Tidak semua orang berdarah bangsawan menjadi bangsawan dan hidup mewah. Bahkan Esteva yang memiliki ayah biologis seorang bangsawan Inggris, pada kenyataannya lahir sebagai anak haram dan besar di jalanan sudut kumuh Spanyol. Ia tidak akan pernah memiliki kehidupan mewah keturunan seperti dambaan banyak orang itu. Ia akan selalu tersisih dan hidup dari caci maki masyarakat. Jadi, apa gunanya hidup menjadi orang baik-baik jika dunia sendiri begitu kejam padamu? Menjadi pemuas nafsu pria yang bisa memberinya kemewahan akan menjadi jalan hidupnya. Berlakulah bagai gadis bodoh dan mengiba yang haus kasih sayang.
Grisham mengulum jarinya yang basah setelah menyentuh mukosa gadis itu. Matanya menyeret tajam Esteva, memikirkan apa saja yang bisa dilakukannya pada Esteva. Gadis itu polos tanpa ada yang menghalanginya menyentuh setiap jengkal tubuh menggiurkan itu. Namun, disuguhi penyerahan diri Esteva, justru menimbulkan tanya dalam benak Grisham. Ia mengenal beragam orang dan ia bisa mengatakan gadis itu berbohong, tetapi nafsu yang digiring gadis itu sedikit banyak mengaburkan penilaiannya. Ia sudah dikuasai keberahian yang merusak akal sehatnya.
"Hmmph ... Ah, sakit," ringis Esteva saat meletakkan p****t duduk di pinggir ranjang seperti suruhan Grisham. Bekas pecutan Tuan- nya menimbulkan nyeri- nyeri mengerubuti saraf di sekitar celah kegadisannya, yang ternyata membuat area itu semakin basah.
Grisham tidak menggubris ringisan Esteva. Rasa sakit itu adalah pembuka nikmat yang akan membuat Esteva melupakan semua kesedihannya. "Belajarlah dari rasa sakit ini, manis. Kelak kau akan merasakan kenikmatan darinya," seringai Grisham. Ia membungkuk meraih pergelangan kaki Esteva, mengangkatnya agar berpijak ke tepian ranjang, membuat kaki gadis itu mengangkang, terbuka selebar mungkin agar ia mendapatkan penampakan leluasa celah rahasia Esteva.
"Kyaaah!" Punggung Esteva terdoyong ke belakang sehingga bertumpu dengan kedua sikunya agar tidak terbaring. Ia berdebar- debar mengamati apa yang Grisham lakukan pada dirinya.
Grisham melepas sarung tangan yang sebelah, melemparnya ke belakang, lalu tanpa segan berlutut agar wajahnya berhadapan dengan rongga sakral gadis itu. Ia menghirup aroma kegadisan Esteva dan terpejam terlena wangi lembutnya. Ketika ia membuka mata lagi, sorot mata Grisham menggelap, menatap liar kegadisan Esteva. Ia menggunakan jemari kedua tangan, membuka celah itu bagai membelah buah berduri dari pulau tropis. Pemandangan yang sangat indah tampak di dalam sana. Lubang sangat halus dan sempit, tetapi menjanjikan kenikmatan bagaikan di surga. Telunjuknya mengusap- usap melingkar lekukan berwarna kemerahan pucat di area itu.
Wajah Esteva sontak memanas bagai demam tinggi dan ia terengah. "Ah... Señor ...," lirihnya.
Mata Grisham semakin tajam melihat kilauan basah gadisnya. Ia mendesis parau. "Sshhh! Eva manis .... Panggil aku Tuan ...." Satu ruas jarinya masuk membelai dan menekan tonjolan mungil milik Esteva di dalam sana dan Grisham mendapatkan apa yang ingin didengarnya.
"Ah ... Tuan ...." Esteva ingin menutup kakinya, tetapi tidak bisa karena ditahan tangan pria itu.
Grisham mencabut jarinya keluar dari celah dan bersamaan dengan itu, lebih banyak lendir keluar. Grisham mengubit sejumput, memeriksa cairan itu di ujung jarinya dan melihat bercak merah muda dari setetes darah. Jemarinya mencengkam sekitaran lekukan kegadisan Esteva dan membuka lebih lebar lagi celah itu.
"Kyaaah ...." Esteva kembali terpekik lemah. Panas di dalam tubuhnya semakin memuncak, ditambah Grisham menilik ke dalam sana dan bergumam parau. "Ah, kau masih terlalu mungil, Eva. Aku percaya sekarang Andreas tidak pernah menyentuhmu, bahkan tidak ada seorang pun sebelum aku."
Esteva merasa tersindir, ketahuan Grisham dirinya belum berpengalaman. "Saya mengira akan berharga menjaga keperawanan untuk pria yang saya cintai kelak," gumamnya penuh sesal.
"Hahaha ...." Grisham tertawa serak, yang dikira Esteva menertawakannya. Namun, rasa rendah diri itu sirna seketika, tatkala Grisham mencondongkan wajah ke liang keperawanannya dan menjulurkan lidah memujanya. "Oh, ini rasa terbaik yang pernah aku cicipi. Kau melakukan hal yang benar, sayang. Keperawananmu memberimu nilai lebih."
Tatapan Grisham melembut. "Sekarang jangan berpikiran macam- macam lagi. Aku akan tunjukkan betapa berharganya dirimu." Grisham melumat gundukan bak bibir mungil di hadapannya, mencumbunya bagai orang kelaparan menggigit- gigit potongan buah yang sangat lezat.
Bagaimana mungkin seorang bangsawan terhormat berlutut dan memujanya seagung ini? Perbuatan ca.bul Grisham membesarkan hatinya. Mata Esteva terbelalak lalu layu perlahan. Rasanya, seluruh jiwanya tersedot masuk ke dalam pusaran ganas, ia tidak tahu akan terbawa ke mana. Hanya sentuhan serta suara cecapan Tuannya menjadi pemandu. "Ah ... Tuan ...," rengek Esteva.
Grisham suka sekali mendengar suara manja itu. Ia menarik kedua belah paha Esteva semakin lekap ke wajahnya. Lidah Grisham berputar- putar semakin dalam. "Ohmm, Eva ...," sebutnya sebelum membungkam kata dalam relung keperawanan Esteva.
Bergerak sendiri, tangan Esteva meraih kepala Grisham dan menjambak rambutnya seraya berteriak lemah. "Unghh ... Tuan .... Hentikan .... Apa yang Tuan lakukan? Ahh ... rasanya geli sekali ... Ah."
Grisham tidak mempedulikannya. Tidak mendengar karena terlalu mabuk oleh jus gadisnya. Seruput- seruput cipratan sangria wine yang kecut manis direguknya berkali- kali. Grisham menjadi semakin rakus. Ia bergerak naik ke ranjang, mendorong Esteva terbaring dengan kedua kaki tertekuk ditindih pundaknya yang lebar.
"Aahh .... detente, porfavor ...." Hentikan, kumohon. Esteva memelas. Jemari Esteva mencakar- cakar seprai kasur, tetapi itu tidak membawanya ke mana pun. Tubuhnya sepenuhnya dikungkung Grisham. Esteva meneriakkan permohonannya. "Tuan ... hentikan .... porfavor ... ini terlalu ... pusing .... Aaaah ...."
Di bawah sana meluap lagi dan Grisham menenggaknya lahap hingga pipinya berlepotan cairan memabukkan itu. Grisham menegapkan tubuhnya untuk menatap Esteva yang tubuhnya melengkung kuat, menyajikan dua buah daranya menjadi setengah lingkaran penuh dan padat. Grisham merangkak ke buah itu dan mengisap kuat puncak- puncaknya. Ia bergumam gusar. "Tidak bisa kuhentikan, sayang. Kau sudah memulai permainan ini. Aku bukan pria yang suka tarik ulur dengan perempuan mana pun. Aku menginginkanmu dan kau harus memuaskanku." Ia mengisap sekuat- kuatnya bagai bocah perkasa menyusu pada gadis perawan karena saking kelaparannya.
"Aah, Tuan ... sakit ... perih ...," pelas Esteva merasakan puncak- puncaknya berdenyut meradang ditambah gigitan- gigitan rahang kokoh pria itu.
Grisham mendesis belum puas, tetapi ia menarik tubuh dari Esteva, memberikan kesempatan gadis itu menghela napas dan berpikir sejenak sebelum ia melanjutkan. Grisham berdiri tegap, mulai melonggarkan kancing kerah kemeja lalu pergelangan tangannya. Ia melepas kemeja putih itu melalui atas kepala dan melemparnya sembarangan ke lantai. Tubuh berotot padatnya mengilap oleh keringat kepanasan. Grisham melonggarkan kepala sabuknya sambil memanggil gadisnya. "Ke sini, sayang, datang padaku. Aku ingin memenuhi mulutmu."
Esteva bangun, menelan ludah yang nyaris tidak ada. Ia merangkak di atas ranjang, menghadap Grisham. Buah daranya menggantung berdenyut- denyut bagai diperas. Pria itu melengkungkan pinggang ke arahnya, menonjolkan gundukan besar yang masih terbungkus celana pantalon. Grisham menatapnya dengan sebelah alis terangkat, mempersilakannya. Sebelah tangan Esteva meraih pengait celana Grisham, membukanya, lalu mengeluarkan penanda kejantanan yang membesar penyebab gundukan tadi. Batang panjang itu mengacung ke wajahnya, Esteva menelan ludah lagi. Mendekatkan bibirnya ke ujung tumpul batang itu. Napasnya menderu mengembus kepala kejantanan Tuan-nya. Esteva membuka mulut dan mengulum bagian kepala. Denyutan keras dan panas langsung terasa dalam rongga mulutnya. "Ungghh, Tuan ...," lenguh Esteva sebelum mengulum lebih banyak lagi.
"Sshh ... Aahhh .... Gadis nakal! Uunghh ...." Grisham tidak bisa menahan erangannya, menatap nanar ke langit- langit kamar bagaikan ada surga di sana. Tangannya mencengkeram rambut Esteva, menekan kepala gadis itu agar mengulum miliknya seluruhnya dan menjepitnya dalam rongga mulut.
"Hnngg ...." Erangan menggoda terdengar dari Esteva. Kepala gadis itu bergerak maju-mundur mengikuti gerakan menarik dan mendorong keluar masuk batang keperkasaannya.
Emutannya tanpa segan, rakus, dan menelan lumeran saliva bagai menenggak jus buah segar, membuat Grisham terpana akan kenikmatan mulut Esteva. Gerahamnya menggeretak menahan ingin memaki Esteva, membayangkan mulut gadis itu sudah melayani banyak pria sehingga bisa semahir itu. Dia boleh menjaga segel keperawanannya, tetapi mungkin tidak akan melewatkan permainan rongga mulutnya demi pundi- pundi uang.
"Sialan ...," desis Grisham akhirnya, lalu menggerakkan pinggulnya menghunjam mulut Esteva seakan menghajar kebinalan gadis itu. Ia mencerca Esteva. "Kau sudah sering berbohong 'kan, sayang? Ini hukuman untukmu. Setiap kau berbohong, aku akan menggojlok mulutmu seperti ini. Ughh, ini, rasakan .... Ughhh ...."
Esteva terbungkam oleh keperkasaan pria itu. Ia tidak bisa membantah ataupun protes.
Dia sangat nikmat. Grisham merutuk sampai terbawa emosi. Eva-nya terlalu nikmat, bahkan di mulutnya yang penuh kebohongan. Bagaimana cara mengatasi gadis ini? Yang tidak segan mengumbar syahwat agar bisa meloloskan diri dari perbuatan nakalnya. Baiklah, ia akan menganggap Esteva tidak terlibat dalam hilangnya kalung Britanny.
Grisham butuh pengakuan kepemilikan yang lebih sah. Ia mengeluarkan batang kejantanannya dari mulut Esteva, memegang kedua sisi kepala gadis itu, yang setengah sadar, ia menarik wajah Esteva kepadanya lalu melumat bibirnya yang meradang dan basah. Sambil melakukan itu, ia mendorong Esteva berbaring, membuka tungkai kakinya dengan lutut. Grisham menyingkirkan celana dari kakinya sendiri. Gerakannya lebih leluasa dan tangkas menindih gadis itu, menahan kedua tangan Esteva seraya mendorong kejantanannya ke dalam celah mungil Esteva tanpa menahan diri.
Srak .... Lapisan kulit penyegel kesucian gadis itu robek seketika oleh benda tumpul dan panjang menerobosnya. Membuka paksa celah mungil yang tersembunyi itu.
"Kyaaaah .... Sakit .... Aaahhhh ...." Esteva berteriak nyaring menahan kepedihan sampai berderai air mata. Darah merah tua merembes keluar dari rongganya yang sekarang sumpek terisi batang kokoh milik Grisham. Otot- ototnya pegal kaku oleh benda besar yang tiba-tiba masuk itu.
Grisham terdiam sebentar tidak dapat bergerak karena pasaknya tertancap kuat di dalam inti tubuh Esteva. Grisham menggeram oleh rasa remasan erat dan kuat otot- otot halus gadisnya.
"Aahh ... kenapa sesakit ini? .... Ahhh ... hiks ...." Esteva terisak.
Grisham mengecupi bulir- bulir air matanya sambil berujar lembut. "Jangan khawatir, sayang. Rasa sakit ini hanya permulaan. Aku akan memberikanmu kenikmatan yang sesungguhnya." Lalu pria itu mulai menggerakkan pinggulnya.
"Aaahh ...," teriak Esteva dalam ketidak berdayaannya. Ia terdongak dan mata terpejam melelehkan air mata.
Grisham bergerak sambil melongok ke bawah, ke titik penyatuan tubuh mereka dan melihat batangnya bernoda bercak darah. Grisham merasakan kepuasan hakiki, tubuhnya gemetaran oleh desakan berahi, bangga menjadi yang pertama membajak di tubuh gadis itu. Ia melanjutkan menumbuk rongga mungil Esteva, menjadikan rongga itu menyukai batang miliknya. Teriakan Esteva meredam menjadi desahan terhanyut. "Oh, Tuan ... unghmm, ... hmmhhh ...."
Grisham memelankan gerakannya. "Masih sakit?" tanyanya penuh perhatian. Gadis itu menggigit bibir dan menggeleng lalu berkata malu-malu. "Estupendo (luar biasa), Senor ...." Grisham terkekeh lalu menambah kecepatan goyangan pinggulnya lagi. Ia terlupa di kamar yang lain, sepupunya, Britanny menangis kehilangan kalung berharganya.
***
Malam semakin tinggi dan ranjang berantakan, panas oleh gesekan tubuh.
Darah bekas luka pembukaan keperawanan Esteva berceceran di seprai putih. Pemandangannya sedikit membuat Esteva tidak nyaman. Bukan karena ia takut darah atau luka. Itu menunjukkan bahwa di hadapan Grisham ia sangat rapuh dan sangat tidak berpengalaman. Dia merasa Grisham akan mengejeknya. Apa yang dilakukannya adalah meniru hal yang dilihatnya sehari- hari.
Bagaimana mulutnya bisa begitu piawai? Ia jatuh cinta pada Andreas Bradford Bournemouth yang terkenal memiliki meriam berukuran paling besar yang pernah tercatat di Inggris. Ia ingin membiasakan mulutnya dengan ukuran pria itu. Ia bisa minum sebotol penuh anggur dalam sekali tenggak. Ia bisa menelan telur rebus sebiji penuh sekali telan, karena buru- buru berebut makan dengan kru lain yang berbadan bongsor dan makannya lahap serupa babi. Mereka perlu tenaga dalam jumlah besar. Esteva juga suka makan pisang, acar mentimun, terong bakar, telur mentah, serta ramuan- ramuan aneh buatan para kru. Bagus untuk stamina, kata mereka.
Ia memimpikan semua petualangan ero.tis itu akan dialaminya bersama Andreas, akan tetapi ia malah di sini, bersama pria yang 15 tahun lebih tua darinya dan hampir tidak dikenalnya. Suka rela disetubuhi dan rongga sucinya dipenuhi kebahagiaan serasa di dalam sana terisi sekantong penuh koin emas. Celahnya adalah lubang tempat pria itu bisa mengisi celengan. Ya, setiap tetes cairan yang ditumpahkan pria itu di dalam sana, sama dengan pundi- pundi uang yang akan diterimanya. Rasa nikmatnya bagai mandi berendam di bak penuh koin emas. Impiannya sejak lama sebagai gadis jalanan.
Grisham teringat mantan tunangannya meninggalkannya karena hamil benih pria lain. Ia tidak ingin gadis baru ini begitu juga. Karena ia yang pertama, ia tidak akan memberikan kesempatan pria lain menyentuh gadisnya. Ia tidak segan menumpahkan benih- benih keturunannya di dalam tubuh Esteva. Ia dengan senang hati membuat gadisnya hamil. Dengan demikian, Esteva tidak akan mudah meninggalkannya.
Seluruh tubuh basah oleh embun tubuh. Aroma tipis yang aneh tetapi memusingkan terendus. Sesuatu yang berbau sangat laki- laki. Esteva terkulai lemas dengan kaki terbuka lebar dan Grisham menindih tubuhnya sehingga kakinya tidak bisa bergerak. "Ooh, rasanya sangat lega, sayang ...," desah Grisham. Ia masih merayap di atas tubuh Esteva, menggerakkan tuas lelakinya yang masih tegak, sisa- sisa pelepasannya.
Esteva juga mengalami rasa yang sama dengannya. Ia turut meresah. "Ya, Tuan ... Anda benar ... Saya merasa sangat mengantuk .... Rasanya ingin segera tidur."
Grisham tertawa. Sedikit mengangkat tubuh untuk mengecup kening Esteva yang basah oleh keringat. Tuas kelelakiannya akhirnya lunglai dan keluar dari liang gadis itu, mengikuti lelehan cairan kental hasil penyatuan tadi. "Wajar saja, sayang. Itu tadi berkendara yang cukup lama untuk pengalaman pertamamu. Kau seharusnya bersyukur karena diperawani lelaki berpengalaman."
Grisham menarik selembar selimut untuk menutupi tubuh Esteva agar tidak kedinginan tanpa busana. Ia berujar lagi, "Rata- rata pemain baru langsung keluar begitu masuk. Kau tidak sempat merasakan puncak pesta bercocok tanam yang sempurna. Atau seorang amatir yang tidak tahu diri, membuatmu kesakitan tanpa memikirkan membuatmu nyaman kemudian. Bisa- bisa kau sakit kencing selama beberapa hari ke depan. Aku paling benci tipe pria seperti itu. Ia setara pemer.kosa."
Esteva meraih pinggiran selimut dan menutupi sampai bawah hidungnya, menutupi lehernya yang kesusahan menelan ludah. Ia takut dengan yang dijabarkan Grisham barusan. Besar di jalanan, ia sering berhadapan dengan pria pemaksa dan ia paling benci tipe pria seperti itu.
Grisham melihat sorot polosnya berbinar di balik selimut seperti itu, terkesan Esteva sedang takut dan malu. Grisham duduk dan tersenyum, senyumnya yang ramah. Ia menepuk- nepuk puncak kepala gadisnya. "Jangan khawatir, sayang. Kau aman bersamaku. Sekarang tidurlah. Kita bertemu lagi besok."
Grisham merangkak hendak turun dari kasur, akan tetapi jemari Esteva memegangi lengannya. Grisham menoleh pada gadis itu dan bertanya- tanya.
Ini malam yang indah. Ia baru saja mendapat pengalaman hebat, rasanya akan sangat menyedihkan jika sisa malam dilalui sendirian, membawanya teringat kekecewaan dan patah hatinya. Andreas di sana bersenang- senang dengan istrinya tanpa secuil pun memikirkan dirinya. Esteva tidak ingin menjadi orang yang merana sendiri. Suaranya sangat lembut meminta Grisham. "Tuan ... tidurlah di sini. Saya tidak ingin sendirian. Ini malam pertama saya ... Saya belum terbiasa."
Grisham terenyuh mendengar permintaan gadisnya. Tidak pernah terpikir gadis liar seperti Esteva akan minta perhatian sepele bagai anak kecil. Apalagi gadis itu menggigit- gigit ujung kuku ibu jari, lalu mengemutnya. Ia duduk lagi di sisi Esteva dan mengusap lembut pipinya. "Oh, sayang ... aku tidak menyangka kau akan berucap demikian. Kau sangat manis, tentu aku akan menemanimu."
Esteva berhenti mengemut ibu jarinya. Gadis itu tersenyum malu- malu. Grisham dibuat terpana lagi. Di mana Esteva yang dingin dan keji? Ah, bukankah dia sangat bagus memerankan keluguannya? Grisham tersenyum dan berujar penuh perhatian pada gadis itu. "Dia bak seorang gadis nimfa yang membawa guci emas, menuangkan air di dalam untuknya. Grisham terpesona. Ia berucap tanpa sadar. "Eva sayang ... Kau sangat cantik ...." Lalu merangkak meniduri gadis itu.
***
Bersambung ....