan menghasilkan apa-apa. Semua hanya akan terasa sia-sia bagi Stella setelah semuanya terjadi dalam hidupnya. Stella hanya berusaha untuk tegar menerima semua jalan takdir yang telah ditetapkan oleh Tuhan kepada dirinya saat ini.