Pas pada pukul satu siang itu, mata mengantuk. Karena pas istirahat, jajannya banyak. Udah gitu, malah di kasih pelajaran biologi.
Bu mawar, sedang menerangkan di depan sampai mulutnya terlihat berbusa. Tapi sepertinya, anak-anak malah sibuk sendiri. Ada yang mengintip ponselnya di kolong meja. Berharap doi balas pesan, atau lihat akun medsos artis kesukaan. Misalnya exo, bigbang, atau artis drama korea seperti Song joong ki, Hyun Bin, Ji Chang_Wook, dan yang lainnya.
Atau ada yang melukis asal. Misal, menulis wajah Bu Mawar, tapi hasilnya bukan Bu mawar. Entah apa yang mereka lukis. Karena yang terlihat seperti adalah gambaran iblis yang bertanduk. Karena usul punya usul. Bu mawar ini galak. Jadinya mereka mengibaratkan, kalau Bu Mawar ini, seperti iblis yang bertanduk.
Lalu ada juga yang kepalanya manggut-manggut. Seolah ia mengerti apa yang tengah di jelaskan oleh Bu Mawar. Namun yang terjadi tidaklah seperti itu. Dia manggut-manggut karena menahan kantuk.
Seperti yang dilakukan Kayla saat ini. Kepalanya manggut-manggut, bahkan hampir menabrak meja di depannya. Tidak sadar, kalau Bu Mawar mulai memperhatikannya.
Tak! Tak! Tak!
Bu mawar memukul papan tulis dengan mistar panjang. Tentu saja hal itu, membuat Keyla mengerjap. Seolah nyawanya akan melayang detik ini juga. Kagetnya, seperti ia terpleset, kemudian hendak masuk ke dalam sumur ular.
"KAYLA! SEBUTKAN CIRI-CIRI HEWAN COELENTERATA!"
Deg!
Bukannya menjawab. Kayla malah mengucek kedua matanya.
"Ap-apa Bu?"
Gadis itu malah kembali bertanya. Membuat Bu Mawar gemas. Lalu sorakan dari seisi kelas.
"Huuuuuu!"
Tak!Tak!
"DIAM! SEMUANYA!" Tegas Bu Mawar pada murid yang berisik itu. Kemudian kembali menatap pada Keyla.
"Keyla! Sebutkan ciri-ciri hewan coelenterata!"
Keyla melirik ke kiri dan ke kanan. Berharap mendapat bantuan. Namun tatapannya malah bertemu dengan Kay. Laki-laki itu menatapnya datar, dan seperti biasa terlihat menyebalkan.
Kayla bingung. Karena ia memang sama sekali tidak menyimak apa yang tengah Bu Mawar bahas.
"KAYLA!" Panggila Bu Mawar lagi.
Dan Kayla malah nyengir kuda. "Duh Bu, saya lupa lagi."
Kemudian...
"Huuuuuu!" Lagi, sorakan dari teman sekelas Kayla. Membuat gadis itu melirik tajam.
Dasar temen k*****t!
Rutuk Kayla di dalam hatinya.
Bu Mawar menggeleng jengah, "Ada yang bisa? Kay kamu bisa?" Bu Mawar bertanya pada Kay.
Kay mengangguk, "Bisa Bu."
"Silahkan dijawab."
Kay menjawab pertanyaan Bu Mawar. Namun sebelum itu. Ia melirik ke arah Kayla, seolah meminta persetujuan. Dan si gadis yang diminta persetujuan malah membuang tatapannya.
Kay senyum geli, kemudian ia mulai berkata,"Ciri-ciri hewan Coelenterata adalah, diploblastik selomata, tubuh simetri radial, memiliki lapisan semacam jeli yang dinamakan mesoglea, memiliki rangka luar (eksoskeleton), organ pencernaan dengan rongga gastrovaskuler, mulut dan a**s terdapat dalam satu lubang dan memiliki tentakel yang dilengkapi dengan sel-sel penyengat (knidoblas)!"
Kay mengakhiri kalimatnya. Hal itu membuat Bu Mawar tersenyum puas. "Nah, itu namanya anak saya, keren. Kamu bisakan, seperti Kay?" ujar Bu Mawar pada Kayla.
"Enggak bisalah Bu. Kay itu laki-laki, masa saya harus seperti Kay?"
Jawaban Kayla yang menyebalkan. Membuat Bu Mawar menggeleng pasrah.
"Ya sudah, kita lanjutkan pelajarannya. Dan kamu Kayla, pergi ke toilet. Cuci muka kamu!"
"Iya Bu," Kayla berdiri, kemudian berjalan keluar kelas.
***
Kay menatap gadis itu dari bangkunya. Tanpa bisa di tahan kedua bibirnya tertarik ke samping.
"Gue sih udah paham. Gimana tingkah lo saat lihat tuh cewek!" celetuk Regi, membuat Kay memberikannya hadiah pelototan.
"Apaan sih lo?"
"Nah, itu, lucunya. Kalau gue tuduh lo suka doi, lo ngambek gak jelas. Padahal, nih ya. Sikap lo yang kaya gitu tuh, udah ngejelasin. Kalau lo suka sama si Kayla."
Merasa di sudutkan, Kay menyikut perut sahabatnya itu.
"Auwww!"
Teriakan Regi membuat Bu Mawar menatap padanya. "Ada apa Regi?"
Regi meringis, "Kay, Bu. Dia nyikut perut saya!"
Sudah kesal tambah kesal, Regi ini mulutnya memang tidak bisa di amankan. Kay melirik dengan tatapan membunuh. s**l saja dia, kalau berurusan dengan temannya itu.
"Ada apa Kay? Kenapa kamu nyikut perutnya Regi?" pertanyaan Bu Mawar beralih pada Kay.
"Eh, Itu..."
"KAY SUKA SAMA KAYLA BU!"
Teriak watados Regi. Membuat Kay menggeleng jengah, kedua matanya terlihat mendelik. Ingin sekali ia membunuh temannya itu kalau tidak dosa.
"Hah!" Bu Mawar kaget.
"Eh, dia bohong Bu. Dia..."
"Huuuuuuu!" Sorakan ramai dari teman sekelas Kay, membuatnya benar-benar kikuk dan mati kutu. Sungguh luar biasa sahabatnya Kay ini. Lihat saja, Kay tidak akan mengajaknya bicara tujuh hari tujuh malam.
"Masih sekolah tidak boleh pacaran! Itu namanya mengganggu!" tambah Bu Mawar lagi,
"Eh, enggak ko Bu." Kay mendesah kesal. Ingin sekali ia meremukan tulang belulangnya Regi saat ini.
"Ok, kita kembali belajar. Kay, tolong ambilkan buku saya di kantor!"
Kay yang masih kesal pada Regi, merasa terselamatkan. Kemudian dengan bernapas lega. Ia beranjak menuju ke luar kelas.
***
Di luar, Kayla baru keluar dari toilet. Mukanya terasa segar. Tidak seperti tadi, gadis itu berjalan dengan bernyanyi kecil di kedua bibir mungilnya.
"La!" Panggilan Rangga, laki-laki itu menghampirinya.
"Eh, Kak Rangga, ada apa?"
"Kamu dari toilet?"
"Heem, ngantuk banget. Masa tadi gue di tanya sama Bu Mawar, eh, malah molor. Jadinya disuruh ke toilet."
"Kebiasaan emang!" Rangga mendorong pelan kening gadis itu gemas.
Kayla terkekeh, "Ya habis gimana, kalau udah jajan itu bikin ngantuk."
"Kalau gitu enggak usah jajan!"
"Kalau gak jajan, laper, Kak."
Sekarang giliran Rangga yang terkekeh. "Oya, pulang sekolah mau bareng lagi gak?"
Kayla sejenak berpikir, "Mmm... gak tahu deh, lihat entar aja ya?"
Rangga mengangguk, "Ok, tapi gue tungguin di depan parkiran lho."
Keyla menggigit bibir bawahnya, "Eh, tapi..."
"Sampai nanti." Rangga segera beranjak. Menyisakan kebingungan di hati Kayla. Sejenak gadis itu menatap punggung tegap milik Rangga. Kemudian melanjutkan langkahnya, namun belum banyak ia melangkah, ia kembali menghentikan langkahnya. Ketika Kay sudah berdiri dan menatap padanya.
Mereka bertatapan beberapa detik. Tidak ada yang mereka bicarakan. Tapi tatapan Kay ini terlihat marah. Entah apa sebabnya, karena Kayla sama sekali tidak mengetahui alasannya. Kayla Bingung, namun hampir saja ia bertanya. Kay, malah melewatinya dengan wajah muram.
Lo tuh kenapa lagi si Kay?
Kayla beranjak. Dan menuju kelas.
***
Sepulang sekolah, benar saja. Rangga menunggunya di parkiran. Kayla menghampirinya.
"Eh, Kak Rangga?"
"Gue udah nungguin lho,"
Kayla mengusap rambutnya yang di terpa angin. "Gue enggak ikut pulang bareng deh, kayanya."
"Kenapa?"
"Mau nyuci mobil, Kak."
"Nyuci mobil?"
Kayla mengangguk. "Di sana!" Kayla menunjuk tempat pencucian mobil, yang tempatnya berada di seberang jalan.
Rangga ikut menatap pada arah telunjuk Kayla. "Oh, lo kerja di sana?"
Kayla mengangguk, "lumayan Kak. Ya udah, gue ke sana dulu ya, takut si Bapaknya udah nungguin."
Rangga mengangguk, dan hanya bisa menatap punggung ramping itu pergi. Kayla itu berbeda, dia tidak seperti gadis lainnya.
Di saat mereka para gadis sibuk dengan dandan di toilet, biar pulang tetap terlihat kinclong. Kayla malah pergi bekerja, rela berkeringat dan di terpa matahari.
Rangga tersenyum tipis. Kemudian segera menyalakan motornya. Dan membawanya keluar area sekolah.
Di sudut lain, dua orang gadis melihat sikap rangga pada Kayla tadi. "Lo marah gak tuh, lihat doi lo malah nungguin cewek lain pulang?"
Tanya temannya Nilam. Dan Nilam, ia hanya terdiam dengan tatapan kecewa ke arah Rangga.
"Dia bilang tadi ada les. Makanya, ketika gue ajak pulang bareng, dia nolak." ungkap nilam.
"Tapi kenyataannya, malah ngajak cewek lain?!" temannya Nilam terlihat kesal. "Kita bully besok tuh, cewek."
Nilam terdiam. Namun isyarat tatapannya seolah mengiyahkan apa yang dikatakan temannya tersebut. Kemudian mereka melanjutkan langkahnya.
Dan tepat sekali dari belakang kedua gadis itu. Kay bersama Lysa berjalan. Menuju parkiran.
"Kay, kamu kenapa?" tanya Lysa. Kay memang terlihat terdiam.
Kay menggeleng, "Enggak ko, ayo." Kay menarik tangan gadis itu dan membawanya ke arah motornya.
***
Kayla terlihat semangat. Meski keringatnya sudah bercucuran. Sesekali ia mengusap keringatnya itu oleh punggung tangannya.
Jam sudah menunjukan pukul empat sore. Dan mobilnya masih tersisa satu lagi. Gadis itu tersenyum, berarti satu jam lagi dia akan pulang.
Karena mencuci satu mobil, memang membutuhkan satu jam. Jadi, kalau mencuci tiga mobil. Berarti Kayla membutuhkan waktu tiga jam.
Tapi tidak apa-apa. Kayla senang, ia bisa mewujudkan keinginannya dengan hasil keringatnya sendiri.
Setelah berhenti beberapa saat. Kayla kembali mencuci mobil dengan semangat. Tanpa ia sadari, seseorang tidak jauh dari sana, memperhatikannya. Tidak! Sejak ia pulang sekolah, setelah ia mengantarkan Lysa pulang. Ia memang memperhatikan gadis itu.
Kay menarik napas dalam. Ia melihat jam pergelangan tangannya. Sudah tiga jam, apa gadis itu tidak cape?
Lagi, ia menarik napas cemas. Sebenarnya, ini bukan urusan Kay. Tapi entah kenapa, melihat gadis itu lelah seperti itu. Kay merasa kesal sendiri, repot sendiri, dan tidak rela!
Semakin lama ia berdiri di sana melihat gadis itu. Semakin tebal rasa cemas yang ia rasa. Kay frustrasi, sehingga saat ini tanpa ragu, ia berjalan cepat ke arah Kayla.
Yang di hampiri merasa ada yang memerhatikan. Hingga ia memutar dirinya, dan tatapannya bertemu dengan Kay.
Kay terus melangkah, hingga berhenti tepat di hadapan gadis itu. Tetap menatapnya, dan tidak mau berhenti.
Kayla merasa risih, ia pun bertanya."Ada apa Kay?"
Kay masih terdiam. Kedua telapak tangannya mengepal erat. Lalu...
"Pulang sama gue!"