1
Pagi ini SMA Garuda dikejutkan kembali dengan Sang Penakluk mereka yang memutuskan pacarnya tiba-tiba padahal mereka baru berpacaran selama satu hari. Ialah Vincenzo Donathan yang sering mereka sebut-sebut sebagai Sang Penakluk. Julukan itu sudah melekat pada diri Vincenzo sejak ia masih berada di SMP.
Vincenzo saat ini meninggalkan cewek yang sudah ia putuskan itu di kantin. Saat ini ia masuk ke dalam kelasnya dan bertemu dengan Gevin Sajiko dan Raka Natanio yang merupakan teman dari Vincenzo sejak mereka berada di SMP.
“Woy, lo mutusin cewek lagi ya? Emang gila ini penakluk kita satu ini.” ujar Gevin pada Vincenzo yang dengan gaya tengilnya duduk di meja tempat duduk Gevin.
“Lebih ke ga waras sih, tapi yang bikin dia ga waras juga kita anjir, gegara kita yang buat dia jadi ‘Sang Penakluk’. Paling bentar lagi juga lo dah dapet yang baru.” ujar Raka yang disetujui oleh Gevin. Senentara yang sedang mereka bicarakan saat ini sedang tertawa karena pembahasan dari kedua temannya itu. Benar kata Raka bahwa dia akan mencari pacar baru dan sebisa mungkin segera karena ini sudah hampir ujian dan mereka akan liburan sekolah nantinya. Seminggu lagi memang mereka akan ujian semester. Maka dari itu banyak guru di SMA Garuda yang saat ini free class karena sedang mengurus tentang ujian. Hal itu berlaku untuk kelas dari Vincenzo juga yaitu kelas 10 IPS 2, sepertinya kelas 10 IPS 1 pun juga sedang free class karena ramai.
“Weh free class mending tanding yok?” tanya Vincenzo mengajak mereka.
“Anjir boleh tuh, tapi lawan mana? Masa iya kelas kita vs kelas kita. Cari kelas lain lah, yang mana ya yang juga kosong.” ujar Raka kepada Vincenzo tersebut.
“Aduh santai aja lah lo tuh, sebelum gua ngajak gua udah dapet kali lawan buat kita. Kelas sebelah juga kosong, yok lah.” ujar Vincenzo yang langsung berdiri.
“Guys tanding basket yok di lapangan indoor sama kelas sebelah.” ujar Gevin yang membuat mereka semua bersorak. Saat ini mereka sedang bersiap-siap sementara Vincenzo, Gevin, Raka dan beberapa temannya pergi ke kelas 10 IPS 1.
“Weh kosong kan nih? Tanding basket yok di lapangan indoor.” ajak Vincenzo.
Ajakan Vincenzo itu membuat siswi di kelas IPS 1 ini menjerit dengan senang kecuali satu orang, Mirele Mataya. Dia saat ini tidak ikut bersorak karena ia yang memang tidak menyukai Vincenzo. Lagi pula apa bagusnya Vincenzo bagi mereka?
Kenapa berisik banget sih, ga tau apa gua ngantuk banget. Batin Mirele kesal.
Kelas 10 IPS 1 mengiyakan ajakan dari Vincenzo dan saat ini mereka meninggalkan kelas untuk tanding di lapangan indoor. Beberapa cewek di kelas juga sedang berdandan untuk melihat pertandingan basket kelas mereka dan kelas IPS 2.
“Mirele ayo kita ke lapangan basket indoor, ihh gua ga sabar buat ngeliat Vincenzo. Gila pasti dia bakalan ganteng banget. Kalo dia udah main basket tuh kadar kegantengannya meningkat seribu kali lipat.” ujar Marisa yang memang merupakan salah sayu fans dari Vincenzo. Marisa ini merupakan satu-satunya sahabat Mirele disini, mereka hampir sama dalam hal apapun kecuali satu hal yaitu Marisa sangat menyukai Vincenzo sementara Mirele sangat anti dengan Vincenzo. Itu bedanya.
“Ga deh apaan sih Marisa. Lo aja sana gua mau tidur tau, lagi pula kan lo tau sendiri gua ga suka sama dia. Jadi lebih baik lo ikut tuh sama fans-fansnya yang lainnya. Gua ga bakalan mau kesana.” ujar Mirele kepada temannya itu.
“Ah elah lo mah aneh, cowok seganteng Vincenzo lo ga lirik sama sekali. Ya udah lah gua ke lapangan indoor dulu ya Mirele sayang, kalo lo mau nyusul gua tar tinggal nyusul aja lo pasti tau kan gua ada dimana.” uiar Marisa kepada Mirele karena Marisa selalu bilang kepada Mirele bahwa dirinya berada di tribun paling depan sekali agar bisa menatap Vincenzo dari dekat. Mirele sangat heran dengan temannya satu itu.
Di kelas tingga beberapa orang saja dan akhirnya Mirele bisa tertidur dengan tenang. Sementara itu lapangan indoor sangat ramai, mereka memilih lapangan indoor karena lapangan indoor berada di lantai atas dan pastinya jika ada keramaian tidak ada yang mengetahui kecuali dilihat dari CCTV. Sedangkan jika mereka bermain di lapangan outdoor pasti akan langsung di bubarkan oleh satpam atau guru yang lewat.
Mereka sedang melakukan pemanasan sebelum pertandingan nanti mereka mulai. Mereka akan memulai pertandingan itu pada pukul 10.30 yang mana 15 menit lagi. Saat Vincenzo sedang melakukan pemanasan banyak sekali yang menatapnya. Bagi para fansnya, Vicenzo merupakan hadiah dari Tuhan untuk mereka semua.
“Eh lo udah pada tahu belum kabar tentang Vincenzo?” tanya Lia saat ini.
“Hah kabar apa? Gua belum tau, kasih tau gua dong weh.” ujar Marisa kepo.
“Gua tadi baru denger kalo Vincenzo sekarang udah single lagi. Gila gua bahagia banget. Tadi dia baru aja putus dari Laura. Oh my god, udah gua tau tentang itu sekarang gau mgeliat Vincenzo, dia tambah ganteng.” ujar Lia kepada mereka.
“Hah? Lo serius tuh? Anjir wah ini gila sih, gila banget. Wajib nonton sampe akhir kalo gini mah karena ga ada yang bakalan bikin kita iri. Hahaha gua ngakak sih sama Laura baru juga pacaran kok ya bisa gitu langsung di putusin sama Vincenzo. Dan gua yakin pasti Vincenzo punya alasan.” ujar Marisa yang diangguki yang lain.
Saat ini pemanasan sudah selesai dilakukan, mereka pun memulai pertandingan kali ini. Namun baru saja peluit dibunyikan, sudah ada sahutan peluit lain yang lebih keras dan nyaring. Mereka langsung shock dan menatap ke arah pintu. Benar saja.
“Aduh mati deh kita.” ujar Gevin melihat siapa yang ada di pintu lapangan.
“Eh ada Pak Budi, gimana Pak kabarnya sehat Pak?” ujar Raka kepada guru BK di SMA Garuda itu. Pak Budi masih melihat mereka satu-satu dan Pak Budi saat ini menggeleng tak percaya jika dihitung-hitung yang berada di dalam lapangan ini hampir keseluruhan dari dua kelas. Pak Budi pun saat ini sudah mendapatkan teman.
“Wah anjir ada Bu Gina, gila sih kalo ini gu nyerah woy.” ujar Raka ke mereka. Mereka semua sewaktu kendengar nama Bu Gina juga langsung melotot ketakutan.
“Jadi begini ya kerjaan kalian sewaktu free class. Sekarang berbaris satu-satu dan saya akan mencatat nama kalian. Setelah itu kalian akan saya hukum di lapangan upacara.” ujar Bu Gina kepada mereka dan sebagai cowok yang bertanggung jawab akhirnya saat ini Bu Gina meminta kepada mereka untuk berbaris. Hal itu membuat mereka semua menjadi menyesal telah pergi kesini karena nanti pasti mereka akan di jemur di lapangan upacara. Vincenzo melihat yang lainnya tampak seperti tidak ingin.
Vincenzo merasa bahwa mereka tidak bersalah, akhirnya ia mendekati Bu Gina.
“Mohon Maaf nih Bu, mending yang dihukum saya aja Bu. Saya yang memprakasai adanya pertandingan ini. Jadi satu-satunya orang yang pantas dihukum itu saya.” ujar Vincenzo membuat yang lainnya ingin mengatakan bahwa itu tidak benar tapi Gevin serta Raka menolak mereka berbicara dan meminta mereka diam.
“Udah diem aja jangan pada ada yang ngomong.” ujar Gevin ke mereka. Setelah itu Gevin dan Raka ikut maju di dekat Vincenzo. Membuat yang lainnya melihat.
“Benar bu, ini semua salah kami bertiga. Saya, Vincenzo dan Raka. Jadi kami mohon agar ibu bisa memaafkan mereka dan mengembalikan ke kelas.” ujar Gevin.
“Kalian bertiga lagi pasti biangnya. Ya sudah yang lain sekarang keluar cepat sebelum saya berubah pikiran.” ujar Bu Gina kepada mereka dan mereka tetap disana.
“Kalian tunggu apa lagi woy cepetan pergi.” ujar Vincenzo dan akhirnya mereka pergi meski pun terpaksa. Ini lah sisi lain dari Vincenzo. Vincenzo meskipun tidak bertanggung jawab dengan perasaan cewek atau mantan pacarnya tapi jika itu tentang pertemanan ia akan selalu bertanggung jawab dengan apa yang ia perbuat.
Vincenzo akan bertanggung jawab jika ia mengajak teman-temannya untuk membolos atau yang lainnya. Ia selalu mengaku bahwa dirinya dalangnya padahal teman-temannya tidak menginginkan hal itu. Maka dari itu kadan teman-temannya merasa tidak enak dengan Vincenzo dan kedua temannya. Memang yang Vincenzo bolehkan untul menemani dirinya di hukum hanyalah Gevin dan Raka saja. Seperti yang terjadi pada saat ini. Akhirnya mereka bertiga yang harus dihukum juga.
“Kalian bertiga lagi. Apa kalian ga bosen to ketemu sama ibu? Nama kalian sudah ibu catat dan sekarang kalian ke lapangan upacara berdiri di depan tiang bendera sampai jam istirahat.” ujar Bu Gina kepada mereka bertiga.
“Siap Ibu Gina, laksanakan.” ujar Vincenzo yang membuat Bu Gina dan Pak Budi geleng-geleng karena mereka tidak percaya bahwa mereka memiliki siswa seperti Vincenzo ini. Mereka bertiga keluar dan ternyata teman-temannya masih ada di luar membuat Bu Gima yang baru saja keluar saat ini terkejut dan meradang.
“Kalian ngapain masih disini? Kembali ke kelas kalian atau kalian mau dihukum juga? Cepat kembali ke kelas.” ujar Bu Gina dan mereka melihat Vincenzo, Gevin dan Raka juga mengusir mereka. Dengan perasaan tidak enak mereka ke kelas.
Mirele saat ini tampak terkejut, ia bangun karena ramai dan ia memikirkan kenapa teman-teman kelasnya sudah kembali ke kelasnya padahal belum ada setengah jam mereka pergi dari kelas. Wajah mereka juga seperti wajah bersalah saat ini.
“Kok udah balik sih Mar? Cepet banget perasaan mainnya.” ujar Mirele itu.
“Bukan cepet mainnya, tapi belum main udah ketahuan aja sama Pak Budi dan Bu Gina.” ujar Marisa kepada Mirele dan saat ini Marisa terlihat sedih sekali.
“Lah lo pada ketahuan tapi kok ga dihukum deh?” tanya Mirele bingung.
“Itu dia, itu yang bikin gua sedih dan terharu karena lagi-lagi Vincenzo sama dua temennya pasang badan biar kita ga dihukm. Ya kita tahu siu kalo ini smeua dia yang ngajak tapi kalo pun kita di hukum kita juga layak karena ninggalin kelas pas belum bel istirahat, tapi karena Vincenzo, Gevin sama Raka jadi kita semua bebas dari hukuman. Tapi mereka bertiga dihukum di lapangan upacara.” ujar Marisa.
“Oh gitu.” ujar Mirele yang memang tidak minat jika membicarakan tentang Vincenzo. Marisa saat ini kembali sedih. Dan sebentar lagi bel istirahat kedua akan berbunyi, mereka semua terutama cewek-cewek bergegas pergi ke kantin untuk membeli minuman kepada Vincenzo, Raka dan Gevin. Mereka akan berterimakasih.
Marisa juga ikut bersama dengan gerombolan itu dan saat ini bel istirahat kedua sudah benar-benar berbunyi. Entah kenapa kali ini Mirele tampak penasaran dengan apa yang terjadi di luaran sana. Akhirnya Mirele melihat ke bawah lewat balkon depan kelasnya. Terlihat ketiga orang itu masih berdiri di depan tiang upacara sembari bercanda padahal cuaca hari ini sangat panas sekali. Tak lama kemudian terlihat beberapa teman Mirele dan anal 10 IPS 2 mendekati mereka bertiga membawakan minuman untuk mereka. Mereka saat ini berjemur semua disana. Mirele tampak aneh.
“Aneh.” ujar Mirele dan setelah itu ia masuk lagi ke dalam kelasnya.