Aqua tanda cinta

1090 Words
"Emang lo mau beli apaan sih La, sampe semangat nyuci mobil tiga sekaligus?" Sekarang, kedua remaja itu sedang makan siang di kantin. "Gue mau beli laptop. Buat kuliah nanti, atau buat entar kelas tiga." jawab Keyla sembari mengunyah makanannya. "Tapikan masih lama. Kitakan baru kelas sepuluh, masih punya banyak waktu La, lo jangan terlalu porsil tenaga lo." "Mumpung masih muda Sas, kalau udah tua. Nanti gue rempong, kata Mamah dan Papah. Kita harus semangat kerja selagi masih muda. Soalnya, kalau sudah tua. Tenaga kita udah habis." "Gaya lo! Emang sih, ada benernya juga. Tapi terlalu diporsil juga, lo bisa sakit, La." "Insaallah enggak, pokoknya gue bakal jaga kesehatan. Lo tahukan Sas, keluarga gue kaya gimana?" Sasi terdiam. Dia sangat tahu, bagaimana kondisi keuangan Kayla. Namun karena dirinya juga masih minta pada orang tuanya. Sasil hanya bisa berdoa, kalau sahabatnya itu baik-baik saja. Yang Sasi herankan, Keyla tidak mau menerima bantuan darinya. Contohnya, ketika ia mau mentraktir gadis itu makan siang, Keyla menolaknya. Dengan alasan, Sasi juga masih dikasih orang tua. Jadi Kayla tidak mau menerimanya. Karena Sasil juga sama seperti dirinya, masih di bantu orang tuanya. Dan hal itulah, yang membuat Sasi bangga bisa berteman dengan Keyla. Meski kadang kesal. Ketika sahabatnya itu berisik, ketika bertengkar dengan Kay. Mereka mengobrol sambil makan. Kemudian kembali ke kelas, setelah selesai makan. Tanpa mereka sadari, kalau Kay sedari tadi duduk di belakang mereka, dan mendengarkan percakapan keduanya. Laki-laki itu meneguk jusnya sampai kandas. Jadi lo butuh laptop, La? Masih belum berani menanyakannya secara langsung, Kay hanya berani menatap punggung ramping itu semakin menjauh. *** Pelajaran setelah istirahat adalah olah raga. Dan saat ini Kayla bersama teman-teman sekelasnya berada di lapangan. Termasuk si tampan Kay Abigel Hardinata. Laki-laki itu berdiri di barisan paling belakang. Karena merasa postur tubuhnya yang tinggi. Pak Agus, Guru Olah raga sudah mulai mengajak para murid kelas 10 Mipa itu untuk melakukan pemanasan. Meski sebenarnya matahari sudah cukup membuat mereka kepanasan. "Duh, Sas, Gue haus sumpah. Mana duit gue udah habis lagi." Bisik Kayla, gadis itu mengusap keringat yang perlahan jatuh di pelipis. "Iya nih, Pak Agus tega bener. Ngajak kita olah raga disiang bolong gini." "Aturan tuh, ya. Kalau olahraga pagi aja. Masa jam segini." "Huuh, ngeselin emang. Eh, gimana? Lo udah gak sakit perut?" "Masih sakit sih, tapi gue kan strong." "Gaya lo!" Mereka terus saja berbisik pelan, sambil melakukan pemanasan. Meski di depan Pak Agus terus berteriak, agar jangan ada yang mengobrol. Sementara di belakang Kay bersama Regi juga malah ngobrol. "Eh, lo emang beneran suka sama si Lysa?" Regi bertanya. "Emang kenapa?" Kay malah balik tanya. "Soalnya, gue lihat. Lo malah lebih sering merhatiin sweet enemy lo!" Ledek Regi, dengan tatapan ke arah Kayla. "Apaan sih lo! Nanti tuh bocah kegeeran!" Protes Kay, laki-laki itu bersikap acuh. "Yaa... siapa tahu aja lo beneran suka sama si Kayla. Kan, kalau lo suka mending cepet diembat. Dari pada keburu diambil Kak Rangga." "Enggak peduli gue!" "Yakiiin? Dia cantik lho..." Regi menaik turunkan kedua alisnya. Membuat Kay hampir saja mencekiknya. "Bacot lagi, gue cekik beneran lo!" Ancam Kay. Dan malah membuat Regi cekikikan seperti orang gila. *** Setelah olah raga selesai. Kayla duduk di pinggiran lapangan dengan kaki berselonjor. Tenggorokannya terasa kering. Ia haus, tapi uangnya memang sudah habis. Dan air minum yang dibawanya juga sudah habis. Mau ngutang ke kantin, malu. Akhirnya, gadis itu menganga sambil menikmati angin. Yang mungkin bisa menghilangkan rasa hausnya. Sementara ini, Sasi sedang merengek pada Regi, "Ayo dong, gue pinjem duit. Gue haus, duit gue habis. Dan sebenarnya si Kayla juga lagi habis duitnya. Gue mau beli air aqua, buat minum berdua sama si Kayla." "Emang lo jajan apaan sih? Sampe uang jajan lo udah habis." Regi menatap jengah pacarnya itu. "Ikhh, lo kaya gak tahu cewek aja. Ikhh, mau pinjemin enggak? Haus nih? Kalau enggak, gue mau ngutang aja ke kantin." "Eh, ini! Tapi buat si Kayla kagak ada. Lo sih, pake boros segala!" Regi memberikan uang lima ribu. Meski sambil menggerutu. Sasi senyum sumringah, sambil memasukan uang lima ribu itu ke dalam sakunya. "Besok gue genti! Tapi si Kayla dikasih apa dong? Gue takut dia mati kehausan!" Regi merasa bingung. Kemudian ia menatap Kay, "Eh, lo punya duit lebih gak?" "Kenapa emang?" Regi menunjuk ke arah Kayla. "Noh, sweet enemy lo! Lagi sekarat! Dia kehausan! Duitnya abis." "Lah, urusannya sama gue apa?" Kay berdecak kesal. "Eh, si b**o! Beliin dia minum ke, pelit banget sih lo!" Sasi nyolot. Membuat Kay menatapnya jengah. Kenapa dua medusa itu membuatnya menjadi manusia jahat? Karena tidak ingin mendengar kalimat memusingkan dari keduanya. Kay pergi dengan menggelengkan kepalanya jengah. "Eh, malah kabur! Gi, gimana dong?" Sasi jadi kelabakan. "Ya udah, itu aja beli aqua, lo berdua cukup kan?" "Ikhhss, ya udah." Sasi pun pergi menuju kantin. Hari ini memang panas sekali. Lain dari biasanya. Kalau kemarin ada awan yang menghalangi matahari. Sekarang, awan entah kemana pada pergi. Kayla berjalan dengan perlahan. Selain haus, ia juga agak pusing sebenarnya. Biasa, hari kedua datang bulan, memang setiap perempuan selalu seperti itu. Duh, haus banget. Keluh hatinya. Tadi, Sasi katanya mau nyari Regi untuk minta beli aqua. Namun sampai saat ini. Gadis itu belum juga kembali. Kayla melihat para siswa dan siswi lainnya. Yang jajan es, atau jus segar lainnya. Karena tidak punya uang. Ia hanya menelan salivanya saja. Duh, masa iya, Kayla pergi ke toilet. Terus minum air keran. Saking hausnya, enggak apa-apa deh, dari pada dehidrasi. Gadis itu kemudian berbelok. Ketika si laki-laki bertubuh tinggi itu menghalanginya. "Minggir deh! Gue lagi gak pengin debat!" Keluh Kayla. Kay memang yang menghalanginya saat ini. Laki-laki itu menatapnya lekat, seolah sedang ingin memastikan sesuatu. "Kay..." lirih Kayla dengan kedua matanya yang tampak sayu. Entah kenapa Kay malah terdiam. Ia seperti ingin melihat lebih lama si gadis yang selalu menyebalkan itu. Ingin tahu lebih tentang apa yang dirasakan gadis itu saat ini. Semenjak ia mendengarkan percakapan Kayla dan Sasi di kantin. Ia mulai mempunyai perasaan aneh itu. Ia ingin lebih tahu banyak tentang kehidupan gadis itu. Merasa kesal, Kayla kembali berbalik. Namun Kay meraih tangannya. Membuat Kayla kaget. Gadis itu hampir menepiskan tangannya. Ketika Kay meletakan sesuatu di tangan gadis itu. "Buat beli aqua!" Belum habis rasa kaget yang dirasakan Kayla. Laki-laki itu sudah pergi meninggalkan dirinya. Kayla perlahan melihat pada tangannya. Ia penasaran apa yang di selipkan Kay di sana. Satu lembar uang lima puluh ribu! Kayla kembali menatap pada si pemilik tubuh tinggi itu. Dia sudah tidak ada. Lalu ia kembali menatap tangannya. Buat beli aqua... Suara Kay yang terngiang. Membuat kedua bibirnya tertarik ke samping. Terima kasih Kay....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD