Lamunan Ando buyar saat kedatangan Jesika.
"Ini, Pak, berkas, yang,
bapak, inginkan," Kata Jesika yang berusaha untuk sesantai mungkin di depan Ando. Walau bagi dirinya itu terkesan begitu aneh untuk ia lakukan.
"Terima kasih. Kau boleh pergi sekarang, kebetulan aku ingin sendiri hari ini," Kata Ando dengan ekspresi datar. Jesika hanya bisa mengangguk dan segera meninggalkan ruangan Ando tanpa mengucapkan Apapun.
****
"Ada apa dengan kepala batu itu ya? Kok dia terlihat diam hari ini. Biasanya kan suka menyiksaku," Pikir Jesika.
"Ehmm,!! Suara deheman Melodi membuyarkan lamunan Jesika yang tengah menilai sosok Ando." Hari ini nilai B untuk dirimu. Karena hari ini kau sudah berhasil melakukan tahap percobaan, kalau begitu. Selamat bekerja Nona." Kata Melodi dengan senyuman tipis di wajah cantiknya. Gadis itu segera melangkah meninggalkan Jesika yang tengah terbengong saat melihatnya.
"Hah. Hanya nilai B? Astaga. Padahal aku sudah tersiksa selama 3 jam tanpa berbicara, masa cuman B. Dasar pelit," Gerutu Jesika dengan wajah cemberut. Jesika sama sekali tidak terima dengan nilai yang Melodi berikan untuk dirinya.
Begitulah yang dijalani oleh Jesika setiap hari. Jesika kini mulai beraktivitas dengan baik dan Ando kini sedikit berubah, tidak lagi marah - marah seperti dulu. Karena sudah 3 minggu yang lalu, cara bicara Jesika yang penuh dengan koma.
Sudah jelas ucapannya tidak akan menganggu Ando bahkan pekerjaan pria itu sendiri.
Seperti hari ini, jika diruangan meeting. Jesika selalu duduk disamping Ando, Sedangkan Melodi tentu saja bersebelahan dengan Sanskar.
"Baiklah. Kita bisa memulai meeting hari ini," Ando memulai presentasinya." Jesika tolong ambilkan aku buku catatanku?" Pinta Ando.
"Baik, Pak," Jesika langsung memberikan buku catatan Ando kepada pria itu sendiri.
"Terima kasih," Ujar Ando yang kembali fokus pada presentasi hari ini." Jesi, ambilkan dokumen di sampingmu itu," Tunjuk Ando pada dokumen yang berada di samping Jesika, tepatnya di hadapan gadis itu.
Tanpa jesika tahu jika sedari tadi Melodi tengah memperhatikan gerak geriknya yang terlihat stabil sangat stabil.
"Syukurlah. Akhirnya dia bisa mengubah sikapnya, tentunya sesuai nasehatku pada dirinya. Semoga saja, akan selalu seperti itu," Batin Melodi dengan senyuman tipis di wajah cantiknya.
Sanskar bisa melihat senyuman Melodi yang terukir begitu jelas di hadapannya. Senyuman itu sangatlah langka bagi dirinya, melihat sosok MELODI yang tersenyum seakan - akan merasa puas dengan apa yang tengah ia lihat saat ini.
"Apa perubahan ini. Memang ada dibalik campur tangan Nona Melodi? Sehingga Jesika bisa berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini," Batin Sanskar mulai menatap curiga pada tingkah laku Melodi.
"Kenapa kau menatapku seperti itu Sanskar?" Melodi menatap tidak suka pada sosok Sanskar, Senyuman yang terbit tadi seakan - akan hilang karena melihat wajah Sanskar. Membuat mood Melodi hancur, sehancur - hancurnya.
"Aah ti---tidak Nona," Balas Sanskar yang segera membuang muka ke arah lain agar tidak sampai ketahuan
"Sanskar, aku cukup mengenal dirimu. Kau adalah pria licik yang pernah aku temui CK," Batin Melodi penuh rasa ketidaksukaan.
"Yang, ini, ya, Pak?" Tanya Jesika yang sedikit menahan suaranya agar terdengar sepelan mungkin.
"Iya. Yang itu, Tolong berikan padaku," Pinta Ando sambil meminta dokumen yang ada di tangan Jesika.
"Ya ampun, aku seakan seperti orang tidak waras saja. Bisa-bisanya aku berbicara kebanyakan koma seperti ini, Astaga. Benar-benar ya, Nona Melodi ini ke...,!!! Sebuah kertas membuat perkataan Jesika terdiam dan nadanya kembali sehalus mungkin.
Jesika mengambil kertas coretan kecil itu dan membukanya. Terlihat tulisan 95% dari Melodi.
Jesika pun tersenyum puas saat mendapat 95% dari adik atasannya itu.
"Wah aku dapat 95%. Asik, 5% lagi aku lulus," Sontak Jesika berdiri sambil berteriak tanpa melihat situasi terlebih dahulu.
"Apanya yang lulus Jesi? Kau ini sedikit aneh akhir-akhir ini," Kata Ando yang sebenarnya ingin tahu akan apa yang dilakukan oleh gadis kompor ini.
"Oh tidak, Pak," Gugup Jesika.
Lain hal dengan Sanskar yang merasa kurang suka saat melihat perubahan Jesika. karena itu akan semakin mempersulit dirinya untuk memiliki Jesika seutuhnya.
"Ada apa dengan Jesika? Mengapa dia berubah secepat ini, sialan," Batin Sanskar yang berusaha untuk menahan dirinya." Aku harus bisa membuat Jesika kembali seperti biasanya, aku tidak rela jika Pak Ando justru menyukai Jesika nantinya. Tidak, ini tidak boleh sampai terjadi," Batin Sanskar yang tengah mengepalkan kedua tangannya hingga kuku jari Sanskar sampai memutih.
"Ada apa? Kenapa kau terlihat marah begitu?" Pertanyaan Melodi membuat Sanskar tersadar dari tingkah lakunya yang mungkin akan menimbulkan perasaan curiga.
"Ahh. Ti---tidak Nona, aku hanya sedang menetralkan tubuhku saja," Balas Sanskar dengan nada sesantai mungkin.
Setelah rapat usai, semua orang yang ada di ruangan ini pun bubar. Hanya tinggal Ando, Jesika dan Melodi yang masih betah di dalam ruangan. Ya, Melodi tengah sibuk dengan majalah fashionnya.
"Oh iya Jesika. Tolong, kau bereskan semua dokumenku yang sempat berantakan itu dan bawah keruanganku segera," Ucap Ando yang kembali bersikap dingin seperti biasanya." Dan, kau Melodi belakangan ini kau terlihat sibuk dengan majalahmu itu. Apa kau ingin membeli sesuatu? Katakan saja kakak akan dengan senang hati untuk mengabulkan semua keinginanmu itu," Tambah Ando yang tengah mengusap sayang puncak kepala Melodi.
"Tidak perlu kak, terima kasih atas tawaran kakak. Nanti saja, jika aku ingin sesuatu aku akan meminta langsung pada dirimu, Oh ya ka. Aku mau izin keluar sebentar ya, aku berniat ingin berjalan - jalan ke mall. Ya, hitung - hitung menghilangkan stress dengan semua pekerjaanku ini." Kata Melodi yang tengah meminta izin.
"Memangnya kau memiliki masalah apa? Sehingga kau bisa stress, Sayang?" Tanya Ando yang merasa khawatir pada sikap adik perempuannya itu.
"Ahh. Tidak ada kok kak,
Terima kasih karena kakak selalu mencemaskan aku. Tapi aku sungguh tidak ada masalah apapun, benaran," Balas Melodi dengan sudut bibir tertarik menampilkan senyuman termanisnya.
"Baiklah kalau begitu. Kau boleh pergi, tapi ingat. Jangan terlalu malam pulangnya, Karena kakak tidak suka kau pulang larut malam. Kau paham maksud kakak kan?" Pesan Ando yang tengah memperingati adik kesayangannya itu.
"Aku paham kakakku Sayang,
Baiklah, aku pergi dulu ya kak.
l love you," Ujar Melodi dengan satu kedipan mata.
"l love you more," Balas Ando sambil tersenyum tipis saat melihat kepergian adik perempuannya itu.
*****
Disisi lain Jesika tengah berpikir hal yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Seakan semua ini hanyalah mimpi untuk dirinya.
"Oh ya ampun. Sudah hampir 1 bulan aku tidak terkena amarahnya lagi,
Aah betapa bahagianya aku tuhan." Batin Jesika dengan wajah bahagia.
Di saat Jesika tengah merapikan dokumen dan berkas - berkas milik Ando. Datang sosok Sanskar yang ingin kembali menanyakan hal yang sangat ingin ia tahu.
"Hai Jesika. Ngomong - ngomong kenapa kau berbicara berhenti - henti seperti itu? Kau tahu, Aku kangen dengan suara ceplas ceplosmu itu lagi," Kata Sanskar dengan nada sedih.
"Ah iya. Maaf, Pak, mulai,
sekarang, aku Ingin belajar lebih sopan jika tidak. Aku bisa di pecat nanti," Kata Jesika sambil berjalan keluar.
"Sialan. Siapa yang mengajari dirinya untuk berbicara lembut seperti itu. Aku benar-benar telah kalah sebelum berperang," Ucap Sanskar dengan wajah marah.
"Aku. Yang mengajari semua hal itu, Kenapa? Apa kau keberatan dengan perubahan gadis itu sekarang?" Tanya Melodi dengan nada sinisnya.
Ya, Melodi masih berada di dalam kantor. Dirinya memang belum pergi sejak tadi, Karena tadi dia mendapatkan telepon dari sahabatnya. Hingga dia memilih untuk berbicara di dalam ruangannya saja. Saat akan pergi, tidak sengaja kedua matanya menatap sosok Sanskar yang kembali masuk ke ruangan meeting. Membuat Melodi penasaran dan mengikuti kemana Sanskar pergi. Dan tanpa di duga ia mendengar semua percakapan Jesika dan pria itu.
"Sialan. Ternyata Nona melodi lagi dibalik dalang dari semua ini,
Lagi - lagi hidupku harus kembali terancam karena dirinya. Aku harus berhati - hati pada dirinya sekarang.
jika tidak, aku yakin aku akan ketahuan pada akhirnya," Batin Sanskar yang berusaha untuk menahan rasa kesalnya itu.
"Oh tentu saja tidak Nona. Justru itu lebih baik bagiku, jika tidak. Saya yakin Pak Ando akan kembali marah - marah pada gadis itu, kalau begitu saya permisi dulu Nona," Kata Sanskar yang segera pergi dari hadapan Melodi.
Melodi menatap punggung Sanskar yang mulai menjauh dari hadapannya, terlihat senyumam miring terukir di sudut bibirnya kali ini.
****
Jesika kembali memasuki ruangan Ando tidak lupa gadis itu sebelum masuk terlebih dahulu mengetuk pintu. Setelah mendapatkan izin dari Ando, tentu saja Jesika baru berani masuk.
"Permisi pak," Sapa Jesika sopan.
"Euhm...."
"Oh ya ini, Pak, dokumen, yang bapak inginkan," Tambah Jesika dengan nada sopan.
"Terima kasih, Oh ya. Tolong kau periksa dan bersihkan lemariku yang berada disana," Tunjuk Ando pada lemari yang tidak terlalu besar itu.
"Baik pak," Jesika segera melakukan apa yang di perintahkan oleh Ando kepada dirinya.
Jesika mulai membersihkan lemari Ando sambil bersenandung riang.
"La... La... La... AAAA. ke---kecoaaa," Teriak Jesika sambil berlari ke arah Ando tidak lupa gadis itu segera memeluk Ando yang tengah berdiri itu.
Ando yang mendapatkan sebuah pelukan tiba - tiba pun ikut terkejut akan sikap tiba-tiba Jesika.
"Hiks... hiks... Pak tolong, hiks.. a--da kecoa hiks...," Adu Jesika yang semakin erat memeluk Ando.
"Astaga Jesika. Kau ini seperti anak kecil sa...!! Ando menghentikan ucapannya saat melihat seekor hewan kecil tengah berjalan di lantai keramiknya. Hingga timbul sebuah ide di dalam otak Ando untuk sedikit mengerjai Jesika yang tengah ketakutan itu." Oh ya ampun, itu kecoa? Tidak... tidak, aku sangat takut pada hewan itu jesi. Jesi tolong kau buang dia, Oke. Aku sungguh takut padanya," ungkap Ando yang berpura - pura takut.
"Apa?" Pekik Jesika balik, gadis itu seakan tidak percaya jika atasannya yang begitu menyeramkan itu. Ternyata takut pada seekor kecoa juga, sungguh ini sulit untuk di percaya." Bapak aku yang ta----takut. Tapi kenapa jadi bapak sih yang terlihat ketakutan," Protes jesika yang terlihat bingung dan terus memeluk Ando. " Ti-----tidak mau bapak saja yang membuangnya," Tolak Jesika mentah-mentah.
"Apa. Kau berani menyuruh bosmu sendiri? Ingat aku ini bosmu Jesika. Sekarang aku memintamu untuk membuangnya. Cepat, aku sangat takut sekali. Ayo cepat Jesika," Paksa Ando dengan nada berpura-pura takut.
"Ti----tidak mau. Bapak saja, hiks. Ampun pak. Hiks... Saya sangat takut hiks...," Tangis jesika pecah karena rasa takut yang berusaha gadis itu tahan sedari tadi.
"Aku tidak peduli. Ayo buang hewan itu Jesika. Ayo sana," Ando sengaja mendorong pelan tubuh Jesika, untuk lebih dekat pada binatang kecil itu.
"AAAAAA. Tidak ma...." Tubuh jesika seketika tidak sadarkan diri. Melihat hal itu Ando dengan cepat menangkap tubuh Jesika yang hampir terjatuh.
"Astaga. Dia malah pingsan, Jesika. Jesika bangun. Oh ya ampun. Aku kira dia tidak akan sampai begini," Ando menghela nafas gusarnya.
Terdengar pintu dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu
"Astaga kakak. Apa kakak mencoba memperkosanya?" Pekik Melodi hati - hati karena melihat salah satu tangan Ando tidak sengaja berada di belahan d**a Jesika.
"Apa yang kau pikirkan Mel? Apa kau sudah gila. Enak saja kau berpikir begitu, kau kira aku ini pria macam apa," Balas Ando seakan tidak terima.
"La---lalu i----itu apa kak? Apa kakak gak lihat jika saat ini kakak tengah menyentuh mahkota berharganya itu," Tunjuk Melodi ke arah belahan dada... Jesika..
Ando berbalik untuk melihat ke arah yang di Maksud oleh Melodi.
"AAAAAA.!!! Ando tak kalah kaget saat melihat posisi telapak tangannya itu. Karena jujur, Ando baru sadar bahwa dirinya sempat menyentuh sesuatu yang terasa begitu kenyal baginya.
"I---ini tidak se---seperti yang ka---kau pikirkan Mel, ta---tadi kakak hanya berusaha untuk menolong dirinya saja. Karena dia sempat pingsan," Kata Ando dengan nada gugupnya.
"Entahlah kak. Aku tidak mau ikut campur tentang apa yang telah kakak lakukan ini, lagian. Itu urusan kakak.
kakak yang berbuat dosa tentu saja kakak sendiri yang harus menanggungnya," Melodi dengan cepat menutup pintu ruangan Ando tanpa mau mendengarkan ucapan pria itu lagi. Meski Ando terus saja memanggil namanya, Melodi tetap tidak ingin menjawab karena ia memang ingin melihat kakaknya terlihat gelagapan.
Lain hal dengan Ando yang terlihat begitu cemas saat melihat Jesika yang tidak kunjung sadarkan diri.
"Jesika. Ayo, bangun. Jesika, hei," Panggil Ando sambil menggoyangkan bahu Jesika dengan lembut.
"AAAAAA KECOA," Teriak Jesika tanpa sadar kembali memeluk Ando.
Deg
Suara jantung Ando yang berdetak di dalam sana, menandakan jika sang pemilik jantung tengah salah tingkah saat ini.Ando segera sadar dari rasa gugupnya itu.
"Tenanglah. Jesika, kau aman sekarang. Lagian, kecoanya sudah pergi," Balas Ando masih terlihat salah tingkah.
"Hiks... Benaran pak? Saya benar-benar takut sekali," Jesika sesekali kembali terisak.
Ando segera melepas pelukan jesika dan tidak lupa mengeluarkan sapu tangannya.
"Ambillah. Bersihkan air matamu, Oh ya. Kau kembalilah ke ruanganmu," pinta Ando yang segera berdiri untuk menjauh dari sosok Jesika. Karena jika ia terus berada di dekat gadis itu, maka sudah dipastikan bahwa jantungnya selalu tidak baik-baik saja.
TBC,