Sweet Enemy
"Kay datang!"
"Masa?"
"Suer!"
"Ya Tuhaaannn... Kay kuh!"
"Kay gue kali,"
Ini sudah biasa, mereka para gadis Mutiara akan berbisik aneh, seraya berlari saling mendahului ke arah gerasi. Hanya untuk melihat cowok yang di gosipkan memarkirkan motor kerennya. Lalu si tampan akan membuka helm yang dikenakan sambil merapikan rambut menawan yang sedikit acak-acakan karena helm yang dipakainya.
Aktivitas ini sebenarnya biasa saja. Semua cowok pasti melakukannya. Tapi Kay Abigel Hardinata beda, bagi para cewek Mutiara Bangsa. Aktivitas itu adalah hal terindah yang memanjakan mata.
Kay itu walau cuma mengusap kepalanya sendiri, walau cuma merapikan sedikit rambutnya, dia... seperti sedang menggoda imannya. Tidak perlu buka baju untuk memperlihatkan perut six pack nya agar para cewek mengeluarkan air liurnya. Tidak perlu memperlihatkan senyum nakal, agar para cewek berhenti berkedip. Karena dengan begitu saja, Kay sudah terlihat menawan.
Mereka para gadis itu akan menatap tanpa jeda dan koma, bahkan sampai mulutnya menganga. Beruntung di Mutiara bersih, jadi tidak ada lalat nakal yang berkeliaran. Kalau ada, akan bahaya sekali. Karena lalat itu akan masuk pada mulut salah satu gadis tersebut.
Mereka memang gila pada Kay. Mereka amat memuja laki-laki itu. Berbeda sekali dengan pandangan seorang gadis yang saat ini sedang berdiri di koridor. Dia memang menatap Kay, tapi tidak mupeng seperti mereka. Tatapannya datar kemudian memutar kedua bola matanya jengah, seperti biasanya. Lalu ia akan pergi setelah berkata pelan,
"Najis!"
Dan si tampan, dia akan tersenyum ketika mengetahui siapa gadis yang mengabaikannya itu. Dia akan bergegas menghampirinya, mengabaikan para gadis yang sedari tadi menatapnya lapar. lalu...
"Hay, cewek tukang kentut!"
Kay berjalan cepat, dan mensejajarkan langkah mereka. Membuat si cewek kesal dan menghentikan langkahnya.
"Apa!" Bentaknya dengan kedua mata yang mendelik. Ini sudah biasa, kayla atau yang bernama lengkap Kayla Monika itu selalu mempunyai pandangan yang berbeda pada Kay. Baginya, Kay itu menyebalkan.
"Biasa aja keles! Mata lo tuh gak cantik! Jadi gak usah digaya-gayain kaya gitu!"
"Dan gue emang gak peduli ya, dan itu bukan urusan lo!"
"Dih, gitu aja marah, dasar cewek bau kentut!"
Kayla yang hampir pergi menghentikan langkahnya, gadis itu kembali berbalik menatap sang lawan bicara.
"Ngomong sekali lagi!"
"Bau kentut!"
"Ikhhh!" Kayla mulai bergilya dan memukul laki-laki itu secara membabibuta. Membuat Kay meringis dan berdecak kesal.
"Berhenti! Sakit tahu!" Kay meraih kedua tangan gadis itu erat. Sehingga gadis cantik di depannya terhenti dengan cebikan kesal di kedua bibir manisnya.
"Lepas!" merasa kesal dan tak berdaya, Kayla menarik tangannya kuat, "Pergi sana!" usir Kayla, setelahnya.
"Ya mendingan pergi lah, dari pada deket sama cewek tukang kentut kaya lo! Ikhhh, bau!" Kay dengan menyebalkannya menutup kedua lubang hidungnya. Kemudian pergi seolah saat ini Kayla memang sedang kentut.
Merasa kesal dan terhina. Kayla melepas sepatunya, lalu di lemparkan pada punggung tegap itu.
Bughh!
Punggung Kay terasa ngilu. Akibat sepatu yang menghantamnya. "Eh, ni bocah!" Kay membalikan dirinya, dan menatap sinis.
"Mampus lo!" Ujar Kayla puas. Kemudian hendak mengambil sepatu yang di lemparkan tadi. Tapi Kay dengan cepat mengambilnya. Dan di lemparkan ke atas genting. Sehingga si cantik sama sekali tidak bisa menggapainya.
Tentu saja hal itu membuat Kayla kalang kabut. "Sepatu gue!"
Kay tertawa ngakak, "Ambil sono!"
"Balikin sepatu gue!" Kayla meraih ujung jaket almamater yang di gunakan Kay.
"Ogah! Ambil sana!"
"Balikin!"
"Ogah! Males gue, dasar cewek tukang kentut!"
"Balikin!"
Mereka memang selalu seperti itu. Kedua mahluk ber-lainan jenis ini selalu berisik di mana pun mereka berada. Baik Kay, maupun Kayla mereka tidak mau mengalah.
Masalahnya kecil sih sebenarnya, dulu Kayla memang pernah kentut di depan laki-laki itu secara tidak sengaja. Tapi dasar Kay, dia jadi sering meledek gadis itu dengan panggilan memalukan.
Sehingga sampai saat ini Kayla amat membenci laki-laki bermulut tidak sopan tersebut. Dan membuat mereka sering adu mulut. Bahkan semua murid Mutiara dan para guru sudah tahu, kalau kedua manusia itu memang tidak pernah akur. Bagi Kayla, Kay itu manusia nomor satu yang patut di hindari. Wajahnya boleh saja tampan. Tapi kelakuannya menyebalkan nyaris seperti setan.
Mereka terus saja berisik, tanpa sadar para murid yang lain sudah siap menonton seperti biasanya.
"Ogah!"
"Balikin!"
"ENGGAK!"
"BALIKIN SETAN!"
"Dih, mulutnya!"
"Bodo amat! Balikin!"
"OGAH!"
"BALIKIN!"
"OG..."
"KAY ABIGEL HARDINATA! KAYLA MONIKA! BERHENTI KALIAN!"
Teriakan Bu Endang. Membuat keduanya menatap secara bersamaan. Dengan harap-harap cemas. Karena mereka sudah paham. Apa yang akan dilakukan Bu Endang. Jika melihatnya bertengkar seperti itu.
Tentu saja, lapangan dan toilet kotor sudah menantinya.
"Kalian ngapain?" Bu endang mendekat. Beliau memang sudah sangat hapal, seperti apa kedua muridnya itu.
"Sepatu saya di lemparin ke atas genting, sama si jalangkung Bu!"
Tuduh Kayla pada Kay, dengan panggilan khususnya. Yaitu JALANGKUNG! Kenapa Kaylah memberikan panggilan manis itu?
Karena menurutnya, Kay itu persis seperti jalangkung. Selalu ada di mana saja, dan mengganggu dirinya. Datang tanpa diundang, dan pergi pun tanpa permisi.
"Kayla! Ingat, panggil nama seseorang dengan namanya!" Tegas Bu Endang. Namun Kayla tidak mau mengindahkannya. Baginya, lebih baik dihukum. Dari pada harus memanggil nama laki-laki itu dengan nama aslinya. Karena menurut Kaylah, nama Kay itu terlalu keren.
"Tau tuh, Bu." Kay menyahut.
"Dan kamu Kay! Kenapa sepatunya Kayla di lemparin ke atas genting?" Bu Endang kali ini menatap Kay.
"Dia lempar saya sama sepatunya itu, Bu. Kan sakit punggung saya."
"Dia ngatain saya tukang kentut mulu Bu, kan gak sopan!"
"Emang lo tukang kentut ko!"
"Eh, itu gue gak sengaja! Lagian, ngapain lo ada di belakang gue? Lo emang jalangkung beneran ya? Pake ngebuntutin gue segala!"
"Eh, ini tuh jalan umum. Wajar, dong, kalau gue ..."
"Udah Stopp!"
Dan keduanya langsung berhenti. Dengan saling melempar tatapan membunuh. Membuat Bu Endang menarik napas jengah. Padahal mereka sudah kelas Sepuluh. Masih saja seperti anak kecil.
Mending kalau masih SD. Bu Endang masih bisa memakluminya. Tapi sekarang...
Huh, Bu Endang terus saja menarik napas panjang. Agar emosinya tidak tersulut.
"Kay! Ambil sepatunya Kayla." Tegas Bu Endang pada Kay. Kemudian ia menatap ke arah Kayla.
"Dan kamu Kayla, ikut Ibu ke kantor!"
"Ko ke kantor Bu? Kan Kayla gak salah?" rengek Kayla Protes.
"Pokoknya ikut Ibu ke kantor!" Ulang Bu Endang, lebih tegas lagi. Dan hal itu, membuat Kayla menarik napas pasrah. Lalu mengikuti Bu Endang. Setelah sebelumnya menatap Kay dengan tatapan sadisnya. Lalu Kay malah membalas tatapan itu dengan senyuman menyebalkannya.
***
"Sepatu lo, sebelah lagi, mana La?" tanya Sasi, ketika Kayla sampai di kelas. Dengan sebelah kakinya yang tanpa sepatu.
Kayla tidak menjawab. Namun tatapannya terarah pada laki-laki. Yang saat ini malah asik mengobrol dengan seorang perempuan. Tentu saja sudah pasti, kalau laki-laki yang sedang di tatap kesalnya itu, tidak lain. Adalah Kay.
"Dia ngambil sepatu lo?" lanjut Sasi dengan menahan tawanya. Masalahnya, dia amat tahu. Seperti apa kelakuan Kay. Saat berhadapan dengan Kayla. Selalu ada saja yang dilakukan laki-laki itu agar Kayla marah padanya.
"Stress!" Gumam Kayla. Dan lagi, sebuah kata manis. Yang diperuntukan untuk Kay.
Kayla tidak bisa memakai sepatunya. Karena Bu Endang menyitanya. Dan di simpan di kantor. Kata Bu Endang, Kayla Boleh memakai sepatunya lagi. Kalau mereka sudah baikan.
Tapi masalahnya, Kayla menolak baikan dengan Kay. Sehingga gadis itu memilih nyeker sebelah untuk hari ini.
"Bu Endang malah dukung tuh jalangkung. Masa, sepatu gue di tahan, kalau gue enggak baikan sama dia!" rutuk Kayla kesal.
Sasi mengulum senyumnya. "Baikan aja lah, La. Dari pada lo nyeker."
Kayla duduk dengan kesal. "Ogah, mending gue beli sepatu baru. Dari pada baikan sama tuh bocah. Mit-amit!"
"Jangan gitu La, kata orang tua. Kalau lo terlalu benci. Nantinya lo bakal suka."
Atas kalimat yang disampaikan sang sahabat. Kayla menatap Sasi sinis."Enggak akan! Sampai kucing bertelor pun! Gue enggak akan suka sama dia!"
Dan sekali lagi Sasi malah terkekeh. "Udah deh, terserah lo. Gue capek, ngehadepin kalian berdua. Dari jaman penjajahan, sampai udah merdeka kaya sekarang. Masih aja kaya anjing dan kucing. Heran, gue."
"Dan gue juga heran. Kenapa tuh si jalangkung. Meski sekolah, di tempat yang ada guenya. Kayanya dia itu emang agak stres. Kayanya enggak seneng lihat gue tenang. Emang keturunan jalangkung dia!"
"Eh, jangan gitu, pamali." Sasi menyela. "Gak boleh bawa-bawa orang tuanya. Kan mereka gak salah."
"Iya sih," jawab Kayla pelan. "Tapi kan, gue kesel! Sas," keluh Kayla hampir menangis.
"Dih, gitu aja pake nangis. Bikin malu aja sih, lo." Sasi mengusap pundaknya Kayla."Udah deh, nanti keburu masuk."
Sasil menenangkan temannya itu. Sementara yang saat ini asik mengobrol. Perlahan menatap pada gadis yang sedang menggerutu itu. Perlahan kedua bibirnya tertarik ke samping.
"Pagi anak-anak!"
Bu farida datang. Dengan cerianya, membuat tatapan Kay beralih padanya.
"Buka buku sejarahnya!"
Ujar Bu Farida. Kemudian para murid pun mengikuti intruksinya. Kecuali Kayla, gadis itu masih saja terdiam. Dengan wajah masam. Membuat Bu Farida, mempunyai sebuah ide.
"Kaylah!"
"I-iya Bu." Kayla gugup.
"Saya mau tanya. Jelaskan ciri-ciri utama sejarah!"
"Aduh, ciri-ciri sejarah apa ya?" gumam Kayla sambil menunduk.
"Kayla!"
"Eh, iya Bu."
"Sebutkan ciri-ciri sejarah!"
Ya Allah... ko gue hari ini s**l yaa...__kesal Kayla di dalam hatinya.
"Ciri-ciri sejarah, adalah... adalah..."
"Ciri-ciri utama sejarah, yaitu:
a. Peristiwa yang abadi
Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang abadi, karena peristiwa tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa
b. Peristiwa yang unik
Peristiwa sejarah unik karena hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang sama persis sama untuk kedua kalinya
c. Peristiwa yang penting
Peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang penting dan dapat dijadikan momentum kehidupan semua orang!"
Tiba-tiba jawaban seseorang dengan begitu lantangnya. Membuat Kayla semakin payah saja. Dia memilih diam, karena memang sama sekali tidak bisa menjawabnya. Namun alangkah teganya seseorang itu. Karena membuat dirinya semakin jelek di mata Bu Farida.
Dan Kayla amat tahu, siapa manusia yang tega itu. Tentu saja dia Kay, si Jalangkung bermata satu. Lebih mirip ke dajjal sih, kayanya. Gerutu Kayla saking bencinya ia pada laki-laki itu.
"Nah, keren Kay, kamu." Puji Bu Farida. Membuat Kayla menatap Kay dengan tatapan leser membunuhnya. Dan Kay hanya merespon, dengan kedua alisnya yang di angkat.
Lalu mulut laki-laki itu bergerak. Dengan bentuk kalimat.
Kayla si tukang kentut!