Satu bulan kemudian..
Adzan subuh yang berkumandang menjadi alarm alami bagi Stella setiap pagi. Stella mengerjapkan mata dengan perlahan menyesuaikan pandangan dengan cahaya lampu kamar yang bersinar dengan terang pagi ini. Rasa mual seketika mendera kala Stella telah membuka mata hendka beranjak dari tempat tidur menuju ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu saat ini. Tidak hanya rasa mual yang kini mendera dlama diri Stella. Kepala Stella terasa pusing saat Stella hendak berjalan menuju ke arah kamar mandi. Stella bersandar di dinding kamar sembari mengatur nafas dengan perlahan.
Huek..
Stella tidak sanggup lagi menahan rasa mual yang semakin mendera dalam dirinya. Stella berjalan menuju ke dalam kamar mandi sembari berpegangan ke dinidnhy kamarnya.
Huek..
Huek..
Huek..
Stella memuntahkan cairan bening dari dalam mulutnya ke wastafel lalu Stella memutar kran air wastafel untuk membersihkan muntahannya pagi ini. Stella memegang perut yang masih terasa mual setelah Stella memuntahkan cairan dari dalam perutnya pagi ini.
Stella menengadahkan kepala menatap ke cermin yang berada di hadapan dirinya saat ini. Wajah pucat Stella menjadi pemandangan pertama Stella di sana. Stella kali memuntahkan cairan bening saat merasakan perutnya kembali bergejolak untuk yang kesekian kalinya pagi ini.
“Aku kenapa sih pagi ini? Perasaan aku tidak salah makan tadi malam?” tanya Stella kepada dirinya sendiri sembari menatap ke arah cermin setelah membersihkan mulutnya dengan air.
Setelah merasa tubuhnya lebih baik, Stella mengambil air wudhu sebelum melaksanakan sholat subuh pagi ini.
***
Huek..
Stella merasa mual saat menghirup aroma parfum yang dikenakan oleh Alma sahabat baiknya sejak sekolah itu. Sementara itu, Alam menautkan kedua alis data melihat sikap Stella yang aneh pagi ini. Alma uduk di kursi kerja yang berada di samping Stella lalu menatap ke arah Stella dengan tatapan penuh selidik saat ini.
“Kamu kenapa Stella? Apa kamu sakit Stella?” tanya Alma.
“Apa kamu ganti parfum Alma? Kenapa parfum kamu wanginya tidak enak sekali sih Alma? Bikin aku mual sama wangi parfum kamu itu Alma.” Bukan menjawab pertanyaan Alma. Namun Stella melontaekan pertanyaan kembali kepada Alma.
Alma menautkan kedua alis mendengar ucapan Stella. Sontak Alma menyentuh kening Stella dengan menggunakan punggung tangannya.
“Sehat,” gumam Alma.
Stella menyingkirkan tangan Alma yang masih berada di atas keningnya saat ini. Stella menatap Alma dengan tatapan menghunus tajam. “Kamu pikir aku sakit iya Alma? Aku sehat walafiat Alam. Aku waras dan bergas Alma.”
“Alhamdulillah.. Kalau kamu sehat dan waras Stella. Aku hanya takut kamu sakit Stella. Habis kamu bertanya dengan pertanyaan aneh dan tidak masuk akal ke aku hari ini,” sambung Alma.
Stella mengernyitkan dahi mendengar ucapan Alma. “Pertanyaan tidak masuk akal bagaimana? Pertanyaan yang mana yang tidak masuk akal Alma?”
Alma tidak menanggapi ucapan Stella kali ini. Alma membuka tas kerjanya lalu Alma mengeluarkan parfum yang selalu dibawa kemana pun Alma pergi itu. Alma menunjukan parfum yang masih banyak isinya kepada Stella.
Stella seketika menyingkirkan botol parfum milik Alma saat rasa mual kembali mendera dalam dirinya setelah menghirup aroma parfum milik Alma kali ini.
“Kenapa juga kamu pakai mengeluarkan parfum itu Alma? Aku mual menghirup aroma parfum kamu itu Alma. Tidak wangi. Bacin,” tukas Stella.
Alma menatap dengan tatapan penuh tanda tanya ke arah Stella. Ada yang aneh dalam diri Stella hari ini bagi seorang Alma yang telah mengenal Stella dalam waktu lama itu. Sontak Alma memberanikan diri bertanya kepada Stella tentang apa yang ada dalam benak Alma sejak melihat keanehan dalam diri Stella pagi ini.
“Kapan kamu terakhir datang bulan Stella?” tanya Alma dengan tatapan penuh selidik kepada sahabat baiknya itu.
Stella tercengang dengan pertanyaan dari Alma. Stella menatap ke arah Alma dengan tatapan menuntut penjelasan dari sahabat baiknya itu. “Apa maksud kamu Alma? Aku bulan ini belum datang bulan Alma. Kenapa kamu bertanya aku sudah datang bukan apa belum Alma?”
Duarrrr..
Alma terkesiap mendengar ucapan Stella. “Apa kamu pernah berhubungan badan dengan laki-laki bulan kemarin Stella? Kapan kamu terkahir datang bulan?”
Pertanyaan Alma berhasil mengingatkan Stella dengan masa lalunya satu bulan yang lalu dimana Stella tidur dengan laki-laki yang bernama Derren. Bahkan Derren telah mengambil kesucian yang selalu dijaga oleh Stella selama ini.
Alma menautkan kedua lais melihat Stella diam seribu bahasa tanpa menjawab pertanyaan dari dirinya. Banyak tanya dalam Alma tentang apa yang kini sedang berada dalam pikiran sahabat baiknya itu.
Alma menyentuh tangan Stella dengan lembut. “Stella.. Area you oke?”
Stella tersadar dari lamunan saat mendengar suara lembut yang tidak asing mengalun dengan lembut di gendang telinganya. Sontak Stella menatap ke arah sumber suara dengan mata berkaca-kaca saat ini.
Alma semakin bertanya dengan apa yang kini sedang terjadi dalam diri Stella. “Apa ada yang kamu sembunyikan dari aku belakangan ini Stella? Apa ada yang ingin kamu ceritakan sama aku, Stella?”
Stella menghamburkan tubuh ke tubuh Alma sembari terisak kecil. Beruntung suasana kantor sedang sepi sehingga tidak ada yang melihat dan mendengar apa yang dibicarakan oleh Stella dan Alma pagi ini. Ya. Stella dan Alma hari ini tidak ada jam mengajar pertama sehingga mereka tetap berada di kantor guru menunggu jam mengajar mereka hari ini.
Alma mengurai dekapan dari Stella lalu menghapus buliran kristal bening yang menetes di wajah cantik sahabat baiknya itu. “Setelah mengajar kita akan membahas ini lagi iya Stella. Kamu hapus air mata kamu sekarang. Sebelum ada yang melihyanya Stella. Sebentar lagi bel pergantian jam dan pasti guru yang lain masuk ke knatir. Aku siap mendengarkan cerita kamu nanti.” Alma memberikan tisu kepada Stella untuk menghapus buliran kristal bening yang masih menetes di wajah Stella pagi ini.
Stella menganggukan kepala menanggapi ucapan Alma. Stella menghapus buliran bening di wajah setelah mengambil tisu yang diberikan oleh Alma.
“Terima kasih iya Alma. Aku minta maaf jika aku menutupi sesuatu sari kamu. Aku minta maaf jika telah mengingkari jani persahabatan kita dulu Alma,” ucap Stella.
Alma mengulas senyuman manis di wajah ke arah Stella. “Iya Stella. Tidak masalah kok Stella. Aku dapat memahami itu Stella. Mungkin kamu memiliki alasan sendiri kenapa kamu belum menceritakan apa yang telah terjadi kepada kamu bukan lalu. Aku tidak marah kok Stella. Kamu rapikan wajah kamu dulu Stella. Sebentar lagi guru yang lain pasti masuk ke kantor Stella.”
“Iya Alma. Terima kasih,” balas Stella.
“Iya Stella,” tukas Alma.
Stella melangkah menuju ke dalam kamar mandi yang terletak di dalam kantor guru untuk merapikan riasan di wajah dirinya. Sementara itu, Alma menatap punggung Stella dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
Tak lama kemudian, bel pergantian pelajaran berdering dengan nyaring. Beberapa guru masuk ke dalam kantor guru saat ini. Beruntung Stella telah merapikan riasan di wajah sehingga tidak ada yang mencurigai jika dirinya baru saja menangis pagi ini.
“Aku masuk kelas dulu iya Stella. Kita bicarakan lagi nanti. Kamu sabar iya Stella..”