***
Selamat membaca.
***
Aku tahu bagaimana perasaan saat dibuang oleh orang yang kita cintai, jadi aku harap, suatu saat, saat kamu merasa kamu dibuang, kamu tidak sendiri, ada aku di sini, di titik asalmu.
***
Fallany tersenyum geli saat melihat wajah Jefri yang kini tengah berada di ruang Ibu Risa, guru fisika sekaligus wali kelas mereka, laki-laki itu, laki-laki kebangganya tengah terplih untuk mengikuti selesksi olimpiade Fisika, yang jelas membuat Fallany semakin bangga dengan laki-laki itu, di hari yang sama saat hubungan dirinya bersama juga Jefri menginjak enam bulan.
Jefri memajukan mulutnya sesekali saat melihat Fallany yang beridiri di depan ruangan Ibu Risa menunggu dirinya, lali-laki itu juga tersenyum kecil saat melihat kelakuan Falany yang ada-ada saja, tapi, dibalik itu semua Jefri juga tengah berfokus dengan apa yang tengah disampaikan oleh Ibu Rita, hampir sepuluh menit waktu yang Jefri habiskan untuk berbicara dengan wali kelasnya itu, membuat ia yakin bahwa kantin kini sudah terisi dengan ramai.
benar apa yang dikatakan Jefri di atas, saat ia dan Fallany sudah berada di depan kantin, rasanya Jefri hanya bisa menghembuskan napasnya tidak suka. “Sesak, Fall,” keluhnya, Jefri sebenarnya bukan laki-laki yang ribet, hanya saja, untuk makan, untuk istirahat, Jefri tidak suka mengeluarkan banyak energinya, bukan kah waktu istirahat adalah waktu untuk menenangkan diri, Waktu untuk menambah energi bukan malah semakin menghabiskan energi seperti ini, berdesak-desakan benar-benar membuat Jefri tidak suka.
“Udah lah, ngomel mulu, entar cepet tua,” sahut Fallany yang langsung masuk ke dalam kantin itu, jelas langkah kakinya menuju ke gerobak mi ayam, makanan kesukaannya, perempuan itu pun langsung memesang dua mangkok mi ayam, satu untuknya, dan satu untuk Jefri.
Lirikan mata Jefri setelah menerima mangkok mi ayam dari Fallany pun akhirnya mendapatkan hasil, ia menemukan meja kosong untuk dirinya dan juga Fallany makan bersama. Baru saja satu suapan mi ayam masuk ke dalam mulut Jefri, Jefri langsung melepaskan sendoknya, meletakan meja itu dan menatap Nayuta yang duduk tak jauh dari dirinya bersama dengan Fallany.
Nayuta yang baru saja menyeruput air esnya memilih untuk bangkit dari tempat asalnya, ia, ia sama sekali tidak suka dengan pemadangan yang baru saja ia tatap, seorang laki-laki yang menatapnya dengan tatapan tak suka membuat Nayuta jelas tidak ingin berada lama-lama di tempatnya itu.
Entah bagaimana jadinya, Fallany sendiri tidak tahu saat melihat Jefri yang meninggalkan tempatnya, tak lama dair itu, mata Fallany menatap Nayuta dan juga Fella yang ada di depan laki-laki itu.
“Sorry, Kak,” ucap Fella tak sengaja saat ia menabrak tubuh Nayuta nan lebih tinggi dari tubuhnya, yang mengakibatkan batagornya jatuh berantakan.
Nayuta membungkukan badannya, menatap wajah perempuan yang ia tabrak atau yang menabrak dirinya, Fella, ya, ia mengenal perempuan itu, “pakai mata,” ucap Nayuta dengan nada berdesis tidak suka, jelas Nayuta sangat tidak suka dengan perilaku yang dilakukan oleh adik kelasnya itu, ya, walau dirinya sekarang satu angkatan dengan Fella karena dirinya tidak naik kelas tahun ini. Nayuta baru saja ingin melangkahkan kakinya, tapi tubuh laki-laki itu sengaja terdorong, membuat Nayuta menaikan alisnya.
“Lo enggak apa-apa Fell?” tanya Jefri kepada sahabatnya itu, melihat Fella tersenyum membuat Jefri akhrinya menatap Nayuta, jelas laki-laki itu yang membuat kesalahan, dan Fella juga tidak akan jujur dengan keadaan, Fella tengah tidak baik-baik saja, dan Jefri sendiri tidak yakin bahwa Nayuta baru saja meminta ma’af kepada Fella. “Minta ma’af,” ucap Jefri kepada Nayuta, menyuruh laki-laki itu meminta ma’af kepada Fella.
Nayuta menaikan alisnya, jelas dirinya tidak mengerti tentang apa yang dikatakan oleh Jefri, minta ma’af untuk apa? Sedangkan dirinya tidak salah, harusnya Fella yang minta ma’af kepada dirinya, karena kelakuan perempuan itu seragam yang dikenakan olehnya menjadi kotor. “Enggak usah jadi pahlawan kesiangan boss,” ucap Nayuta disertai senyum meremehkannya.
Helaan napas Fallany terdengar kembali, perempuan itu sudah tahu hal ini akan terjadi, Nayuta dan Jefri memang menjadi musuh bebuyutan, jauh dari dirinya bersama dengan Jefri, ya, bisa dikatakan sejak Jefri masuk di SMA Banua ini, entah apa yang terjadi diawal hingga mereka menjadi musuh seperti ini.
Fallany tersenyum miris, bukan sekali dua kali memang Fallany melihat Jefri dan juga Nayuta bertengkar seperti ini, dan titik masalahnya adalah Fella, entah karena Fella yang menabrak Nayuta, atau karena bola Nayuta yang mengenai tubuh Fella, dan itu membuat Jefri tersulut amrah dan akhrinya mereka berantem, mengadu kekuatan masing-masing.
Jujur saja, semenjak dirinya dan Jefri resmi mempunyai hubungan melebihi teman, rasanya tak sehari pun Jefri tak melupakannya, rasanya tak sehari pun dirinya melihat Jefri yang tak membela Fella, rasanya dirinya tak sehari pun melihat dirinya diduakan oleh Jefri, ya, bisa dikatakan Jefri selalu mengutamakan Fella daripada dirinya.
Selama ini Fallany jelas cemburu, selama ini dirinya jelas tidak terima dengan semua itu, tapi, melihat bagaimana kondisi Fella, melihat bagaimana Jefri yang hadir sebagai penengah kekerasan dalam kehidupan Fella bersama Om Alex kadang membuat Fallany sadar, bahwa Jefri sungguh mulia, bahwa hidup Jefri benar-benar berguna untuk kehidupan orang lain, berarti Jefri benar-benar mengembangkan tugasnya sebagai manusia, bukan? Bukankah manusia saling membutuhkan, dan saling membantu? Itu tugas manusia bukan?
Fallany rasanya tidak tahan lagi, melihat, mendengar kekasihnya itu bertarung, melihat bagaimana telapak tangan Nayuta mendarat di wajah kekasihnya, melihat bagaimana kepalan tangan Jefri yang besar menghatam wajah Nayuta, tidak sampai di sana, bahkan Jefri juga akan masuk BK kalau dia benar-benar membuat keributan seperti ini, semuanya terancam, dari olimpiade Jefri, dari drajat Jefri, Jefri benar-benar akan merusak namanya kalau terus berkelakuan seperti ini.
Hempasan di mangkok karena sendok yang Fallany letakan tidak mengubah apa pun, Jefri dan Nayuta tetap melakukan baku hantam, hingga Fallany memilih untuk di atas kursi, dan menyiramkan air mineral keapda Nayuta dan Jefri yang tengah bertengkar itu, membuat semua tatapan jelas menuju kearah dirinya. “Kalian itu bisa diem enggak?” suara Fallany terdengar tegas, perempuan itu bahkan tak peduli saat desas desus terdengar karena ia benar-benar bisa melakukan hal itu kepada Nayuta. “Coba hitung berapa kali kalian berantem di kantin saat istirahat, berapa kali kalian menggangu orang-orang lagi makan, berapa kali kalian masuk BK, coba hitung!” seruan itu Fallany teriakan kepada Nayuta dan juga Jefri yang kini tengah menatapnya.
Fallany bukan murid terpandang seperti Jefri, Fallany juga bukan murid yang bisa dibanggakan di SMA Benua, Fallany juga bukan murid yang porpuler seperti Fella, tapi, dirinya sungguh merasa terganggu dengan apa yang dilakukan oleh Nayuta dan juga Jefri, ia merasa sangat terganggu. “Kalian bisa enggak jangan egois, kalau mau berantem, berantem di lapangan sana, berisik anjing,” ucap Fallany tak bisa menahan kemarahannya, perempuan itu menurunkan dirinya bahkan Fallany hampir saja oleng, dan dibantu oleh Shaka, temen sekalasnya yang kebetulan tengah melerai pertengkaran antara Nayuta dan juga Jefri.
Tidak, dia sama sekali tidak peduli bahwa dirinya akan dikatai oleh satu sekolah sehabis ini, atau bahkan sehabis ini ia akan dimusuhi oleh Nayuta, atau Jefri akan marah padanya, tapi, demi apa pun dirinya risih, dirinya kesal, dirinya juga tidak bisa berdiam diri terus begini tidak sampai di sana, Fallany yang tengah mengatur napasnya itu mulai berpikir, dirinya marah kenapa? Marah karena Jefri yang tengah bertengkar lagi, atau marah karena Jefri yang lagi-lagi membantu Fella, yang lagi-lagi membela perempuan itu?
Helaan napas Fallany masih memburu, perempuan itu memilih ke rooftop sekolah, di lantai dua, tempat yang Fallany tahu dari Shaka, saat itu, Shaka memang kedapatan membolos di sini, tanpa sengaja sebenarnya Fallany tahu tenpat ini, dan ternyata, walau panas tempat ini memberikan ketenangan, memberikan kedamaian, karena suasana yang sepi.
Fallany terduduk di sana, perempuan itu tidak mengerti dengan kehidupannya, jujur saja, dirinya merasa sangat senang, saat dulu, enam bulan lalu, tidak, saat satu tahun lalu, tepat di mana dirinya bertemu dengan Jefri pertama kali di cafe, yang atapnya terbuka dengan menampilkan pemadangan indah, ternyata, Jefri adalah korban kecelakaan – yang sebenarnya tidak sampai jadi menjadi korban, karena tiba-tiba saja Fallany menarik tangan laki-laki itu saat motor yang hampir menyerempet Jefri.
Hari itu, Jefri datang menghampirinya, setelah mereka saling mengetahui bahwa mereka satu sekolah, hari itu, Fallany yang tengah kacau dengan keadaanya pun hanya bisa mendengarkan bahwa Fallany adalah malaikat yang hadir dihidup Jefri yang suram, dari situlah semua terjadi, Fallany yang hanya cukup dengan dirinya saja selama ini, mencoba berbagi kisahnya kepada Jefri, bahkan tepat saat ayah Fallany meninggal, sekitar dua bulan setelah mereka bertemu itu menjadi titik Fallany terjatuh di dalam hidupnya.
Fallany ingat sekali, hari itu ia merasa dirinya sangat hancur, ayahnya yang selama ini membesarkan Fallany pergi bergitu saja, tanpa sempat Fallany mengatakan bahwa dirinya mencintai ayahnya lebih dari apa pun, dan sialnya, saat itu saat Fallany yang hanya berduaan saja dengan ayahnya di rumah, sebelum ayahnya merasakan dadanya yang sesak dan meninggal di hadapan Fallany tampa bisa Fallany tolong, yang juga membuat dirinya benar-benar merasa hancur karena tidak bisa menyelamatkan ayahnya itu.
Setelah kepergian ayahnya, Fallany jelas kehilangan arah, semua menjadi kacau, bahkan Fallany tidak merasakan dirinya hidup lagi, dan itu semua diketahui oleh Jefri.
Waktu itu Jefri berucap, “semua orang itu bakal meninggal Fall, entah hari ini atau besok, bahkan satu jam lagi bisa saja gue yang meninggal,” ucap Jefri, yang seketika membuat Fall mengerti, ya, dirinya atau Jefri atau Ibunya juga pasti akan meninggalkan dunia ini, dan tidak ada alasan lagi untuk terlalu merasakan sedih saat ayahnya pergi dari dunia ini, terlebih ayahnya mengatakan bahwa dirinya adaah perempun terkuat, adalah anaknya yang paling kuat, dan bisa bertahan di dunia ini tanpa dirinya.
Fallany menarik napas, lagi, dirinya tidak tahu apa yang harus ia perbuat setelah ini, setelah dirinya untuk kesekian kalinya merasa sendiri di dunia ini, ia tidak berbohong, selama enam bulan ini dirinya menjadikan Jefri pilarnya, menjadikan Jefri tumpuannya, mungkin dirinya terkesan cuek, mungkin dirinya terkesan tidak peduli pada laki-laki itu, bahkan tak jarang ia juga lebih mebiarkan Jefri bersama dengan Fella, menjadi perisai perempuan itu disaat Fella membutuhkan Jefri, tapi nyatanya dirinya juga membutuhkan Jefri membutuhkan laki-laki itu.
Tanpa disangka setetes air mata Fallany akhirnya turun, enam bulan ini, ia pikir akan menjadi hari-hari yang membuat dirinya bahagia, akan menjadi hari-hari baru bersama dnegan Jefri, nyatanya, Jefri hanya terikat status dengan dirinya, bahkan, perkara Fella yang tak sengaja ditabrak atau menabarak Nayuta saja bisa membuat Jefri semarah itu.
Sebenarnya yang menjadi prioritas Jefri itu, dirinya atau Fella sih?
***