3

1575 Words
"Btw Lo masih belum mau buka kedok Lo Rele?" tanya Nico tersebut. "Maksud Lo gimana Nic? Gua kok jadi bingung dah. Kedok apaan coba? Emangnya selama ini gua perempuan berkedok gitu?" tanya Mirele ke Nico. "Astaga bukan gitu Rele, i mean about hubungan Lo sama Tytan. Sampai kapan Lo mau sembunyiin hubungan Lo sama Tytan? Padahal Lo sama dia juga satu sekolah kan Rele." ujar Nico membahas hubungan kakak adik antara Mirele dengan Tytan. Memang Mirele mengatakan kepada Tytan bahwa ia tidak ingin ada yang mengetahui tentang dirinya itu. Ia tidak ingin jika nanti banyak cewek yang mendekati dirinya karena ingin dekat dengan kakaknya itu. Maka dari itu sampai sekarang mereka bertemu di sekolah pun juga tidak saling sapa, seperti orang yang tidak di kenal. Keseharian Mirele di sekolah juga baik-baik saja jadi Tytan tampak tak terlalu khawatir. Saat akan pulang ke rumah lah dia baru khawatir. Maka dari itu ia meminta kepada Nico untuk mengantar jemput Mirele. Nico pun tidak keberatan dengan hal itu. "Kenapa? Lo udah capek ya nganter jemput gua? Ya udah sih gua bisa naik mobil sendiri Nic. Ini juga Abang kan yang pingin, bukan gua. Tenang aja gua bakalan bilang ke Abang. Lo ga perlu khawatir." ujar Mirele kepada Nico. "Bukan gitu Rele, gua ga masalah buat antar jemput Lo. Gua malah seneng karena gua bisa jaga Lo juga. Ya udah deh terserah Lo deh Rele. Sekarang lanjut makan ya." ujar Nico yang akhirnya menyerah juga saat ini. Lagi pula seharusnya ia tahu bahwa memang ini hasilnya akan seperti ini. Karena ini bukan pertama kalinya Nico meminta tentang ini, ini sudah yang kesekian kalinya tapi masih saja ia tidak berhasil. Ia sekarang ini melanjutkan makan sembari menatap ke arah Mirele yang seperti bete kepada dirinya. Ia pun tersenyum menatap ke arah Mirele tersebut saat ini. "Jangan bete gitu dong Rele, Lo jelek parah kalo lagi bete gini tuh." ujar Nico kepada Mirele sembari ia mengacak lembut rambut Mirele tersebut membuat Mirele marah-marah tapi Nico lebih lega jika Mirele marah-marah daripada Mirele hanya mendiamkan dirinya. Lebih baik ia di maki daripada didiamkan saja. Karena jika Mirele sudah diam, ia akan diam cukup lama juga. "Ah ya gua lupa, ntar mampir ke rumah gua ya Rele." ujar Nico itu. "Kenapa emang?" tanya Mirele kepada Nico karena pasti jika mampir ke rumah Nico terlebih dahulu itu ada apa-apa. Makanya Mirele bertanya hal itu. "Mama habis bikin Brownies Panggang. Ah tapi kalolo ga mau sih ga papa, ntar gua bilang sama Mama deh terus gua juga bilang kalo Brownies Panggang buat gua semua karena Lo ga tertarik. Lumayan gua dapat tambahan banyak." ujar Nico yang membuat Mirele kini tampak membungkam mulut Nico dengan tangannya. Ia pun kini tampak senang. "No, pokoknya wajib balik ke rumah Lo dulu. Gua ga sabar pingin makan brownies panggang bikinan Mama sumpah deh." ujar Mirele karena dirinya memang sesuka itu dengan makanan yang bernama brownies. Apalagi brownies yang dibikin oleh Mama Nico. Menurut Mirele itu brownies terenak. "Ya udah habisin dulu gih." ujar Nico kepada Mirele. Kini mereka melanjutkan makan mereka lagi. Setelah sudah selesai makan, akhirnya kini mereka pergi dari sana menuju ke rumah Nico. Saat sampai di rumah Nico, mereka berdua masuk dan juga di sambut oleh Mama Nico sekarang ini. "Mama, mana browniesnya Mirele. Mirele keburu pingin makan." ujar Mirele langsung menagih brownies tersebut kepada Mama dari Nico itu. "Iya iya, ini Mama buat banyak kok tenang aja. Kamu juga bisa makan disini nih udah Mama siapin buat kamu. Makannya pelan-pelan ya Mirele." ujar Mama Nico kepada Mirele itu. "Nah tuh Lo makan dulu, gua mau ganti baju baru nanti gua nganter Lo balik ya bocil." ujar Nico kepada Mirele yang sepertinya sudah tidak perduli. "Terserah Lo yang penting gua sekarang mau makan brownies." ujar Mirele kepada Nico. Nico pun tersenyum melihat tingkah Mirele dan saat ini ia naik ke atas untuk berganti baju. “Mirele pelan-pelan aja makannya. Mama buat banyak kok jadi ga perlu khawatir bakalan rebutan sama Nico nantinya. Nico juga udah Mama buatin banyak. Sama kayak kamu pokoknya deh.” ujar Mama Nico karena sekarang ini Mirele tampak makan dengan terburu-buru juga. Mirele pun tersenyum dan kini ia sudah mengangguk juga. Nico cukup lama berada diataa hingga Mirele menyisakan setengah brownies saja di piring ini smebari mengobrol dengan Mama Nico yang juga sudah ia anggap seperti Mamanya sendiri juga saat ini. "Ya elah masih makan aja Lo, njir Lo habisin semua?" tanya Nico itu. "Ya gimana ya Nic, habisnya enak sih. Ini masih setengah kok tuh." ujar Mirele kepada Nico, padahal di belakang masih ada banyak karnea Mama Nico memang membuat banyak. Mereka pun disana rebutan hingga akhirnya Mama Nico datang dan melerai mereka berdua. Setelah itu mereka pun mendapat brownies mereka masing-masing. Kini tampak Nico pergi dari sana. Ia mengambil kunci motor dan sekarang ini ia tampak membonceng Mirele untuk mengantarkan pulang ke rumah Mirele. Mereka berdua kini masih berada di perjalanan sembari sesekali bercanda saat mereka sedang berada di perjalanan. Apalagi saat mereka berada di lampu merah. Selalu saja ada yang membuat mereka kini tertawa karena candaan dari mereka berdua. Sementara itu sedari tadi mereka bercanda di lampu merah, terdapat tiga orang yang menatap mereka dari dalam mobil yang ada disamping mereka. Tiga orang itu adalah Vincenzo, Raka dan juga Gevin. Mereka tampak menatap ke arah motor itu dan memastikan bahwa pengendara motor itu adalah Nico yang merupakan musuh bebuyutan dari Vincenzo sejak dulu. "Wah gua baru tahu dah kalo Nico dah dapat cewek. Gila sih kayaknya cantik dah tuh cewek." ujar Gevin tampak mengatakan hal itu kepada mereka. "Iya nih bener kata Lo, ah sayang banget itu cewek pakek jaketnya si Nico. Ga keliatan dia anak mana. Ga keliatan badgenya juga." ujar Raka karena memang kali ini semua siswa SMA sedang menggunakan putih abu-abu. Jadi mereka hanya bisa mengenali dnegan badge sekolahnya saja itu. Sementara itu Vincenzo sedari tadi tampak terdiam saja hingga akhirnya lampu mulai hijau dan ia melihat Nico serta ceweknya itu sudah pergi dari sana. Ia tidak pernah berpikiran bahwa Nico akan sangat cepat mendapatkan pacar lagi. Padahal seharusnya Nico tidak begitu, tapi entah lah ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Lagi pula itu sudah menjadi masa lalu dari Nico juga. Kini Vincenzo sudah memarkirkan mobilnya di depan Caffe Star. Mereka rencananya ingij nongkrong disana, maka dari itu mereka sekarang sudah ada disana. Kini mereka masuk dan banyak sekali cewek yang langsung dandan dan memperbaiki riasan mereka untuk menarik perhatian dari Vincenzo yang saat ini sedang tidak memiliki pacar alias sedang jomblo. Vincenzo tampak melihat ke sekitar dan ia menemukan tempat duduk yang kosong, mereka kesana. Rraka dan Gevin sedari tadi melihat ke arah sekitar ruangan Caffe. Tampak semua cewek sekarang ini menatap ke arah mereka. Tentu hal itu bukan karena mereka, melainkan hal itu dikarenakan mereka sekarang sedang bersama dengan Vincenzo, si pemikat wanita. Vincenzo diam saja mereka semua banyak yang menyukainya, sepertinya mereka juga banyak yang mengantri untuk mendapatkan kesempatan bersama dengan Vincenzo. "Gila emang ya Vincenzo Addict banget dah mereka semua tuh. Lo ga mau milih nih Zo. Ya buat temen kita pas di sini lah heheh. Kan lumayan tuh dapat temen disini." ujar Gevin mengatakan hal tersebut kepada Vincenzo. "Gua sebenarnya males, tapi ya udah lah. Bentar gua liat dulu." ujar Vincenzo yang kini mengitari seluruh ruangan Caffe yang mana membuat cewek-cewek di Caffe sekarang ini sangat senang sekali rasanya mereka itu. Banyak juga yang ke-gr-an dan mengatakan bahwa Vincenzo sedang melihat ke arah mereka. Kini Vincenzo tampak melihat ke meja nomor 10 dimana disana ada dua cewek yang sepertinya berasal dari sekolah lain. Karena jujur saja di Caffe ini di d******i oleh siswa SMA Garuda. Sekarang Vincenzo sedang malas dengan siswa sekolahnya tersebut, akhirnya ia mengatakan pada Gevin untuk menjemput mereka tapi jika mereka juga mau. "Okay deh, siap laksanakan. Gua jamin mereka mau seratus persen deh. Ga mungkin ada yang nolak." ujar Gevin yang sudah berjalan kesana saat ini. Kini Gevin beranjak dari tempat duduknya membuat semua mata menatap ke arah Gevin karena tadi sepertinya Vincenzo membicarakan sesuatu pada Gevin. Mereka penasaran apa yang akan dilakukan oleh Gevin itu hingga pada akhirnya sekarang ini Gevin sampai di tempat dua cewek itu. "Hai girls, boleh kenalan ga nih? Gua Gevin." ujar Gevin ke mereka. "Hallo, gua Sarah dan ini Cika. Salam kenal Gevin." ujar Sarah tersebut. Tentu Sarah dan Cika sekarang sangat senang karena ada Gevin disana. "Salam kenal juga. Ah ya, kalo kalian berdua ga keberatan nih. Gabung aja sama gua, Raka dan Vincenzo." ujar Gevin menawari mereka berdua. Hal itu tentu membuat mereka berdua melongo karena jujur mereka saja kaget. "Hah? Gabung? Serius? Boleh emang?" tanya Cika kepada Gevin itu. "Sure dong. Yok lah, gua hantu bawain minum kalian ya girls." ujar Gevin dan mereka tampak mengangguk. Kini mereka sudah berjalan dari tempat duduk emrka menuju ke tempat duduk milik Raka, Gevin dan Vincenzo itu. Semua mata tampak melotot tak percaya dsn tentu saja mereka iri dengan dua cewek yang bisa mendapatkan privilage seperti itu. Mimpi apa mereka tadi malam sampai siang ini mereka bisa satu meja dengan Vincenzo, Raka dan Gevin. Kini tampak mereka sudah mengobrol biasa. Meskipun tadinya Cika dan Sarah masih malu-malu dan tentunya masih sangat grogi. Namun karena dasarnya Gevin dan Raka sangat menyenangkan jadi mereka bisa berteman dan mengobrol dengan sangat seru. Mereka tampak berada disana hingga malam akhirnya tiba. Mereka memesan makan malam, setelah menyelesaikan makan malam itu mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang karena besok merkea juga harus kembali ke sekolah mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD