Chapter 7Ada Petunjuk?
Author
Pagi ini Sabrina dan Amy datang sangat pagi ke kampus, mereka sudah janjian sama Mayang, mereka ingin bertanya soal bully yang terjadi di sini, mereka berharap ini bisa mengungkap misteri meninggalnya Merry.
"Menurut lo Mayang bakal datang?" tanya Amy dengan suara yang pelan, walau masih pagi dia tidak mau merusak rencana mereka berdua.
"Itu harapan gue ... gue pingin tahu ... ini bener-bener bikin gue penasaran, apalagi mengingat perkataan Anita kemarin kau ingat kan?" kata Sabrina ikut berbicara dengan pelan, kampus masih lengang, bahkan pintu kampus hanya terbuka sebelah. Dan penjaga kampus baru saja berpindah shif.
"Hi ... udah lama nungguin ya?" sapa Mayang begitu masuk kelas. Senyumannya menular pada Sabrina dan Amy yang sudah menunggunya lumayan lama.
"Hi juga ... enggak kok kita juga baru datang kok,” kata Sabrina lembut sambil membalas senyuman Mayang. Rasanya tidak sopan jika ada yang tersenyum padamu tapi tidak dibalas.
"Emang kalian pengen ngomong apa sih ... kok mesti ketemuan pagi-pagi,” selidik Mayang. Matanya menyorot penuh curiga.
"Ini soal omongan lo soal pembullyan di sini,” kata Sabrina dengan nada biasa seperti tidak menyadari tatapan curiga Mayang.
"Maaf ya bri kemarin gue salah ngomong,” ralat Mayang akhirnya. Dia menunduk ketakutan. Wajahnya memias. Apa segitu takutnya setiap dia mendengar kata bully.
Sabrina ngerasa ada yang ditutupi Mayang dari dia, dia yakin banget kalo yang dibicarakannya kemarin itu bukan omongan orang iseng, apalagi dia melihat tingkah Mayang yang kayak ketakutan, dia mesti mencoba meyakinkan Mayang buat cerita yang sebenarnya, karena sekarang dia ngerasa Mayang tahu sesuatu tentang kematian Merry. Itu insting Sabrina. Dan selama ini instingnya tidak pernah salah.
"May ... please lo kasih tahu yang sebenarnya ya ... ini biar gue tahu meski bersikap kayak apa ke geng Nathan dan Anita ... ya ... ya ...please," rayu Sabrina mencari alasan buat bikin Mayang cerita. karena enggak mungkin kan kalau Sabrina memberitahu yang sebenarnya kepada Mayang. Entah kenapa dia juga tidak terlalu mempercayai Mayang begitu saja. Ini juga berdasar insting Sabrina. Sabrina memberi tatapan sayu ala anjing pudel yang menghibah pingin dikasih makan. Tatapan Poppy eyes andalannya. Dan selama ini tidak ada yang bisa menolaknya jika dia mengeluarkan jurusnya itu.
Amy yang ngelihat Sabrina yang ngeluarin jurus Poppy eyes nya cuma bisa menahan tawa. Dia kenal banget Sabrina kalo udah gini gak ada yang bisa nolak permintaan dia, termasuk dirinya.
"Gu ... gue ..." Mayang jadi merasa tidak enak, tapi dirinya masih ragu. Dan hanya dia sendiri yang tahu kenapa.
Melihat ketakutan Mayang, Sabrina lantas memutus omongan Mayang cepet sebelum Mayang menolak permintaannya.
"Gue ngerti lo takut ... dan gak mau terlibat ... gue janji gak bakal bawa nama lo ... asal lo mau cerita semuanya," bujuk Sabrina lagi.
Walaupun dia masih takut tapi melihat Sabrina yang memelas diapun mengangguk penuh keraguan. Dia takut, takut akan sesuatu yang coba ditutupinya.
"Tapi bener ya jangan ngelibatin gue,” kata Mayang masih ragu.
"Iya gue janji,” kata Sabrina dengan nada tegas penuh janji.
"Lo mau nanya apa, gue bakal jawab sesuai yang gue tahu,” kata Mayang akhirnya dengan nada pasrah. Semoga tidak apa-apa.
"Kemarin lo cerita ada mahasiswa yang dibully gimana ceritanya, terus apa hubungannya dengan geng Anita," tanya Sabrina mencoba menguak tabir misteri di kampus barunya ini. Semoga memang ada hubungannya dengan Merry.
"Sebenernya ini cerita teman gue satu-satunya disini, selama ini cuma dia yang mau temenan ama gue," kata Mayang pelan, seakan dia sedang mengenang sang sahabat karena ekspresinya penuh kesedihan.
"Siapa namanya?" tanya Amy tak sabaran. Mayang menatapnya kaget, tapi dia terus menceritakan semuanya.
"Namanya Merry, sebenarnya dia anak orang kaya nggak kayak aku yang masuk sini make beasiswa dan karna gue miskin tapi kalo dia karena dia itu pinter," kata Mayang pelan sambil menunduk tak melihat ekspresi keduanya yang terperangah tak percaya. Wajah keduanya sudah menegang.
Saat Mayang menyebut nama Merry jantung Sabrina berdetak semakin cepat, tangannya terkepal emosinya memuncak. Tapi dia berusaha menahan diri. Kini ada seorang yang mengenal Merry, maka dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sepertinya diberi Tuhan kepadanya.
"Terus kalo dia orang kaya kok bisa dia dibully?" tanya Amy karena dia tahu Sabrina masih mencoba buat tenang.
"Ya karena penampilan Merry gak kayak orang kaya, dia bilang dia mau punya teman yang tulus yang mau temenan karena pribadi dia bukan karena kekayaan orang tuanya, dan juga dia terbiasa pake pakaian tertutup ditambah dia pake kacamata jadi cuma gue yang tahu kalo dia anak orang kaya itu pun setelah gue kenal dia dan akrab sama dia,” kata Mayang tenang.
"Lantas kata lo kalo cuma nerd aja paling dibully nya paling banter dilempar telur ama disiram air kotor, terus apa yang terjadi ama teman lo?" tanya Sabrina penasaran.
"Ya lo bener Merry tuh mirip ama lo walaupun penampilan lo nerd tapi lo masih kelihatan istimewa. Terus terang aja pas awal lo masuk kelas gue jadi keinget Merry tapi lo lebih bisa jaga diri lo beda ama Merry. Anaknya gampang dibully," kata Mayang sambil menatap Sabrina tajam seakan mencurigai sesuatu. Sabrina menahan mulutnya untuk semakin bertanya. Dia melihat tatapan curiga Mayang.
"Apa karena penampilannya dia dibully?" tanya Amy yang tidak lagi mendapati Sabrina bertanya lebih, maka dia yang berinisiatif.
"Iya awalnya memang sebatas dihina aja didorong, di siram air kotor ... disuruh mengerjakan tugas sekolah, paling banter dilempar telur tapi nggak sampek maen fisik," kata Mayang akhirnya menceritakan kejadian yang dialami oleh Merry.
"Terus ... ?" tanya Sabrina penasaran.
"Ya sejak pacar Anita dan beberapa anak membuat taruhan siapa yang bisa deketin atau bisa merenggut keperawanan Merry maka akan mendapat apa saja yang dimaui, semua jadi tidak terkendali apalagi Anita merogoki pacarnya maksa nyium Merry, Anita mulai bawa Merry ke toilet dan menyiksa Merry," ada nada sendu dalam ucapan Mayang. Apa karena dia mengingat sikap Anita pada Merry? Atau karena hal lain. Batin Sabrina.
"Menyiksa maksudnya kayak mana?" tanya Sabrina dengan emosi yang berusaha ditahannya.
"Ya tangannya dilukai pake silet, rambutnya dipotong sembarangan, disundut rokok dan masih banyak lagi," terang Mayang membuat Sabrina terbelalak kaget menerima kenyataan kalau Merry menerima perlakuan yang menyeramkan semacam itu tapi dia tidak mengetahuinya. Dia bahkan sedang menikmati kepopulerannya di luar sana.
"Terus gimana reaksi keluarganya?" melihat Sabrina yang kehilangan kata-katanya membuat Amy kembali bertanya.
"Karena takut ... Merry gak pernah ngomong ke keluarganya," sahut Mayang lagi.
"Lantas apa yang terjadi ... apa dia masih dibully ?" kini Sabrina yang bertanya, mencoba menguatkan perasaannya untuk tidak segera mencari Anita dan menghajarnya detik ini juga.
"Ya apa lagi pacar Anita semakin menjadi dia terang-terangan ngedeketin Merry, padahal Merry udah berusaha menghindari pacar Anita sampai_” Mayang berhenti berbicara dan mengatupkan bibirnya lekat-lekat seakan dia terlarang mengatakannya.
"Apa yang terjadi?" tanya Sabrina semakin dibuat penasaran dengan tingkah Mayang yang seakan ragu meneruskan ceritanya.
"Dia diperkosa beramai ramai dan divideo,” kata Mayang pelan dan dibalas kesiap dari kedua orang di depannya.
"Astaghfirullah ... biadab!!” teriak keduanya bersamaan.
Sabrina menahan amarahnya sampai mukanya merah padam, buku jarinya terkepal hingga memutih menahan amarah yang sudah memuncak.
"Sebentar ... beramai-ramai maksudnya siapa saja? apa pacar Anita juga?" Amy kembali bicara. Merasa ada yang janggal yang dia rasakan.