PEMAKAMAN

1429 Words
Usaha Miller dan Monza untuk mengejar pelaku penembakan rekan mereka gagal. Pria misterius itu berhasil kabur di tengah kegelapan malam. Sepertinya Ia sudah memperhitungkan langkah antisipasi untuk kabur. Miller dan Monza menghampiri rekan mereka yang tergeletak di atas tanah pelataran markas kepolisian. Dokter forensik yang kebetulan masih bertugas di ruangannya langsung datang, begitu mendengar ada rekan mereka yang tertembak. Ia memeriksa denyut nadi letnan Sam. Dokter yang memeriksa denyut nadi Sam menggelengkan kepalanya dan mengatakan, kalau rekan mereka sudah meninggal dunia. Monza dan Miller berteriak kesal dan mengumpat, “Sial!, kenapa harus rekan kita yang meninggal. Sebenarnya, apakah ada keterkaitan antara pembunuhan Karen dengan pelaku yang terus menguntitku seharian ini,” ucap Monza. Mobil ambulance datang untuk membawa jenazah rekan mereka ke rumah sakit dan akan dilakukan otopsi untuk mengetahui jenis peluru yang bersarang di tubuh korban. Miller dan Monza mendapatkan tugas untuk mengabarkan kematian rekan mereka kepada istrinya yang sedang hamil tua. Miller mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan Kota Tua yang lengang, selain karena sudah tengah malam, tetapi juga karena jumlah penduduknya yang sudah berkurang. Mobil yang dikemudikan oleh Miller berhenti di depan sebuah rumah mungil dengan pagar dari kayu dan di depan rumah tersebut terdapat pohon pinus. Miller dan Monza pun turun dan mereka menaiki undakan tangga menuju ke pintu rumah kayu tersebut. Monza dan Miller melakukan suit, siapakah yang akan mengetuk pintu dan menyampaikan kabar duka kepada istri dari mendiang rekan mereka. Miller lah yang bertugas menyampaikan kabar duka tersebut dan Ia sangat tidak menyukai sama sekali tugas ini. Miller menekan bel rumah dan tak berapa lama kemudian, seorang wanita muda dengan paras cantik dan perut yang besar, karena sedang mengandung membuka kan pintu untuk mereka. Wanita itu terkejut melihat kedatangan Miller dan Monza, mereka sudah pernah bertemu beberapa kali sebelumnya dalam acara kantor. Seolah tahu, kalau kedatangan Miller dan Monza untuk menyampaikan kabar duka, wanita itu menggelengkan kepalanya. Miller menelan salivanya dan meminta maaf sebelum menyampaikan kabar duka mengenai suami dari wanita tersebut. “Maafkan kedatangan kami kemari untuk menyampaikan kabar duka, Mam. Suam8 Anda gugur saat bertugas dan saat ini jenazah masih berada di rumah sakit untuk dilakukan otopsi.” Terang Miller. Wanita muda itu menangis dan hampir saja Ia jatuh ke lantai teras yang keras, tetapi untungnya Monza dengan sigap menahan tubuhnya. Wanita itu jatuh pingsan, Monza dan Miller pun langsung mengangkatnya ke dalam dan meletakkan di atas sofa yang ada di ruang tengah. Miller menelepon ke markas dan meminta agar petugas kepolisian wanita datang kekediaman mendiang rekan mereka untuk menemani janda dari Letnan Sam. Wanita itu sadar dari pingsannya dan tak lama kemudian dua orang polisi wanita datang untuk menemani istri dari almarhum rekan mereka. Monza dan Miller kemudian meninggalkan kediaman mendiang rekan mereka dan menuju ke apartemen mereka yang terletak di tengah kota. Sepanjang jalan Monza tertidur dengan lelapnya, Miller mengarahkan mobil nya menuju ke apartemen miliknya dan begitu mobil berhenti di basement apartemen, Miller membangunkan Monza. Monza membuka matanya secara perlahan dan Ia pun kemudian duduk dengan tegak. Ia lalu melepas seat belt nya dan ke luar dari dalam mobil.menyusul Miller. Monza tidak pulang ke apartemen nya, sepertinya tadi Miller dengan sengaja melewati arah menuju ke apartemen nya dan memilih langsung menuju apartemen nya. Sesampainya di apartemen, Monza menuju ke wastafel untuk membersihkan wajah nya, sementara Miller menuju ke dapur untuk membuat membuat makan malam mereka berdua. Pagi harinya Monza dan Miller sudah bersiap untuk menuju ke Senior High School Valey, tempat di mana akan diadakan upacara pemakaman Karen. Keduanya memakai pakaian biasa dan berbaur dengan orang-orang yang hadir di sana. Miller mengenakan jaket denim dan kaca mata hitam bertengger di wajah tampannya. Miller mengedarkan pandangannya dan menatap ke sekitarnya.Ia mencari apakah ada yang mencurigakan pada acara pemakaman jenazah Karen hari ini. Monza memilih arah yang berlawanan dengan Miller, Ia berjalan dan bergabung dengan beberapa pelayat yang hadir. Ia melihat kedua orang tua almarhumah duduk berdampingan di depan bersama dengan orang lainnya. Keduanya terlihat akur, bahkan Monza dapat melihat tangan Jack menggenggam tangan mantan istrinya itu. Monza mengalihkan pandangannya ke sekitar dan Ia melihat di tengah rimbunnya pepohonan yang ada di sekitar halaman sekolah, berdiri seorang pria dengan perawakkan tinggi besar. Sebuah topi pets dan kaca mata hitam melindungi wajah nya. Monza memberikan kode kepada Miller melalui ear piece, kalau Ia melihat seseorang yang tampak mencurigakan berdiri di bawah rimbun nya pepohonan. Monza dengan perlahan berjalan mendekat ke arah orang tersebut. Pria tersebut tidak terlihat takut atau pun terkejut melihat kedatangan Monza menghampirinya, Ia bahkan dengan ramah menjawab pertanyaan dari Monza, “Ada hubungan apa Anda dengan mendiang Karen?” Tanya detektif Monza. Pria tersebut memindai Monza dan Ia pun menjawab pertanyaan dari Monza dengan santainya, “Saya kebetulan sekali merupakan seorang Alumni di sekolah ini dan saya baru saja datang dari kota yang jauh untuk meminta legalisir ijazah Saya. Saat sampai di sini, Ibu kepala sekolah meminta kepada Saya untuk datang kembali esok, karena pada hari ini akan diadakan pemakaman salah seorang siswi mereka.” Terangnya. Monza menatap curiga ke arah pria tersebut dan Ia meminta kepadanya untuk menyerahkan kartu identitas miliknya. Monza menerima kartu identitas yang diserahkan kepada nya, di situ tertulis namanya Ryan Jenning dan tempat tinggalnya sesuai pada id yang tertera memang sangat jauh dari Kota Tua dan harus menempuh perjalanan berkilo-kilo jauhnya untuk sampai ke sana. “Sudah berapa lama Kau lulus dari sekolah ini?” Tanya Monza lagi. “Sudah berapa lama Kau lulus dari sekolah ini?” Tanya Monza lagi. “Saya sudah lupa, mungkin sekitar lima tahun yang lalu. Saya tadi di suruh Ibu Kepala Sekolah untuk menunggu hingga upacara selesai, karena Saya katakan kepadanya Saya tidak bisa lama-lama di sini, harus kembali lagi ke kota saya untuk kuliah dan bekerja.” Sahut Ryan. Monza pun menepuk pundak Ryan dan berlalu dari hadapan nya, Ia menghilangkan kecurigaannya kepada Ryan. Upacara pelepasan jenazah Karen berlangsung dengan haru, sambutan yang diberikan kepala sekolah Senior High School Valey, membuat yang hadir meneteskan air mata mereka. Sudah satu minggu berlalu semenjak peristiwa pembunuhan Karen, yang sampai saat ini masih belum terungkap jua, banyak yang menyayangkan pihak kepolisian yang belum berhasil mengungkapnya. Mereka menilai pihak kepolisian lamban dalam memecahkan kasus ini. Sementara itu, seorang gadis cantik dengan rambut pirang, yang juga merupakan salah seorang siswi populer di Senior High School Valey, tengah berjalan di lorong sekolah nya seorang diri. Ia populer kaena kecantikan dan kekayaan orang tuanya. Ia tampak membawa tumpukan buku di lengannya dan berjalan dengan terburu-buru. Gadis itu merasa kesal, kaena harus menjalani hukuman membuat resume beberapa buah buku, setelah Ia kedapatan mabuk-mabukan di halaman belakang sekolah bersama dengan teman-teman nya. Saking terburu-burunya Ia berjalan, sampai menabrak seseorang. Gadis yang bernama Aline itu, mendongakkan wajah nya dan menatap pria yang sudah ditabraknya dengan tatapan tajam, “Hei, Bung!, Kalau berjalan itu pakai mata, lihat buku-bukuku jadi berhamburan. Sekarang ambilkan buku-bukuku yang terjatuh itu!” Perintahnya dengan kasar. Pria yang ditabraknya menatap ke arahnya dengan tajam, “Dengar ya, Nona kecil. Kamu pikir siapa dirimu yang bisa memerintahku. Kamu tadi yang sudah menabrakku, karena berjalan dengan terburu-buru.” Pria itu kemudian mencekau dagu Aline dan membuat Aline memekik karena sakit. Namun, pria itu tidak peduli. Ia lalu mendorong tubuh Aline, hingga terjatuh membentur lantai dan setelah itu, Ia berlalu pergi meninggalkan Aline yang mendadak menjadi ketakutan. Di lain tempat, setelah acara sambutan pelepasan jenazah Karena, rombongan orang yang hadir menuju ke mobil mereka masing-masing mengiringi peti jenazah Karen menuju areal pemakaman kota tua. Begitu iringan mobil jenazah sampai di pemakaman dan peti jenazah di bawa menuju ke lobang yang sudah di gali. Perlahan-lahan peti jenazah Karen diturunkan memasuki lubang kubur. Ibu dan teman-teman Karen yang tergabung dalam regu paduan suara menangis terisak, begitu peti jenazah teman mereka di tutup dengan tanah. Sementara itu, di tempatnya berada Aline yang merasa ketakutan dengan cepat membereskan buku-bukunya yang terjatuh, suasana sekolahannya terasa sangat sunyi, sepertinya orang-orang sudah meninggalkan halaman sekolah. Aline dengan cepat masuk ke dalam mobilnya yang terparkir dan menyalakan mesinnya dengan terburu-buru. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya mesin mobil Aline menyala juga. Aline terlonjak kaget, kaca mobilnya diketuk, Aline tidak berani menurunkan kaca mobilnya, Namun, ketukan itu semakin kencang, dengan ragu-ragu Aline menurunkan kaca mobilnya. Aline menatap takut, ke arah pria yang tadi sudah ditabraknya di lorong sekolah. Pria itu mengulurkan sebuah buku ke arah Aline dan berkata kalau bukunya ketinggalan. Aline menerima buku itu dan langsung saja Ia menaikkan kembali kaca mobil nya. Ia pun melajukan mobilnya meninggalkan halaman sekolah. Pria asing dengan jaket kulit melekat tubuhnya menatap kepergian Aline dengan tatapan tajam, Ia merasa senang karena sudah berhasil mendapatkan calon tergetnya yang baru.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD