PBSC S2 - 5

1042 Words
WANITA BERNAMA QUENNA __________ Cahaya dan Erlando sampai di sebuah restoran, sejak tadi suara perut Cahaya yang mengeluarkan bunyi halus seakan ingin membuatnya tertawa meledak, namun tetap menjaga perasaan Cahaya yang beberapa hari ini memang tidak enak. Cahaya menautkan alis dan menoleh menatap suaminya. "Sayang, bukannya kita akan makan malam bersama di rumah?" "Gaston, Bela, Damian dan Rahayu pasti paham bahwa kita sedang berpacaran," kekeh Erlando turun dari mobil dan melangkah menuju pintu mobil di sebelah dan membukanya, lalu mempersilahkan istrinya untuk turun dari mobil. "Ayo turun, Sayang. Kita makan malam dulu, sejak tadi suara perutmu bergumuru didalam sana," tambah Erlando. "Ish. Apaan sih," geleng Cahaya membuat Erlando tertawa. Erlando dan Cahaya lalu masuk ke dalam salah satu restoran yang ada di jejeran toko di kota Hamburg. Sebagai kota kedua terbesar di Jerman, Hamburg memiliki luas wilayah 755.2 km2. Populasi di kota ini adalah sekitar 1,7 juta jiwa dan letaknya berada di bagian utara Jerman. Dulunya Hamburg terkenal sebagai kota industri namun kini justru berubah menjadi kota yang terkenal untuk liburan. Keindahan kota Hamburg tidak kalah dengan Venesia karena banyak kanal yang bisa dijelajahi. Jika berkunjung ke kota Hamburg ada beberapa tujuan wisata yang wajib. Seperti Rathaus yang merupakan townhall di Hamburg. Karena letaknya di utara maka kamu bisa mengunjungi pelabuhan. Nikmati pemandangan pelabuhan Hamburg dari Landungsbrücken. Datangi juga galeri seni terbaik di Jerman yaitu Kunsthalle Hamburg. Disana ada begitu banyak lukisan Perancis dan Jerman yang berasal dari awal abad ke 19. Luar biasa bukan? Di sini lah Cahaya dan Erlando berada, tinggal di kota Hamburg, Jerman. Dan ... berbaur menjadi orang di sini, sekian lama Cahaya menginginkan berjalan-jalan ke luar negeri, dan baru ke Jerman pertama kali ketika Erlando mengajaknya tinggal di sini. "Kenapa Cahaya dan Erlando belum balik?" tanya Bela ketika mereka sedang makan malam. "Katanya akan malam bersama." "Biasaaaa ... mereka pacaran dulu," jawab Gaston. "Aku pengen tahu hasil pemeriksaannya," sambung Rahayu. "Sama kita, Mbak, aku juga pengen tahu," sambung Bela. "Ya ampun kalian. Kayak nggak akan ketemu mereka saja, mereka juga akan pulang kemari kok," geleng Gaston membuat Bela dan Rahayu menghela napas. "Kita kan khawatir." "Khawatir gimana? Lagian Cahaya bersama suaminya kok." "Sayang, kamu jangan bawel ya," ancam Bela pada suaminya. Gaston terkekeh dan memalingkan wajah melihat Damian tengah menertawakannya. "Kamu jadi pindah besok, Mbak?" tanya Bela. "Jadi. Aku sudah siapin semuanya, kan tinggal membawa pakaian aja," jawab Rahayu. "Bu, kita pindah kemana?" tanya Imam. "Kita pindah ke sebelah, Sayang," jawab Damian. "Aku nggak bisa main lagi donk sama Hana," rengek Imam membuat Rahayu dan Bela tersenyum mendengar rengekan Imam. "Kok nggak bisa maen sama Hana? Kan rumah di sebelah deket dari rumah Hana," jawab Rahayu membuat Imam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Imam memang sangat menyayangi Hana, karena Hana sudah mulai duduk dan Imam sering mengajarnya. Sesaat kemudian suara Cahaya dan Erlando terdengar, pas sekali mereka baru selesai makan dan langsung menghampiri kedua pasangan itu yang baru saja kembali dari Asklepios Klinik Barmbek. "Duh. Aku khawatir loh kalian kenapa belum pulang," geleng Bela menarik Cahaya untuk duduk disampingnya. "Aku sama Mas Erlando mampir makan malam dulu." "Aku udah katakan ke mereka, tapi mereka terlalu mengkhawatirkanmu," geleng Gaston. "Bagaimana hasil dari rumah sakit?" tanya Bela tanpa basa-basi. "Mulai besok ... aku sama Mas Erlando akan melakukan tahapannya, yang pertama yang harus kita lakukan adalah pemeriksaan kesehatan dan mental kami," jawab Cahaya. "Syukurlah. Aku seneng dengernya," ucap Rahayu. "Oh iya, Gaston, Damian, untuk sementara waktu ... kalian urus pekerjaan dulu, aku akan menemani Cahaya selama masa tahapannya." "Baiklah. Tenang saja. Lo santai aja kali, perusahaan lo juga kan," kekeh Gaston membuat Bela menggelengkan kepala melihat jawaban suaminya. "Sepertinya kamu akan ke Indonesia selama beberapa hari, Damian," kata Erlando. "Aku sudah menelpon Hasan dan mengatakan aku tidak bisa ke Indonesia. Jadi ... kamu wakili aku." "Baik, Tuan, akan saya lakukan." "Aku gimana?" "Mbak di sini aja, hanya empat hari sepertinya, perusahaan di Indonesia akan mengadakan rapat untuk memilih jabatan direktur eksekutif, jadi Damian harus ke sana dan mewakiliku," jawab Erlando. "Aku sebenarnya akan kembali ke Indonesia saja, tapi Cahaya harus melakukan program bayi tabung." "Aku pikir kamu nggak ada kerjaan di Indonesia, makanya aku bilang nggak jadi," kata Cahaya. "Perusahaan di Indonesia sudah lebih baik dan yang membutuhkanku saat ini adalah perusahaan di Jerman, aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya. Karena pemilihan direktur eksekutif itu akan mempengaruhi pekerjaanku, jadi posisi itu aku perintahkan untuk membantuku dan menggantikanku sementara waktu." "Apa kamu ada calonnnya?" Erlando menganggukkan kepala. "Damian, aku berharap Hasan memenangkan posisi itu." "Insha Allah, Tuan," ucap Damian. Sri—asisten rumah tangga mereka yang bekerja menyiapkan semuanya di rumah ini, membawa nampan berisi enam cangkir minuman hangat dan tiga piring cemilan. Sri adalah orang yang Cahaya pekerjakan karena melihat Sri susah hidup di Jerman. Sri mempersiapkan cangkir itu dan menaruhnya diatas meja, menyodorkannya satu persatu pada pemiliknya. "Jadi besok kalian pindahan?" tanya Cahaya. "Jadi. Kami sudah menyiapkan semuanya." "Udah dibersihin rumahnya?" "Udah, Ya, Sri membantuku membersihkannya," jawab Rahayu. "Kalau kamu gimana, Bel?" "Aku lusa aja pindahnya sampai Gaston libur nanti, aku nggak mau lah pindah sendiri," jawab Bela. "Nanti kalian harus tetap ke sini menemaniku, atau aku yang akan ke rumah kalian," kata Cahaya. "Tentu saja, Ya, kami hanya pindah ke sebelah kok," kekeh Rahayu. Bela sedang memainkan ponselnya, melihat sosmednya, namun terkejut ketika melihat foto Erlando dipostingan temannya, Bela melihat pakaian yang dikenakan Erlando dan melihat foto itu memang mirip dengan kakak sepupunya. Bela tertawa kecil, dan berkata, "Kak, ini kamu?" "Mana?" "Ini, coba deh kamu lihat," kata Bela lalu memperlihatkan gambar postingan temannya itu. "Iya. Itu aku," jawab Erlando. "Kamu ketemu Quenna?" tanya Bela. "Iya. Tadi ketemu di restoran, memangnya yang posting itu Quenna?" "Iya. Aku aja keheranan loh, kenapa Quenna posting wajah kamu? Minta ditegor anak itu, enak aja moto sembarang, kan ada Cahaya." "Siapa, Mas?" "Gadis yang tadi yang menyapa kita dan duduk di meja kita," jawab Erlando. "Oh gadis itu? Emang gadis itu temen kamu, Bel?" "Iya. Dia teman aku. Dia itu emang tinggal di Jerman, tapi setahuku bukan di Hamburg, melainkan di Berlin, tapi nggak tahu deh kenapa dia ada di sini, aku udah nggak lama ketemu dia," kata Bela membuat Cahaya mengangguk. Cahaya ingat betul wanita itu terlihat sangat cantik apalagi mengenakan pakaian seksi, sungguh menawan dan memperlihatkan betapa berkelasnya dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD